Isra Mi'raj
إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَ
بَعْدَه. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ
اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيْمُ وَبَلَّغَ
النَّبِيُ الكَرِيْمُ وَ نَحْنَ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَ الشَّاكِرِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
Puja
dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, Allah yang
senantiasa melimpahkan ni’mat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita,
sehingga kita masih dapat menunaikan ibadah shalat jum’at di tempat yang penuh
dengan berkah ini. Shalawat dan salam marilah kita sanjungkan kepangkuan
seorang hamba Allah yang terpilih yang telah diperjalankan-Nya pada suatu malam
dari MasjidilHaram ke MasjidilAqsha lalu ke Sidrotil Muntaha, yaitu Nabi kita
Muhammad beserta para keluarga dan shahabatnya dan segenap orang yang mengikuti
petunjuknya.
Kalau
kita perhatikan, hampir setiap bulan dalam kalender Islam memiliki nilai
sejarah. Kalau kita bicara Muharrom misalnya, kita diingatkan pada peristiwa
hijrah. Di bulan Ramadhan kita bertemu dengan nuzulul Qur’an. di bulan
Dzulhijjah membawa kita ke peristiwa Idul Qurban. Kita menjumpai Idul fitri di
bulan Syawal. Kita bersua dengan Maulid Nabi di bulan Rabi’ul Awal dan ketika
perjalanan hidup kita tiba di bulan Rajab, kita diajak mengembara, merasakan ke
Maha besaran Allah bersama Isra Mi’raj.
Al-Qur’an
memang bukan kitab sejarah, tetapi al-Qur’an banyak menceritakan peristiwa
bersejarah. Dan kalau kita telaah gaya bahasa yang digunakan al-Qur’an dalam
menceritakan peristiwa bersejarah itu ternyata berbeda-beda.
Istimewa
sekali, bahwa untuk mengisahkan peristiwa Isra Mi’raj, Allah Swt memulai
ayat-Nya dengan kalimat tasbih. Allah Swt berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً
مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِي بَارَكْنَا
حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَآ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran
Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. 17:1)
Banyak peristiwa yang disebutkan dalam al-Qur’an, tetapi
jarang sekali diawali dengan kalimat tasbih. Contoh, ketika al-Qur’an
menceritakan Fir’aun dan bala tentaranya yang ditenggelamkan oleh Allah di laut
merah. Ini peristiwa hebat dan luar biasa tapi tidak dimulai dengan kalimat
tasbih.
Subhanalladzi yang artinya Maha Suci Allah. Allah menaruh kesucian-Nya untuk menjamin kebenaran
peristiwa Isra Mi’raj. Hal ini menandakan bahwa Isra Mi’raj bukan peristiwa
biasa.
Kalimat selanjutnya adalah ‘asra’ yang artinya Maha Suci
Allah yang ‘telah memperjalankan’.
Dari kalimat itu tampak bahwa dalam peristiwa Isra Mi’raj
yang aktif sebenarnya Allah Swt. Karenanya tidak heran jika Nabi berangkat dari
Mekkah menuju Masjidil Aqsha di Palestina, lalu naik ke langit ketujuh, naik
lagi ke Baitul Makmur setelah itu ke Sidratul Muntaha, hingga tiba di bawah
Arsy menerima perintah shalat, melakukan kunjungan ke neraka dan surga,
kemudian kembali lagi ke Mekkah, hanya memakan waktu tidak lebih dari sepertiga
malam. Kenapa tidak bisa? Kan Allah yang memperjalankan. Nabi sendiri pasif
sekedar memperjalankan dan terima beres. Andai kata Rasul berjalan sendiri,
jelas beliau tidak akan sanggup menempuh jarak yang demikian jauh dalam waktu
sesingkat itu. Oleh karena itu di dalam memahami peristiwa Isra’ Mi’raj jangan
memakai logika manusia, tetapi harus menggunakan logika ke Maha Kuasaan Allah.
Seperti seekor semut yang berada di dalam mobil, mampu menempuh puluhan kilo
meter dalam satu jam perjalanan. Tentu yang harus dipakai adalah logika
manusia, bukan logika semut.
Kemudian kalimat bi Abdihi (Hamba-Nya). Kenapa
Allah tidak menggunakan kalimat lain misalnya subhanalladzi asro bi
Muhammadin? Ada dua pengertian yang dikandung kata ‘abdihi’ atau
hambanya dalam ayat tersebut:
Pertama, kata ‘hamba’
itu menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw melakukan Isra dan Mi’raj dengan ruh
dan jasad. Sebab, orang hanya akan dipanggil hamba kalau punya jasad dan ruh
sekaligus. Jasad tanpa ruh namanya mayit dan ruh tanpa jasad mungkin dedemit.
Kedua, kalimat ‘abdihi’
juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad itu oleh Allah benar-benar telah diakui
sebagai hamba-Nya. Mungkin kita bertanya, “lho, apakah kita bukannya hamba
Allah?”. Tentu kita ini hamba Allah, tapi kata siapa? Kalau kata kita, itu
namanya pengakuan dari kita. Kita mengaku sebagai hamba Allah. boleh-boleh
saja. Tetapi apakah pengakuan kita itu juga diakui Allah?, ini yang menjadi
masalah. Begitu banyak manusia yang mulutnya mengaku sebagai hamba Allah,
tetapi perbuatannya membuktikan bahwa ia adalah hamba syetan, hamba dunia,
hamba nafsu, hamba atasan, hamba uang, budak pangkat dan budak jabatan.
Dipenghujung ayat itu kita menjumpai kalimat: “linuriyahu
min ayatina”. Yang artinya agar Kami perlihatkan kepadanya (yaitu kepada
Nabi Muhammad Saw) sebagian dari tanda-tanda (kebenaran) kami (kata Allah Swt).
Seluruh pemandangan dan peristiwa yang dilihat dan
dijumpai Nabi sepanjang perjalanan merupakan sebagian kecil dari tanda-tanda
kebesaran Allah Swt dan itu merupakan tamsil atau perumpamaan. Contoh ketika
Nabi melihat orang yang mencakar-cakar mukanya dengan kukunya sendiri, beliau
bertanya: ya Jibril, itu orang macam apa? Jibril menjawab, itulah contoh dari
ummatmu yang suka menjelek-jelekkan saudaranya sendiri. Lalu Nabi melihat orang
yang dipotong lidahnya. Kata jibril, itu adalah contoh dari ummatmu yang suka
membuat fitnah.
Ditempat yang lain Nabi menyaksikan sekelompok orang yang
bercocok tanam. Anehnya, saat mereka menamam saat itu pula pohonnya berbuah.
Tiap kali dipetik buahnya, seketika itu keluar lagi buah yang lainnya. Malaikat
Jibril berkata, wahai Muhammad, itulah sebuah potret ummatmu yang gemar memberi
bantuan kepada orang yang sedang memerlukannya.
Disamping itu, dalam peristiwa Isra dan mi’raj, Nabi
menerima perintah shalat. Inilah salah satu keistimewaan shalat. Semua syariat Islam
seperti puasa, zakat dan haji diturunkan dibumi kecuali shalat yang diturunkan
di langit dengan dipanggilnya Nabi Muhammad Saw kehadirat Allah Swt.
Isra
dan mi'raj adalah mu'jizat Nabi Muhammad Saw. Tidak diberikan kepada manusia
biasa. Namun manusia bisa melakukan Mi’roj yaitu bertemu dengan Allah Swt.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan melakukan ibadah shalat. Karena Rasulullah Saw
pernah bersabda: ash-shalatu mi'rajul
mu'minín, shalat itu mi'rajnya orang-orang yang beriman. Semoga khutbah
ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbalalamiin.
اِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا
تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكيْمِ. وَتَقَبَّلَ
مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاَوتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ أَقوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْم.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا
بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِه الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه
نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فيا عباد الله اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ بِسْمِ للّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اَللّٰهُمَّ
صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَالـْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ
زَمَان وَ فِي مَكَانٍ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِوَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَ اسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.