Kisah Ali dan Malaikat Mikail

 

إِن تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

Jika kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya Dia melipatgandakan (balasan) untukmu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Penyantun.


ALKISAH

Ja’far bin Muhammad mengisahkan kembali cerita ayahnya yang didapat dari kakeknya soal Ali sebagiman berikut ini:

Suatu ketika Ali ra pulang  kerumahnya setelah bertemu Rasulullah Saw. Sesampainya di rumah, ia menemui Fatimah ra, putri Rasulullah Saw yang dilihatnya sedang duduk. Dihadapan Fatimah ada Salman Al-Farisi yang sedang mengurai dan memilah-milahkan bulu domba untuk Fatimah. Adapun Fatimah, saat itu sedang menenum kain.

“Wahai wanita mulia,” sapa Ali. “Apakah engkau punya makanan untuk kauhidangkan kepada suamimu ini?”.

Fatimah menjawab, “Demi Allah, aku tidak punya makanan. Namun, ini ada uang enam dirham dari salman alfarisi sebagai upahku menenun kain untuknya. Sebenarnya aku ingin membeli makanan untuk Hasan dan Husain dengan uang ini.”

Ali berkata, “wahai wanita mulia, berikan uang itu padaku, biar aku yang membelinya. “

Maka fathimahpun menyerahkan uang itu ke tangan Ali. Lalu Ali pergi membeli makanan.

Tapi tiba-tiba ada seseorang berdiri di tengah jalan dan berkata, “siapa gerangan yang mau memberi pinjaman kepada Alah yang Maha Menolong lagi Maha Mencukupi?.”

Ali mendekati orang itu dan memberinya uang enam dirham yang dibawanya. Sehingga, ia pun pulang kerumah dan menemui Fatimah dengan tangan hampa. Begitu melihat Ali datang tanpa membawa apa-apa, Fatimah pun menangis.

Maka Ali berkata, “wahai wanita mulia, mengapa engkau menangis?”

Fatimah balik bertanya, “wahai sepupu Rauslullah, mengapa aku melihatmu datang dengan tangan hampa?.”

Ali menjawab, “wahai wanita mulia, aku meminjamkan uang tadi kepada Allah ta’ala.”

“kalau begitu aku rela,” sahut Fatimah ra.

Setelah itu, Ali ra pergi untuk menemui Rasulullah Saw. Namun tiba-tiba ada seorang lelaki Badui melintas sambil menuntun seekor unta dan mendekatinya.

“Wahai Abu Hasan (Ali ra)belilah unta ini,” pinta si Badui itu.

“Aku tidak punya uang,” jawab Ali.

“Bagaimana jika aku menjualnya kepadamu dan kamu boleh membayarnya nanti kalau sudah ada uang?”ujar si Badui merayu.

“Berapa harganya”? Tanya Ali.

“Seratus Dirham,” jawab si Badui.

“Baiklah, kubeli untamu ini,” kata Ali sepakat.

Namu, baru saja akad jual beli itu selesai, tiba-tiba seorang Badui lainnya datang mendekati Ali.

Si Badui itu berkata, “Wahai Abu Hasan (Ali ra), apakah engkau mau menjual unta ini?”

“ya”, jawab Ali singkat.

“Berapa harganya,” Tanya si Badui.

“Tiga Ratus Dirham.”

“Baiklah, kebeli unta ini,” kata si badui sepakat.

Si Badui itu pun membayarnya tiga ratus dirham lalu pergi membawa unta itu dengan memegang tali kekakngnya. Setelah itu, Ali pulang ke rumah dan mendatangi Fatimah. Ketika melihat suaminya datang, Fatimah pun tersenyum. “Apa yang engkau bawa itu, wahai Abu Hasan (Ali ra)?” Tanya Fatimah sambil menunjuk ke tangan Ali.

“Wahai putri Rasulullah, aku tadi membeli seekor unta seharga seratus dirham dengan cara berhutang. Setelah itu, aku menjual kembali unta itu seharga tiga ratus dirham secara kontan.”

“kalau begitu, aku senang,” ujar Fatimah ra.

Tak lamu kemudia, Ali pergi meninggalkan Fatimah di rumah untuk bertemu Rasulullah Saw. Saat Ali memasui pintu masjid, Raulullah melihatnya dan tersenyum. Lalu, ketika Ali sudah sampai dan mengucapkan salam, Rasulullah Saw berkata padanya, “Wahai Abu Hasan (Ali ra), engkau akan memberiku kabar, atau aku yang memberimu kabar?”

“tentunya engkau, wahai Rasulullah Saw ,” Jawab Ali.

Maka Rasulullah Saw berkata, “Wahai Abu Hasan, tahukah engkau siapa sebenarnya orang Badui yang menjual unta kepadamu dan orang Badui yang membeli untamu itu tadi?”

“Allah dan Raulullah pastilah lebih tahu,” jawab Ali.

“Berbahagialah engkau, Wahai Ali! Engkau telah meminjamkan enam dirham kepada Allah dan Allah memberimu tiga ratus dirham. Artinya, Allah mengganti setiap dirham dengan 50 dirham. Ketahuilah orang Badui yang pertama tadi adalah Malaikat JIbril sedangkai yang kedua adalah malaikat Israfil.” Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa orang Badui yang pertama adalah Jibril dan yang kedua adalah Mikail.

 

Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

Sejarah Dzikrul Ghofilin

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU