Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2022

Ar-Raaqib (44)

Al-Raqib adalah nama Allah yang keempat puluh empat. AL-Raqib artinya yang mengintai. Ma’na al-Raqib ini kembali kepada makna ilmu, sma, bashar dan hifd. Maksudanya Dialah Allah yang mengintai, yang mendengar, yang melihat dan yang memelihara segala gerak gerik kita. Tidak ada satupun gerak gerik atau bisikan hati yang keluar dari ilmu, juga pendengaran, penglihatan dan pemeliharaan Allah Swt. Itulah yang dimaksud dengan mengintai. Firman Allah Swt : إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا   “sesungguhnya Allah Selalu mengintai atas kalian” Letak susunan asma ini sesudah al-Karim mengandung hikmah agar manusia tidak tertipu dengan “al-karim”. Yaitu disamping kemurahannya Allah dengan tidak menindak langsung orang berbuat salah, apabila dinpinta di beri dan apabila diminta perlindungan di lindungi. Allah Juga bernama Al-Raqib yang selalu mengintai sehingga dia mampu menindak seketika bagi orang menentang. Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah Swt berfirman kepada para malaikat:   ويروى أ

Mengendalikan Nafsu

Alhamdulillah Allah masih memberikan kita umur yang panjang sehingga kita masih ditakdirkan Allah untuk berpuasa di bulan Ramadhan ini. Semoga Allah memberikan keberkahan bulan Rajab, bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti-nantikan kehadirannya oleh Rasulullah Saw, para shahabat dan orang-orang Sholih. Kenapa demikian, karena setiap perbuatan baik yang kita lakukan dibulan Ramadhan ini, pahalanya dilipatgandakan oleh Allah Swt. Allah telah menetapkan tempat dan waktu, jika kita melakukan amal kebaikan Allah akan lipatkan pahala kebaikannya. Tempat itu adalah Makkah al-Mukarramah dan Madinah Munawwaroh.  Kemudian Allah menetapkan waktu, satu bulan dalam satu tahun, dimana di bulan tersebut Allah melipat gandakan semua kebaikan yang dikerjakan. Bulan itu adalah bulan suci Ramadhan. مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَ

Berpisah dengan Ramadhan

Setiap ibadah di bulan ini menjadi istimewa karena pahalanya yang dikalikan lipatkan. Rasulullah Saw Bersabda: مَنْ تقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. “ Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan suatu perbuatan fardhu di lain Ramadhan d an siapa menunaikan suatu perbuatan fardhu di bulan Ramadhan, maka nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di bulan-bulan Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya). Namun, tak jarang kekhusyukan di penghujung bulan Ramadhan biasanya sudah mulai teralihkan dengan gegap gempita hari raya.  Meski begitu, tidak demikian yang terjadi pada Rasulullah dan para sahabat. Rasulullah dan para sahabat justru menunjukkan kesedihan yang begitu mendalam ketika akan berpisah dengan bulan penuh ampunan. Hal tersebut