Menuntut Ilmu
#NIAT
Dalam Kitab Nashoihul 'Ibad Maqolah 1
يَا اَبَاذَرٍّ جَدِّدِ السَّفِيْنَةَ فَإِنَّ الْبَحْرَ عَمِيْقٌ
Diriwayatkan dari Rasulullah SAW. Sesungguhnya beliau pernah menasihati Abu Dzar Al Ghifari, "Wahai Abu Dzar, renovasilah (perbaikilah) kapalmu, karena sesungguhnya lautnya dalam”
Perbaharuilah perahumu disini adalah maksudnya adalah perbaiki niatmu.
فَإِنَّ الْبَحْرَ عَمِيْقٌ
Maksudnya kehidupan dunia itu bagaikan samudra yang dalam, penuh dengan gelombang, godaan, halangan, dan rintangan.
Maka dari itu hadits yang pertama dalam hadits Arbain An-Nawawi adalah hadits tentang niat, karena saking pentingnnya niat dalam mencari ilmu:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap perbuatantergantung niatnya dan setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR. Bukhari Muslim)
Barangsiapa yang hijrahnya, ibadahnya karena Allah, maka ia akan mendapatkan pahala dan ganjaran dari Allah Swt.Tapi kalau karena dunia, maka ia hanya akan mendapatkan dunia...DAN JANGAN MENGHARAP GANJARAN DARI ALLAH SWT. Atau karena perempuan.
Asbab wurud hadits ini kan karena ada laki-laki yang ingin melamar wanita yang bernama ummu qais. Namun ummu qois menolak kecuali jika laki-laki itu hijrah juga kemadinah. Didalam hati laki-laki itu ia niat berhijrah Cuma karena ingin mendapatkan wanita idamannya yaitu ummu qois.
Kata nabi: kalau hijrahnya Cuma ingin dapat wanita, maka itu aja yang didapat jangan mengharapkan ganjaran dan pahala dari Allah Swt.
كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الدُّنْيَا وَ يَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَّة مِنْ أَعْمَالِ الاَخِرَة وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الَاخِرَة ثُمَّ يُصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيَا بِسُوْءِ النِّيَّة
“Banyak amalan yang tampak sebagai perbuatan duniawi berubah menjadi perbuatan ukhrawi lantaran niat yang bagus. Banyak pula amalan yang terlihat sebagai perbuatan ukhrawi berubah menjadi perbuatan duniawi lantaran niat yang buruk.”
Niat belajar yang dicontohkan oleh Imam al-habib Abdullah bin Alawi al-Haddad:
نَوَيْتُ التَّعَلُّمَ وَالتَّعْلِيْمَ، وَالتَّذَكُّرَ وَالتَّذْكِيْرَ، وَالنَّفْعَ وَاْلإِنْتِفَاعَ، وَاْلإِفَادَةَ وَاْلإِسْتِفَادَةَ، وَالْحَثَّ عَلَى التَّمَسُّكِ بِكِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِهِ، وَالدُّعَاءَ إِلَى الْهُدَى، وَالدَّلاَلَةَ عَلَى الْخَيْرِ، اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ وَمَرْضَاتِهِ وَقُرْبِهِ وَثَوَابِهِ
“Saya niat belajar dan mengajar, mengingat dan mengingatkan (ilmu), memberi manfaat dan mencari manfaat, memberi keutamaan dan mencari keutamaan, menganjurkan berpegah teguh dengan kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunah rasul-Nya, menyeru kepada petunjuk, menunjukkan kepada kebaikan, demi mengharap dapat berjumpa dengan Allah dan keridaan serta pahala-Nya.”
# BERSYUKUR
Berapa banyak orang yang berkeinginan belajar di universitas al-Ahqaf tetapi terkendala dana. Tetapi ananda bisa di pilih Allah untuk bisa berangkat kesana.
Pertama, bersyukurlah kepada Allah Swt dengan banyak mengucapkan alhamdulillah.
Dalam Kitab Madarijus Salikin dikatakan :
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ
“Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia maka dia tidak dapat bersyukur kepada Allah”. (Kitab Madarijus Salikin).
Siapa manusia yang harus kita berterima kasih kepadanya? Antara lain:
Berterima kasih kepada Rasulullah Saw para wali-wali yang mungkin kalau tidak ada beliau kita menyembah batu atau lembu.
Berterima kasih kepada guru yang mengajar, mengasuh dan telah mendidik kita
Kemudian berterima kasih kepada Orang tua yang telah melahirkan dan membiayai kalian caranya dengan berbakti kepada mereka, bagaimana cara berbaktinya? Yaitu dengan dengan menyenangkannya. Rasulullah SAW bersabda:
رِضَا اللَّهِ فِـيْ رِضَا الْوَالِدَيْـنِ، و سخط اللَّهِ فِـيْ سخط الْوَالِدَيْنِ
Keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua." (HR Tirmidzi).
