Haji Mabrur sebagai jaminan tiket ke surga
HAJI MABRUR SEBAGAI JAMINAN TIKET KE SURGA
1)
OPENING/MUKADDIMAH (1 menit)
Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"...Dan
(di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke
sana." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 97).
KISAH INSPIRATIF/INSIGHT
Ali
bin Al Muwaffaq, tukang sol sepatu di Kota (Damaskus) kisah seorang yg belum
berangkat haji namun sudah dicatat mabrur hajinya oleh Allah sebab bersedekah.
Dahulu
ada seorang ulama ahli fikih dan hadis Abdurrahman Abdullah ibn Al Mubarak
setelah selesai menjalankan prosesi ibadah haji kemudian tertidur. Saat tidur,
ia bermimpi dua malaikat turun dari langit dan saling bercakap.
Dalam
percakapan kedua malaikat tersebut membahas tentang jamaah haji yang tidak
diterima ibadahnya. Padahal ketika itu jumlah jamaahnya mencapai 600 ribu
orang.
Abdurrahman
Abdullah ibn Al Mubarak pun menangis. Ia bergetar karena khawatir jika ibadah
hajinya itu sia-sia dan tidak diterima Allah Subhanahu wa ta'ala seperti apa
yang diperbincangkan kedua malaikat tersebut.
Ulama
itu berpikir semua orang telah datang dari belahan bumi yang jauh hanya untuk
beribadah haji dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang
perjalanannya. Mereka telah berkelana, namun sayangnya semua usahanya menjadi
sia-sia.
Sambil
gemetar, ia melanjutkan percakapan kedua malaikat itu yang masih membahas
tentang ibadah haji. Tiba-tiba salah satu malaikat itu mengatakan bahwa ada
seseorang yang mendapatkan pahala haji meski tidak jadi berangkat.
"Namun
ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, akan tetapi
ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh
ibadah haji mereka diterima oleh Allah," kata salah satu malaikat itu.
"Kenapa bisa
begitu?"
"Itu kehendak
Allah."
"Siapa orang
tersebut?"
"Ali bin Al
Muwaffaq, tukang sol sepatu di Kota Dimasyq (Damaskus)."
Mendengar pernyataan
malaikat itu Abdullah ibn Al Mubarak pun terbangun dari tidurnya. Ketika
sepulangnya berhaji, ia langsung menuju Damaskus, Syiria, mencari keberadaan
tukang sol sepetu yang mendapatkan nikmat Allah Subhanahu wa ta'ala berupa
pahala haji.
Setiap sudut Kota
Damaskus ia telusuri, mencari tukang sol sepatu yang disebutkan kedua malaikat
di dalam mimpinya waktu itu.
Kemudian ia mendapatkan
kabar bahwa Ali bin Al Muwaffaq berada di tepi kota. Abdullah Al Mubarak
bergegas ke lokasi tersebut.
Pencariannya berhasil. Ia
menemui seorang pria dengan pakaian lusuh.
"Benarkah Anda Ali
bin Al Muwaffaq?" Tanya Abdullah Al Mubarak.
"Betul tuan. Ada
yang bisa saya bantu?" kata Ali.
Kemudian Abdullah Al
Mubarak pun bertanya, mengapa Ali bisa sampai mendapatkan pahala haji mabrur. Mendengar
itu Ali kebingungan, karena ia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya
mendapatkan pahala tersebut.
Abdullah Al Mubarak
meminta Ali menceritakan apa saja yang ia lakukan di dalam kehidupannya selama
ini. Ali pun akhirnya menceritakannya.
"Sejak puluhan tahun
lalu, setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja saya sebagai tukang
sol sepatu. Sedikit demi sedikit saya kumpulkan, hingga akhirnya pada tahun
ini, saya memiliki 350 dirham, cukup untuk saya berhaji, saya sudah siap
berhaji," kata Ali.
Tapi sayangnya Ali gagal
berangkat karena istrinya saat itu sedang mengidam yang sangat berat. Saat itu
istrinya menginginkan masakan yang aromanya ia cium. Kemudian Ali mencarinya
dan menemukan asal sumber aroma masakan tersebut dari dalam gubuk reyot.
