Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

hikam 10

  Amal itu Seperti Jasad, Ikhlas Adalah Ruhnya Mutiara Al Hikam Kesepuluh dari Kitab al Hikam  Ibnu Athaillah الَأَعْمَالُ صُوَرٌ قَائِمَةُ وَأَرْوَاحُهَا وُجُوْدُ سِرِّ اْلِإخْلَاصِ فِيْهَا Artinya:  “ Amal itu seumpama jasad, sedangkan keikhlasan adalah ruhnya .” Penjelasan Amal itu ibarat jasa d yang tak bernyawa, sedangkan keikhlasan laksana ruh yang menjadikan jasa d itu hidup. Keikhlasan setiap orang berbeda-beda. Keikhlasan para  abid  ( ahli ibadah ) berbentuk bersihnya amal mereka dari sifat riya yang nyata maupun yang tersamar dan dari niat yang didasari hawa nafsu. Mereka beramal karena Allah, mengharap pahala-Nya, serta ingin selamat dari azab dan siksa-Nya. Namun demikian, selama mereka menisbatkan amal itu pada diri mereka dan menjadikannya sebagai tempat bergantung untuk meraih apa yang mereka inginkan. Sementara itu, bentuk keikhlasan para  muhibbin  ( pecinta  Allah) tergambar dalam niat amal mereka yang ditunjukkan sebagai wujud pengagungan dan pen

Hikam 9

Beragam Amal karena beragam Ahwal Mutiara Al Hikam Kesembilan dari  Kitab Al Hikam   Ibnu Athaillah تَنَوَّعَتْ أَجْنَاسُ الْأَعْمَالِ لِتَنَوُّعِ وَإِرَدَاتِ اْلأَحْوَالِ Artinya:  “ Jenis amal itu bermacam-macam karena asupan hati juga beragam .” Penjelasan Yang dimaksud asupan hati di sini adalah  makrifat  Tuhan dan rahasia ruhani yang masuk ke dalam relung hati. Asupan hati ini akan mendorong munculnya sifat-sifat dan ahwal ( keadaan ) terpuji. Ada yang membuahkan karisma. Ada yang mendorong kelembutan. Ada pula yang memupuk kedermawanan. Kerap kali kau dapati sebagian  murid  yang rajin salat. Ada pula yang rajin puasa, dan sebagainya. Sebabnya adalah perbedaan asupan Ilahi yang mengakibatkan perbedaan kecenderungan seseorang. Setiap orang harus beramal sesuai kecenderungannya jika ia belum mendapat bimbingan dari gurunya. Sebaliknya apabila ia telah mendapat bimbingan guru ia tidak boleh beramal, kecuali dengan izin sang guru. Kesimpulannya, beragamnya wirid

Hikam 8

  Mutiara Al Hikam 8: Makrifat Allah Tidak Ada kaitannya dengan Amalmu Mutiara Al Hikam Kedelapan dari  Kitab Al Hikam   Ibnu Athaillah  adalah:     إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تبُاَلِ مَعَهَا إِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ تَعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَاْلأَعْمَالَ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ وَأَيْنَ مَا أَنْتَ مُهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ Artinya:  “ Jika Tuhan membukakan pintu makrifat, jangan kau pertanyakan amalmu yang sedikit. Karena Dia tidak akan membukakan pintu makrifat, kecuali karena ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu. Tahukah kau bahwa makrifat merupakan anugerah_nya untukmu, sedangkan amalmu adalah persembahan untuk-Nya. Tentu persembahanmu takkan sebanding dengan anugerah-Nya .” Penjelasan   Dalam perjalanan menuju Tuhannya, seorang  salik  harus memperbanyak amal untuk menekan dorongan-dorongan nafsu syahwat sehingg

Tawasul

Tawassul   عِبــَادَ اللهِ رِجَــالَ اللهِ ‘Ibadallah Rijalallah عِبــَادَ اللهِ رِجَــالَ اللهِ أَغِيْثُـنَـا لِأَجْـلِ اللهِ ……. لِأَجْـلِ اللهِ Wahai Hamba hamba ALlah, Wahai wali wali Allah. Tolonglah kami karena Allah وَكُـونُـواأَوْلَـنــــَا لِلّهِ عَـسـَى نَخْـــطَى بِـفَضْـــــلِ للهِ Bantulah kami karena Allah, Semoga tercapai hajat kami karena anugerah Allah عل الكافى صلاة اللة على الشا فى سلام اللة SEmoga rohmat Allah atas nabinya yg penurut, semoga salam Allah atas Nabinya yang penurut, semoga salam Allah atas nabinya yang menyembuhkan penyakit. بمحى الدىن خلصنا من البلواء ىا اللة Ya Allah dengan perantara syeh Abdul Qodir Al Jilani ra. selamatkanlah dari segala bala’ وَيَـاأَقْـــطَابُ وَيـَاأ نْجَـــاب وَيَـاسَادَ اتُ وَيَـاأَحْبَــابُ يـَاأَحْبَــابُ Wahai Para wali kutub, wahai para wali yang dermawan,wahai para sayyid dan habaib (keturunan Rosulullah saw.) وَأَنْــتُمْ يـــَاأُلِى اْلأَ لْبَـــــاب تَـعَـالَـوْوَانـْصُـــرُوْا لِلّهِ

Tentang Dzikrul Ghofilin

  Dzikrul Ghofilin Dzikrul Ghofilin adalah rangkaian wirid yang intinya  membaca surat Al-Fatihah seratus kali,  tawassul bil auliya wash sholihin,  Ayatul Kursiy,  Asmaul Husna,  istighfar, sholawat,  dan tahlil,  yang disusun oleh tiga serangkai: Gus Miek, KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Ahmad Shiddiq Jember.  Seluruh wirid yang terangkai dalam Dzikrul Ghofilin, komposisi dan cara pengamalannya berlandaskan dalil-dalil yang resmi dan shohih dari Al-Quran, sunnah dan ajaran-ajaran para masyayikh yang bersambung sanadnya sampai Rosulullah saw. Dzikrul Ghofilin adalah aurod sunnah yang sifatnya terbuka dan universal.  Artinya bisa diamalkan oleh siapa saja;  mulai dari yang berilmu sampai pun yang paling awam,  dengan tetap terjamin daya sentuhnya – Siapapun pengamalnya –  asalkan ia mengamalkannya dengan yakin, ikhlas, dan istiqomah.  Dzikrul Ghofilin ini, utamanya ditujukan untuk orang-orang awam yang belum mempunyai wirid yang dijadikan pegangan.  Karenanya, aurod ini s

Nasihat Gus Arif

  Allah Swt berfirman: إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. [Ar-Ra’d/13:11]   Kata “anfusihim” itu adalah jiwa. Kalau sudah bicara jiwa berarti bicara hati. Hati itu sulit di baca. Di mana hati itu. Ada yang mengatakan jantung adalah hati. Tetapi ada juga yang mengatakan mudqgah, qolb, dll. Jiwa itu adalah kesatuan daripada jantung, mudghah, dan qolab itu?. Kalau bicara masalah hati, berarti yang harus di rubah kalau kita ingin berubah adalah niat. Allah maha mengetahui atas segala yang kita niatkan. Jadi hati yang harus berubah, bukan pikiran. Hati yang harus di rubah bukan pikiran. Kalau niat kita karena Allah, maka hidup kita akan berubah. Yaqinnya lebih disempurnakan, imannya disempurnakan. Kepada kita sering gagal? Karena yaqin dan iman kita masih kurang. Allah Swt telah berfirman: هُوَ الَّذِي