Jadi kalau kita ingin tahu kalau Allah lagi ridho atau murka kepada kita, maka kita lihat orang tua, kalau ia lagi ridho, senang dengan kita maka Allah lagi ridho dan senang dengan kita, begitu juga sebaliknya, jika kita pengen tahu Allah lagi murka atau benci sama kita lihat orang tua kita.
Kalau nyenengin orang tua itu kita sesuaikan dengan kesenangan orang tua jangan disesuaikan dengan kesenangan kita. Kita sukanya duren kita bawain ke orang tua, tapi orang tua kita sukanya mangga, maka bawainnya mangga jangan duren.
# TIGA MACAM PENUNTUT ILMU
SAYYIDINA Ali membagi manusia dalam menuntut ilmu itu menjadi 3 macam. Pertama, seperti budak (عبد). Kedua, seperti pedagang (تاجر). Ketiga, seperti pecinta (محب).
Pertama, penuntut ilmu seperti budak. Dia belajar menunggu disuruh ustadz dan orang tua. Belajar karena takut di hukum.
Kedua, penuntut ilmu seperti pedagang. Belajar kalau ada perlombaan, hadiah, syahadah, dan keuntungan dunia-dunia lainnya. Semangat belajar seperti ini sangat sementara.
Ketiga, penuntut ilmu seperti pecinta. Orang yang sudah mengetahui kemuliaan ilmu dan penuntutnya. Mengetahui manisnya ilmu dan pahitnya kebodohan. Orang yang berbahagia atas karunia akal yang diberikan oleh Allah.
Orang yang sudah sampai ke tingkatan (maqam) ini akan senantiasa memanfaatkan waktunya dengan baik. Seluruh waktunya banyak digunakan untuk ilmu. Maka tidak heran, banyak para ulama terdahulu memakan makanan yang mudah dikunyah agar waktu makan tidak lama.
Mereka memulai belajarnya sejak kecil. Dalam sehari mereka mampu menghadiri banyak majelis ilmu bahkan sampai 12 kali sebagaimana yang dilakukan Imam Nawawi. Malam-malamnya mereka bagi, ada yang membagi mejadi tiga bagian, sebagaimana Imam Syafi’i. Sebagaimana pernyataan santrinya :Rabi bin Sulaiman berkata, “Imam Syafi’i membagi malam menjadi 3 bagian” : pertama, untuk menulis (kitab). Kedua, untuk shalat (ibadah). Ketiga, untuk tidur.
# 6 SYARAT MENUNTUT ILMU
6 hal sebagai modal dalam mencari ilmu. Mengenai hal ini, Syaikh Azzarnuji di dalam kitabnya tersebut menuliskan sebuah syair dari Sayyidina ‘Ali Kw., beliau mengatakan:
ألا لا تنال العلم إلا بستة * سأنبيك عن مجموعها ببيان
ذكاء وحرص واصطبار وبلغة * وإرشاد أستاذ وطول زمان
Engkau tak mampu peroleh ilmu tanpa enam (syarat) #Berikut aku jelaskan padamu
Cerdas, semangat, sabar, bekal # Petunjuk guru, dan waktu yang panjang
#CERDAS
الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ المَوْتِ
”Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian“. (HR. Ahmad, Turmudzi, Ibn Majah ).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Artinya: “Apabila seorang manusia meninggal, maka
terputuslah amalnya, kecuali tiga, yakni sedekah jariyah, atau ilmu yang
diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakannya”. (HR Muslim)
#SEMANGAT
عن المرء لا تسأل وأبصر قرينه فـإن الـقرين بالمـقارن يقــتـدى
فـإن كـان ذا شر فــجـنبه سرعـة وإن كان ذا خير فقارنه تهـتدى
Jangan bertanya siapakah dia? Cukup kau tahu oh itu temannya.karena siapapun dia, mesti berwataq seperti temannya.
Bila kawanya durhaka, singkirilah dia serta merta.bila bagus budinya, rangkullah dia, berbahagia!
# SABAR
من لم يكن تعظيمه بعد ألف مرة كتعظيمه فى أول مرة فليس بأهل العلم.
“Barang siapa yang telah mengagungkannya setelah
lebih dari 1000 kali tidak sebagaimana pada pertama kalinya, ia tidak termasuk
ahli ilmu.”