"Di situ ada seorang
janda dan enam anaknya. Saya mengatakan kepadanya bahwa istri saya ingin
masakan yang ia masak, meskipun sedikit. Janda itu diam saja memandang saya,
sehingga saya mengulangi perkataan saya," ujar Ali bin Al Muwaffaq.
Tapi janda itu tidak
ingin memberikan makanan yang dimasaknya, dengan alasan makan itu halal baginya
dan haram untuk orang lain. Ternyata daging yang sedang ia olah itu bangkai
kedelai, mereka tidak bisa makan dan terpaksa mengambil bangkai tersebut.
Merasa iba, Ali akhirnya
kembali ke rumahnya untuk memasak makanan sehat dan halal, kemudian kembali
lagi ke gubuk itu dan sekaligus memberikan uang tabungan hajinya.
"Pakailah uang ini
untukmu sekeluarga. Gunakanlah untuk usaha agar engkau tidak kelaparan
lagi."
Mendengar cerita
tersebut, Abdullah Al Mubarak tak bisa menahan air matanya. Terungkap sudah
rahasia mimpinya itu, ternyata inilah amalan yang dilakukan oleh Ali bin Al
Muwaffaq sehingga Allah menerima amalan hajinya, meski ia tidak berkesempatan
menunaikan ibadah haji. Kisah tersebut diambil dari Kitab Ihya'Ulumuddin karya
Hujjat al-Islam al-Imam Al- Ghazali, "Asrar al-Hajj" (rahasia-rahasia
Haji).
2)
MATERI CIRI-CIRI HAJI MABRUR (6 MENIT)
Rasulullah
SAW juga pernah memberikan kisi-kisi tanda atau ciri-ciri bagi setiap orang
yang mendapatkan predikat mabrur hajinya. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dalam Musnadnya:
قَالُوا:
يَا نَبِيَّ اللهِ مَا بِرُّ الْحَجِّ الْمَبْرُورُ؟ قَالَ: «إِطْعَامُ
الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ
Artinya,
“Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?’ Rasulullah
menjawab, ‘Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.”
Walaupun
hadits ini divonis munkar syibhul maudhu’ oleh Abu Hatim dalam kitab Ilal ibn
Hatim, tetapi ada riwayat lain yang marfu’ dan memiliki banyak syawahid.
Bahkan divonis Shahihul Isnad oleh Al-Hakim dalam kitab Mustadrak-nya, walaupun
Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Sebagaimana dikutip Imam Badrudin Al-Aini
dalam Umdatul Qari-nya:
سئل
النبي ما بر الحج قال إطعام الطعام وطيب الكلام وقال صحيح الإسناد ولم يخرجاه
Artinya,
“Rasulullah SAW ditanya tentang haji mabrur. Rasulullah kemudian berkata,
‘Memberikan makanan dan santun dalam berkata.’ Al-Hakim berkata bahwa hadits
ini sahih sanadnya tetapi tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.”
Dari dua hadits di atas bahwa sebagian
dari tanda mabrurnya haji seseorang ada tiga:
Pertama, santun dalam bertutur kata
(thayyibul kalam).
Kedua, menebarkan kedamaian (ifsya’us
salam).
Ketiga, memiliki kepedulian sosial yaitu
mengenyangkan orang lapar (ith‘amut tha‘am).
Dalam
kitab Fathul Bari Syarah Shohih Bukhari & Muslim Kitabul Haj Bab. Fadhlul
Hajjul Mabruru:
مَنْ
حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “Aku
pernah mendengar Nabi saw. bersabda, “Siapa yang berhaji karena Allah, lalu ia
tidak berkata kotor dan berbuat fasik, maka ia kembali seperti hari ketika
dilahirkan ibunya.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
3)
KESIMPULAN (2 menit)
Haji mabrur menyebabkan kita mendapat
tiket ke surga karena sesuai dengan janji Nabi:
الْحَجُّ
الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّة Artinya:
Haji yang mabrur itu tidak ada balasan (yang pantas) untuknya kecuali surga.”
(H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Jika ingin surga maka lakukan 3 hal
tersebut di atas: 1) Thayyibul kalam,
2) Ifsyaus salam &, 3) Ith'amuth tha'am.
4)
CLOSING/PENUTUP (1 menit)