Cara Meraih Lailatul Qadar
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dikatakan bahwa
kita dianjurkan untuk mencari Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh
terakhir bulan Ramadhan.
عَنْ عَائِشَةَ
رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
Artinya: “Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Carilah
Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR
Bukhari).
Sahabat Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu menegaskan:
واللهِ إِنّي لَأعلمهَا
وَأَكْثَر عِلْمِي هِيَ اللَّيْلَة الَّتِي أَمَرَنَا رَسُوْل اللهِ صلى الله عليه
وسلم بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَة سَبْع وَعِشْرِين
Artinya: “Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar)
tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat
padanya, yaitu malam ke-27”. (HR. Muslim)
Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:
أَنَّهُ قَامَ بِهِمْ
لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ، وَخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ، وَسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ، وَذَكَرَ
أَنَّهُ دَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ خَاصَّةً
“Bahwasanya
Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh
tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan
bahwasanya beliau mengajak salat keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua
puluh tujuh (27).”
Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam
menemukan Lailatul Qadar. Menurut keterangan Fathul Qarib, Hasyiah Al-Bajury,
dan Fathul Muin beserta Ianatut Thalibin, Imam Syafii menyatakan bahwa Lailatul
Qadar itu ada pada sepuluh akhir Ramadhan, lebih-lebih pada malam ganjilnya,
dan yang paling diharapkan adalah pada malam 21, atau 23 Ramadhan.
Di antara ulama yang menyatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk
mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) yang mengatakan
: 1). Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh
pada malam ke-29, 2). Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar
jatuh pada malam ke-21, 3). Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum'at
maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27, 4). Jika awalnya jatuh pada hari
Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25, 5). Jika awalnya jatuh pada
hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23
Untuk mendapatkan Lailatul Qadar memang tidak mudah. Karenanya
tidak semua orang bisa mendapatkannya. Dibutuhkan usaha keras dan tidak kenal
lelah untuk selalu meningkatkan intensitas ibadah terutama pada sepuluh akhir
di bulan Ramadhan sebagaimana yang dipraktikan Rasulullah SAW.
عَنْ الْأَسْوَدِ
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ
فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
Artinya, “Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi saw
meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu
yang lain,” (HR Muslim).
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Rasulullah SAW mengencangkan
kain bawahnya, menghidupkan malamnya dan membangungnkan keluarganya.
عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ-أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ،
وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya, “Dari Aisyah RA, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW ketika
masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, mengencangkan kain bawahnya,
menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya,” (Muttafaq ‘alaih).
وَقَالَ سُفْيَانُ
الثَّوْرِىُّ : قَوْلُهُ : ( شَدَّ مِئْزَرَهُ ) فِى هَذَا الْحَدِيثِ يَعْنِى : لَمْ
يَقْرَبِ النِّسَاءَ ، وَفِى قَوْلِهِ : (أَيْقَظَ أَهْلَهُ ) مِنَ الْفِقْهِ أَنَّ
لِلرَّجُلِ أَنْ يَحُضَّ أَهْلَهُ عَلَى عَمَلِ النَّوَافِلِ ، وَيَأْمُرَهُمْ بِغَيْرِ
الْفَرَائِضِ مِنْ أَعْمَالِ الْبِرِّ ، وَيَحْمِلَهُمْ عَلَيْهَا .
Artinya, “Sufyan Ats-Tsauri berkata maksud ‘mengencangkan kain
atasnya’ dalam hadits di atas adalah Rasulullah SAW tidak melakukan hubungan
badan dengan istrinya. Sedangkan pernyataan ‘Beliau (Nabi saw) membangunkan
keluarganya’ dapat dipahami bahwa suami dianjurkan mendorong keluarganya untuk
mengerjakan amalan sunah dan amal kebajikan lainya selain yang wajib serta
menekankan kepada mereka untuk melakukan hal tersebut,” (Lihat Ibnu Baththal,
Syarhu Shahihil Bukhari, Riyadl-Maktabah Ar-Rusyd, cet ke-2, 1423 H/2003 M, juz
IV, halaman 159).
Lantas bagaimana yang dimaksud dengan Rasulullah SAW menghidupkan
malamnya? Apakah beribadah semalam suntuk sampai pagi? Jawaban yang tersedia
adalah Rasulullah SAW tidak tidur tetapi disibukkan dengan ibadah pada sebagian
besar malam, bukan semalam suntuk sampai pagi. Sebab, ada riwayat dari Aisyah
RA yang menyatakan bahwa ia tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW beribadah
semalam penuh sampai pagi.
)وَأَحْيَا لَيْلَهُ)
أَيْ تَرَكَ النَّوْمَ الَّذِي هُوَ أَخُو الْمَوتِ وَتَعَبَّدَ مُعْظَمَ اللَّيْلِ
لَا كُلَّهُ بِقَرِينَةِ خَبَرِ عَائِشَةَ مَا عَلِمْتُهُ قَامَ لَيْلَةً حَتَّى الصَّبَاحِ
Artinya, “(dan menghidupkan malamnya) maksudnya adalah Rasulullah
SAW tidak tidur di mana tidur adalah saudara kematian, dan beribadah pada
sebagian besar malam bukan seluruhnya sebab ada riwayat dari Aisyah ra yang
menyatakan: ‘Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW melakukan ibadah satu
malam penuh sampai pagi hari,’” (Lihat, Abdurrauf al-Munawi, Faidlul Qadir,
Bairut-Darul Kutub al-Ilmiyyah, cet ke-1, 1415 H/1994 M, juz V, halaman 168).
Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar seorang ulama dari negeri
yaman mengatakan apabila seseorang ingin meraih Lailatul Qadar maka harus
mengerjakan 3 hal selama bulan suci Ramadhan; 1) berpuasalah dari yang haram
sebagaimana ia berpuasa dari makanan dan minuman, 2) Berusahalah untuk selalu
shalat berjamaah terutama shalat Isya dan Shalat Subuh, 2) Berusalah untuk selalu melakukan shalat
Tarawih beserta Witir. Apabila 3 hal ini dikerjakan maka ia termasuk orang yang
akan mendapatkan Lailatul Qadar.
Doa apa yang dipanjatkan ketika seseorang mendapatkan Lailatul
Qadar,
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ:
قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي “
Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam merupakan lailatul
qadar, apa yang harus aku ucapkan di malam itu? Beliau menjawab: Ucapkanlah: Ya
Allah, sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pemaaf dan Pemurah maka maafkanlah
diriku. HR. Ahmad At-Turmudzi, Ibn Majah, An-Nasai, dan Al-Baihaqi )
Ya Allah berkahilah kami di bulan Ramadhan dan muliakan kami dengan
Lailatul Qadar. Amin.
Oleh : Dr. H. Taufik Abdillah Syukur, MA
Oleh : Dr. H. Taufik Abdillah Syukur, MA