# BEKAL
Suatu hari Abdul Qadir yang masih belia meminta izin ibundanya untuk pergi ke kota Bagdad. Bocah ini ingin sekali mengunjungi rumah orang-orang saleh di sana dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari mereka. Sang ibunda merestui. Diberikanlah kepada Abdul Qadir empat puluh dinar sebagai bekal perjalanan. Agar aman, uang disimpan di sebuah saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak. Sang ibunda tak lupa berpesan kepada Abdul Qadir untuk senantiasa berkata benar dalam setiap keadaan. Ia perhatikan betul pesan tersebut, lalu ia keluar dengan mengucapkan salam terakhir. “Pergilah, aku sudah menitipkan keselamatanmu pada Allah agar kamu memperoleh pemeliharaan-Nya,” pinta ibunda Abdul Qadir. Bocah pemberani itu pun pergi bersama rombongan kafilah unta yang juga sedang menuju ke kota Bagdad. Ketika melintasi suatu tempat bernama Hamdan, tiba-tiba enam puluh orang pengendara kuda menghampiri lalu merampas seluruh harta rombongan kafilah. Yang unik, tak satu pun dari perampok itu menghampiri Abdul Qadir. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka mencoba bertanya kepadanya, “Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?” “Aku membawa empat puluh dinar,” jawab Abdul Qadir polos. “Di mana kamu meletakkannya?” “Aku letakkan di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.” Perampok itu tak percaya dan mengira Abdul Qadir sedang meledeknya. Ia meninggalkan bocah laki-laki itu. Selang beberapa saat, datang lagi salah satu anggota mereka yang melontarkan pertanyaan yang sama. Abdul Qadir kembali menjawab dengan apa adanya. Lagi-lagi, perkataan jujurnya tak mendapat respon serius dan si perampok ngelonyor pergi begitu saja. Pemimpin gerombolan perampok tersebut heran ketika dua anak buahnya menceritakan jawaban Abdul Qadir. “Panggil Abdul Qadir ke sini!” Perintahnya. “Apa yang kamu bawa?” Tanya kepala perampok itu. “Empat puluh dinar.” “Di mana empat puluh dinar itu sekarang?” “Ada di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.” Benar. Setelah kepala perampok memerintah para anak buah menggeledah ketiak Abdul Qadir, ditemukanlah uang sebanyak empat puluh dinar. Sikap Abdul Qadir itu membuat para perampok geleng-geleng kepala. Seandainya ia berbohong, para perampok tak akan tahu apalagi penampilan Abdul Qadir saat itu amat sederhana layaknya orang miskin. “Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?” “Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tak berani durhaka kepadanya,” jawab Abdul Qadir. Pemimpin perampok itu menangis, seperti sedang dihantam rasa penyesalan yang mendalam. “Engkau tidak berani ingkar terhadap janji ibumu, sedangkan aku sudah bertahun-tahun mengingkari janji Tuhanku.” Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Abdul Qadir, bocah kecil yang kelak namanya harum di mata dunia sebagai Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Drama pertobatan ini lantas diikuti para anak buah si pemimpin perampok secara massal. Kisah ini diceritakan dalam kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syekh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibari, yang mengutip cerita dari al-Yafi’i, dari Abu Abdillah Muhammad bin Muqatil, dari Syekh abdul Qadir al-Jailani
# PETUNJUK GURU
Habib Abdullah baharun mengatakan bahwa murid dan guru itu harus punya alaqoh kahrobaiyyah. Hubungan aliran listrik. Lampu itu tidak akan menyala kecuali jika ada aliran listriknya. Maka seoang murid jika ingin mendapatkan aliran listrik dari gurunya maka harus mendapatkan ridha dari sang guru.
Alkisah ada seorang murid yang pintar sekali ketika mesantren di rubath tarim hadromaut Yaman. Yang kala itu masih asuh oleh habib abdullah asyyatiri, ayah dari pada almarhum habib Salim Assyatiri. Saking pintar muridnya ini sering di undang untuk ceramah diberbagai tempat. Dan pada suatu waktu ada undangan di sebuah kota namanya mukalla, kebetulan yang ngundang orang kaya atau mempunyai jabatan di negeri tersebut. Setelah dia lihat undangannya akhirnya ia tertarik untuk hadir pada acara tersebut dan niat bolos untuk tidak hadir pada pengajian dengan habib Abdullah Asysyatiri. Maka ketika pengajian itu di mulai, di absen satu satu muridnya dan ketika di panggil nama si fulan, si fulan tidak ada. Kemudian ditanyakan kepada teman-temannya, kemana sifulan. Akhirnya dikasih tau bahwa sifulan tidak hadir kajian karena menghadiri undangan ceramah disuatu tempat. Dan kala itu hati gurunya tersakiti dan tidak meridhoi apa yang fulan kerjakan. Dan di tempat yang lain, si murid yang sedang berceramah di hadapan orang kaya pada saat itu juga ilmunya hilang dan tidak bisa melanjutkan ceramahnya, karena ilmunya hilang karena gurunya tidak ridho kepadanya.
Maka jaga hati guru kita, sering sowan kepadanya untuk minta ridho kepadanya. Jika kita ingin pergi atau punya hajat, temuilah untuk minta ridho agar ilmu kita berkah selalu.
