Berpisah dengan Ramadhan

Setiap ibadah di bulan ini menjadi istimewa karena pahalanya yang dikalikan lipatkan. Rasulullah Saw Bersabda:

مَنْ تقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.

Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan suatu perbuatan fardhu di lain Ramadhan dan siapa menunaikan suatu perbuatan fardhu di bulan Ramadhan, maka nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di bulan-bulan Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya).

Namun, tak jarang kekhusyukan di penghujung bulan Ramadhan biasanya sudah mulai teralihkan dengan gegap gempita hari raya.  Meski begitu, tidak demikian yang terjadi pada Rasulullah dan para sahabat.

Rasulullah dan para sahabat justru menunjukkan kesedihan yang begitu mendalam ketika akan berpisah dengan bulan penuh ampunan. Hal tersebut terekam dalam sebuah riwayat. Suatu ketika Rasulullah pernah berkata, "Apabila malam terakhir bulan Ramadhan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad SAW."

Kemudian seorang bertanya tentang musibah apa yang akan menimpa mereka. Rasulullah SAW lalu menjawab, "Perginya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan itu semua doa diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan)." (Diriwayatkan dari Jabir).

Terlebih, belum tentu di tahun depan semua akan dipertemukan kembali dengan bulan suci berikutnya. Maka dari itu, kiranya umat islam senantiasa melakukan kebaikan semaksimal mungkin ketika bulan suci.

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ

"Sekiranya umatku ini mengetahui apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadhan." (HR Ibnu Abbas)

Masih ada dua malam lagi, mari kita maksimalkan sisa sisa bulan Ramadhan ini dengan ibadah kepada Allah Swt.

عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

“Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi saw meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu yang lain,” (HR Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

“Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).

Imam Alghazali memprediksi Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29

Metode perhitungan Al-Ghazali ini banyak dijadikan rujukan oleh para wali wali dan ulama besar. Seperti Syekh Abu Hasan asy-Syadzili. Dalam testimoninya, asy-Syadzili berkomentar, “Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau kaidah Imam al-Ghazali tersebut." Maka masih ada kesempatan bagi kita untuk mendapatkan lailatul qadar di tahun ini.

Muhammad bin Abdullah al-Haddar seorang ulama dari negeri yaman mengatakan apabila seseorang ingin meraih Lailatul Qadar maka harus mengerjakan 3 hal; 1) berpuasalah dari yang haram sebagaimana ia berpuasa dari makanan dan minuman, 2) Berusahalah untuk selalu shalat berjamaah terutama shalat Isya dan Shalat Subuh, 2)  Berusalah untuk selalu melakukan shalat Tarawih beserta Witir. Apabila 3 hal ini dikerjakan maka ia termasuk orang yang akan mendapatkan Lailatul Qadar.

Ya Allah berkahilah kami di bulan Ramadhan dan muliakan kami dengan Lailatul Qadar. Amin. Semoga kita diberikan panjang umur, kekuatan dan kesehatan agar bisa beribadah maksimal disisa-sisa bulan Ramadhan ini. Amin ya Rabbal alamin.

Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

Sejarah Dzikrul Ghofilin

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU