Berkah Fatihah Shalawat
Nanti di alam akhirat seluruh manusia akan menyesal. Termasuk ahli
ibadah sekalipun menyesal kenapa tidak melakukan ibadah terbaik sehingga bisa
mendapatkan surga yang lebih indah lagi. Apalagi orang-orang yang lalai seperti
orang yang tidak shalat, tidak puasa, tidak zakat, dan lain sebagainya,
terlebih lagi orang kafir yang menyesal dan meminta kepada Allah agar
dikembalikan lagi keduan;
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنَ
“Hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata, “ya Tuhanku kembalikan aku (kedunia) (QS.
Al-Mu’minun : 99)
Bahkan karena pedihnya adzab yang di terima oleh orang kafir,
mereka memohon agar tidak menjadi manusia tapi di kembalikan ke asalnya yaitu
menjadi tanah.
يَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً
“Berkata orang kafir: Alangkah baiknya
seandainya dahulu aku jadi tanah.” (QS.an-Naba’:40).
Mereka juga memohon kepada Allah:
فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ
وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ
"Ya Rabb-ku, tangguhkan kematianku ini
sehingga saya dapat bersedekah dan saya akan menjadi orang shalih”
Berapa banyak manusia yang sudah meninggal dunia memohon kepada
Allah Swt untuk minta dihidupkan kembali kedunia walau sekejap saja hanya untuk
bersujud kepada Allah Swt.
Tetapi, sungguh penyesalan sudah tidak lagi berarti. Sebesar apapun
penyesalan yang mereka ungkapkan tidak akan mampu merubah keadaan mereka pada
hari penyesalan itu. Dan kita saat ini masih memiliki kesempatan untuk
memperbaiki diri agar kita tidak menyesal di hari pembalasan kelak. Bagaimana
caranya?. Caranya adalah dengan memanfaatkan waktu dengan semaksimal mungkin untuk mengerjakan amal
shalih. Sebagaimana firman Allah swt:
وَ العَصْرِ إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِيْنَ أمَنُوا
وَ عَمِلُواالصَّالِحَاتِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar
benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih.”
Ma’asyirol Muslimin rohimakumullah
Maka dari itu para ulama salaf bersungguh-sungguh dalam beribadah
di bulan Ramadhan ini. Sufyan ats-Tsauri beliau fokus membaca al-Quran.
كان سفيان الثوري إذا دخل رمضان ترك جميع العباد وأقبل على قراءة القرآن
“ Sufyan ats-Tsauri jika masuk bulan
Ramadhan, maka beliau meninggalkan orang-orang dan fokus membaca al-Quran “.
Imam Qatadah mengkhatamkan al-Quran setiap 3 hari.
كان قتادة
يختم القرآن في سبع، وإذا جاء رمضان ختم في كل ثلاثٍ، فإذا جاء العشر ختم كل ليلةٍ
“Qatadah mengkhatamkan al-Quran di setiap
tujuh hari sekali, dan jika telah datang bulan Ramadhan, maka ia
mengkhatamkannya tiap tiga hari sekali, dan jika sudah masuk hari kesepuluh
terakhir, maka ia mengkhatamkannya setiam malamnya “.
Asy-Syafi’i mengkhatamkan 60 kali khataman.
وقال الربيع بن سليمان: كان الشافعي يختم القرآن في شهر رمضان ستين ختمة
وفي كل شهر ثلاثين ختمة
“Rabi’ bin Sulaiman berkata, “ Imam
asy-Syafi’i mengkhatamkan al-Quran di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali, dan
setiap bulan biasa sebanyak 30 kali khataman “.
Abdullah bin Umar fokus beribadah hingga subuh.
وقال نافع: كان ابن عمر رضي الله عنهما يقوم في بيته في شهر رمضان، فإذا
انصرف الناس من المسجد أخذ إداوةً من ماءٍ ثم يخرج إلى مسجد رسول الله صلى الله عليه
وسلم ثم لا يخرج منه حتى يصلي فيه الصبح. أخرجه البيهقي
“ Nafi’ berkata, “ Abdullah bin Umar
radhiallahu ‘anhuma melakukan qiyam di rumahnya di bulan Ramadhan, apabila
manusia telah kembali dari masjid, maka beliau mengambil sebejana air kemudian
keluar menuju masjid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tidak keluar
lagi hingga beliau selesai sholat subuh di sana “. (HR. Al-Baihaqi)
Para shahabat bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan Ramadhan,
tapi mereka juga khawatir ibadahnya tidak di terima di sisi Allah Swt. Seperti
gumamnya sayyidina Ali Karomalluhu wajhah:
يا ليت شعري من هذا المقبول فنهنيه، ومن هذا المحروم فنعزيه.
“Aduhai, andai aku tahu siapakah gerangan yang
diterima amalannya (di bulan Ramadhan ini) agar aku dapat memberi ucapan
selamat kepadanya, dan siapakah gerangan yang ditolak amalannya agar aku dapat
‘melayatnya’.”