حكى أن الخليفة هارون راشيد بعث ابنه إلى الأصمعى ليعلمه العلم والأدب فرآه يوما يتوضأ ويغسل رجله، وابن الخليفة يصب الماء على رجله، فعاتب الأصمعى [فى ذلك] بقوله: إنما بعثت إليك لتعلمه وتؤدبه فلماذا لم تأمره بأن يصب الماء بإحدى يديه، ويغسل بالأخرى رجلك؟
Suatu hikayat : Khalifah Harun Ar-Rasyid mengirim putranya kepada Al-Ashma’iy agar diajar ilmu dan adab. Pada suatu hari, Khalifah melihat Al-Ashma’iy berwudlu dan membasuh sendiri kakinya, sedang putra khalifah cukup menuang air pada kaki tersebut. Maka, Khalifahpun menegur dan ujarnya : “Putraku saya kirim kemari agar engkau ajar dan didik; tapi mengapa tidak kau perintahkan agar satu tangannya menuang air dan tangan satunya lagi membasuh kakimu?”
وكان أستاذنا الشيخ الإمام سديد الدين الشيرازى يقول: قال مشايخنا: من أراد أن يكون ابنه عالما ينبغى أن يراعى الغرباء من الفقهاء، ويكرمهم ويطعمهم ويطيعهم شيئا، وإن لم يكن ابنه عالما يكون حفيده عالما.
Guru kita
Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : “bagi
orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan,
mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam
pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka
cucunyalah nanti.”
# WAKTU YANG PANJANG
اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ
“Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan hingga liang lahat.”
التَّعَلُّمُ فِى الصِّغَرِ كَالنَّقْشِ عَلَى الْحَجَرِ
Menuntun ilmu di waktu kecil bagai mengukir di atas batu
التَّعَلُّمُ فِى الكِبَرِ كَالنَّقْشِ عَلَى المَاءِ
Menuntun ilmu di waktu tua bagai mengukir di atas air
Para sahabat masuk Islam sudah pada tua tua tapi mereka banyak yang menjadi hafiz quran.
العلم الواجب الذي يجب أن يشتغل الإنسان كل حياته
1- العلم الذي يدل على صحة العبادة و هو علم الفقة و علم التوحيد
2-
العلم الذي يدل على قبول العبادة وهو علم التصوف
DOA
Ya Allah, ya tuhan kami, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kami. Ya Allah ampunilah dosa guru-guru kami, berilah kami ilmu yang barokah dan manfaat baik di dunia maupun di akhirat. Ya Allah, ampuni dosa pasangan hidup kami, bimbinglah keluarga kami sehingga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, keluarga yang saling memotivasi untuk terus meningkatkan ibadah kepada Allah Swt. Ya Allah. ampuni dosa anak-anak kami, bimbing mereka dengan hidayah-Mu agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah, anak yang berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya, anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya, anak yang berguna bagi masyarakat, agama dan bangsanya. Ya Allah, ampuni dosa kaum muslimin dan muslimat baik yang masih hidup maupun yang telah tiada.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Ya Allah, Kami memang telah mendhalimi diri kami dengan banyaknya dosa yang telah kami perbuat, dan jika hari ini engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami maka kami menjadi orang yang merugi. Ya Allah jangan jadikan kami termasuk orang yang merugi.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ
Ya Allah, Saya memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu.
اَللّهُمَّ اِنَّانَسْأَ لُكَ زِيَادَةً فِى الدِّ يْنِ، وَبَرَكَةً فِى الـْعُمُرِ وَصِحَّةً فِى الـْجَسَدِ وَسِعَةً فِى الرِّ زْقِ وَتَوْبَةً قَـبْلَ الـْمَوْتِ وَشَهَادَةًعِنْدَالـْمَوْتِ وَمَغْـفِرَةً بَعْدَالـْمَوْتِ وَعَفْوًا عِنْدَ الـْحِسَابِ وَاَمَانًامِنَ الـْعَذَابِ وَنَصِيـْبًامِنَ الـْجَنَّةِ وَارْزُقْـنَا النـَّظَرَاِلى وَجْهِكَ الـْكَرِيْمِ.
Ya Allah kami memohon kepada-Mu bertambahnya terus keimanan kami dalam beragama, mendapatkan umur yang berkah, badan yang sehat, riziki yang luas, dapat bertaubat sebelum meninggal dunia, dapat bersyahadat sketika datang kematian, dan memdapatkan ampunan setelah kematian, dan mendapatkan pemaafan saat dihisab dan aman terbebas dari azb neraka dan mendapatkan bagian di surga dan berilah kami karuniamu agar bisa memandang Dzat-Mu yang Mulia di surga Nanti.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ.
رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّناَ تَقَبَّلْ مِناَّ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ, وَ تُبْ عَلَيْناَ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و سلم و الحمد لله رب العالمين