Silaturahmi
• MAKNA SILATURAHMI
Secara tinjauan bahasa arab, kata “Silaturrahim” ditulis dengan [صِلَةُ الرَّحِمِ]. Jika kita beri harakat lengkap, cara
membacanya: Silaturrahimi. Jika kita pecah, terdiri dari dua kata: silah,
[arab: صِلَةُ] yang artinya
hubungan dan rahim [arab: الرَّحِم]
artinya rahim, tempat janin sebelum dilahirkan. Sehingga yang dimaksud silaturrahim
adalah menjalin hubungan baik dengan kerabat, sanak, atau saudara yang masih
memiliki hubungan rahim atau hubungan darah dengan kita.
• HUKUM DAN TINGKATAN SILATURAHMI
Al-Qadhi ‘Iyad rahimahullah berkata, “Tidak ada perbedaan pendapat,
bahwasanya hukum silaturahmi adalah wajib (secara umum) dan memutus silaturahmi
adalah dosa besar. Namun, menyambung silaturahmi mempunyai beberapa tingkatan
dan yang paling rendah adalah menyambung kembali hubungan yang telah putus
dengan berbicara atau hanya sekedar mengucapkan salam, supaya tidak masuk ke
dalam pemutusan hubungan kerabat. Dan itu berbeda-beda sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan, ada yang wajib dan ada yang sunnah. Jika seseorang menyambung
sebagian hubungan kerabat tapi tidak sampai seluruhnya, maka dia tidak bisa
dikatakan memutus hubungan kerabat. Tetapi, jika kurang dari kewajaran yang
semestinya dari silaturahmi, maka belum bisa seseorang disebut menyambung.”
• BENTUK-BENTUK BERSILATURAHMI
Silaturahmi merupakan ibadah yang agung, mudah dan membawa berkah.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan silaturahmi, diantaranya
dengan berziarah, memberi hadiah, memberi nafkah, berlaku lemah-lembut, bermuka
manis (senyum), memuliakannya dan semua yang manusia itu menganggapnya
silaturahmi.
• SILATURRAHIM BUKAN HANYA DENGAN MEMBALAS BUDI
Banyak orang yang mengakrabi saudaranya setelah saudaranya
mengakrabinya, mengunjungi saudaranya setelah saudaranya mengunjunginya,
memberikan hadiah setelah ia diberi hadiah dan seterusnya. Dia hanya membalas
kebaikan saudaranya. Sedangkan kepada saudara yang tidak mengunjunginya
-misalnya-, dia tidak mau berkunjung. Ini belum dikatakan menyambung tali
silaturrahim yang sebenarnya. Yang disebut menyambung tali silaturrahim
sebenarnya adalah orang yang menyambung kembali terhadap orang yang telah
memutuskan hubungan kekerabatannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan,
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِيْ إِذَا
قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Bukanlah penyambung orang yang hanya membalas. Tetapi penyambung
adalah orang yang apabila diputuskan hubungan, dia menyambungnya.” (HR.
al-Bukhari no. 5991)
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Peniadaan sambungan tidak
pasti menunjukkan adanya pemutusan. Karena, mereka ada tiga tingkatan: Orang
yang menyambung, Orang yang membalas, dan Orang yang memutuskan. Orang yang
menyambung adalah orang yang melakukan hal yang lebih dan tidak diungguli oleh
orang lain. Orang yang membalas adalah orang yang tidak menambahi pemberian
lebih dari apa yang dia dapatkan. Sedangkan orang yang memutuskan adalah orang
yang diberi dan tidak memberi. Sebagaimana terjadi pembalasan dari kedua pihak,
maka siapa yang mengawali berarti dialah yang menyambung. Jikalau ia dibalas,
maka orang yang membalas dinamakan mukafi` (pembalas).” (Fathul Bari 10/427)
• KEUTAMAAN SILATURAHMI
(1). Merupakan Sebagian dari
Konsekuensi Iman dan Tanda-tandanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR. Al-Bukhari no. 5787)
(2). Mendapatkan Keberkahan Umur dan Rizki
مَنْ أَ حَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang senang
diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung
hubungan silaturahim.” (HR. al-Bukhari no. 5986 dan Muslim no. 2557)
(3). Salah Satu Penyebab Utama Masuk Surga dan Jauh dari Neraka
Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya seorang
laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan
aku ke dalam Surga dan menjauhkan aku dari Neraka.” Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ
الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِم
”Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan menyambung tali silaturahmi.” (HR.
al-Bukhari no. 1396 dan Muslim no. 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai manusia!
Ucapkanlah salam, sambunglah silaturrahim, berikanlah makan dan shalatlah di
malam hari tatkala manusia sedang tidur, maka kalian akan masuk Surga dengan
selamat.” (HR. at-Tirmidzi No. 2485)
(4). Merupakan Amalan yang Paling Dicintai Allah dan Paling Utama
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, “Ya Rasulullah, amalan apa yang paling dicintai Allah?” Beliau
menjawab, “Beriman kepada Allah.” Dia bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?”
Beliau menjawab, “Kemudian menyambung silaturahmi.” (Shahih at-Targib wa
at-Tarhib no. 2522)
• ANCAMAN BAGI PEMUTUS SILATURAHMI
[1]. Tidak Akan Masuk Surga
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
قَاطِعٌ
“Tidaklah masuk surga orang yang memutus tali silaturrahim.” (HR.
al-Bukhari no. 5984)
[2]. Dilaknat Allah Swt
هَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُم
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan
dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan Mereka itulah orang-orang yang
dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan
mereka" (QS. Muhammad :22-23)
[3]. Mendapat Siksaan di Dunia dan di Akhirat
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ
فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ
الرَّحِم
“Tidak ada dosa yang lebih cepat siksaannya di dunia bagi
pelakunya, serta diperlambat siksaannya di akhirat kelak dari pada orang yang
zhalim dan memutus hubungan silaturahmi.” (ash-Shahihah no. 917)
[4]. Tidak terkabul doa
ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ
رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ
دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُ يَصْرِفَ
عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ اللَّهُ أَكْثَر
"Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama
tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri
padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan
menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya
kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau
begitu kami akan memperbanyak berdo’a." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
lantas berkata," Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a
kalian"." (HR. Ahmad)
• FAKTOR PENYEBAB PUTUSNYA SILATURAHMI
Di antara penyebabnya adalah: Kebodohan, Minimnya agama, Cinta
dunia dan menyibukkan diri dengannya, Zhalim dan jahat terhadap kerabat, dan
Adanya problematika rumah tangga. (Dinukil dari kitab Tabshiratul Anam bil
huquqi fil Islam hal. 131-132)