Subhanallah, demikianlah keadaan ulama salaf jika menjelang
kepergian bulan Ramadhan. Mereka merasa sedih sebab kesempatan luar biasa itu
tidak datang setiap hari atau bulannya, mereka perlu berdoa keras supaya Allah
memanjangkan usia mereka dan menyampaikan mereka kepada kesempatan emas tersebut.
Dan mereka merasa sedih sebab belum tentu amalan yang mereka lakukan dengan
bersungguh-sungguh di bulan Ramadhan, diterima oleh Allah Ta’ala. Inilah
keadaan ulama salaf, mereka masih merasa khawatir amalan ibadah mereka tidak
diterima Allah karena merasa diri masih belum sempurna melakukannya dan merasa
banyak kekurangannya. Padahal realitanya mereka sungguh orang yang paling
bersungguh-sungguh di dalam menjalankan hak-hak di bulan Ramadhan.
FATIHAH
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sekarang sudah berada di
penghujung bulan syawal. Tanggal 14 Juli masuklah bulan baru yaitu bulan
dzulqo’dah.
Rasulullah Saw bersabda:
لا تقوم الساعة حتى يتقارب الزمان فتكون السنة كالشهر و يكون الشهر كالجمعة
و تكون الجمعة كاليوم ويكون اليوم كالساعة و تكون الساعة كاختراق السعفة
“tidak akan tiba hari kiamat hiangga zaman
berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan
bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah
pohon kurma ‘dengan sangat cepat’ (Ahmad dan Tirmizdi)
Tidak terasa waktu dan umur kita terus berkurang untuk menuju
kepada kematian. Maka dari itu, hendaklah kita mempunya amalan dan zikir, yang
terus kita istiqomahkan dan kita baca dimanapun kita berada, baik ketika
berdiri, duduk, sambil memegang handpohe, menunggu antrian atau macet di jalan
raya. Ada amalan dzikir yang mudah kita amalkan dan besar sekali pahalanya
untuk bekal kita nanti di akhirat. Apa itu? Yaitu membaca surat fatihah dan
shawalat kepada Baginda Nabi Muhammad Saw.
Kenapa surat al-fatihah karena surat ini adalah surat yang paling
utama dan paling sering di lafalkan oleh seorang muslim dalam kehidupannya
sehari-hari. Bayangkan shalat wajib saja kita kerjakan 5 waktu. 5 waktu
tersebut terdapat 17 rakaat. Berarti 17 kali kita membaca surat al-fatihah.
Belum lagi shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Belum lagi shalat sunnah yang
lain. Belum lagi ketika berdoa, memulai pekerjaan dan lain sebagainya.
Rasulullah Saw bersabda:
الفاتحة لما قرئت له
“surat alfatihah itu sesuai dengan (niat)
membacanya”
Jika niat kita agar hajat kita dimudahkan oleh Allah, insya Allah
Allah akan mudahkan segala urusan kita. Jika kita baca agar Allah angkat
penyakit seseorang, maka dengan membaca Al-fatihah dan kita niatkan demikian,
Allah akan angkat penyakit orang tersebut. Bisa juga kita hadiahkan kepada
orang yang meninggal dunia, dan lain sebagainya.
Imam al-Ghazali selalu mendawamkan baca surah al-Fatihah
minimal100x dalam sehari. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah Swt untuk
mengamalkannya. Amin.
SHALAWAT
Hadits senada juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Abu Ya’la:
إن أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم علي صلاة
“Sesungguhnya Orang yang paling dekat
denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat
kepadaku” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibban)
من صلى علي صلاة واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطت عنه عشر خطيئات ورفعت
له عشر درجات
BERKAH
Berkah bukanlah cukup atau mencukupi saja, tapi berkah itu ialah
ketaatan kita kepada Allah Swt dengan segala keadaan yang ada. (albarokatu
tuziidukum fi thoatillah/ berkah itu ialah menambah ketaatanmu kepada Allah
Swt).
Hidup yang berkah itu bukan hanya sehat, tapi terkadang sakit itu
justru berkah sebagaimana Nabi Ayyub AS, sakitnya menambah ketaatannya kepada
Allah Swt.
Tanah yang berkah itu bukanlah karena subur dan panoramanya yang
indah, tapi terkadang tanah yang tandus seperti Mekkah mempunyai keutamaan di
sisi Allah Swt.
Makanan yang berkah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, akan
tetapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi kuat dan taat beribadah
setelah amakan.
Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan catatannya, tapi
ilmu yang berkah itu ialah ilmu yang mampu menjadikan seseorang meneteskan
airmata, keringat, bahkan darah untuk beramal dan berjuang mencapai ridho Allah
Swt.
Penghasilan yang berkah itu bukan dengan ukuran gajinya yang besar,
tapi sejauhmana ia bisa menjadi jalan rizki bagi yang lain dan banyaknya orang
yang terbantu dengan penghasilannya tersebut.
Dan Umur yang berkah itu bukan berarti memiliki umur yang panjang.
tapi banyaknya umur yang ia gunakan untuk beribadah kepada Allah Swt. Umur berkah itu semakin tua semakin sholeh.
Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Allah Swt.