Hikam 2: Sikap Orang Arif Ketika Dianugerahi Kondisi Tajrid dan Isytighal

  

Mutiara Al Hikam 2: Sikap Orang Arif Ketika Dianugerahi Kondisi Tajrid dan Isytighal

إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدُ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي الْأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ وَ إِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي التَّجْرِيْدِ انْحِطَاطٌ مِنَ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ

Keinginanmu unutk tajrīd (melulu beribadah tanpa berusaha mencari dunia), padahal Allah masih menempatkan engkau pada asbāb (harus berusaha untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari), termasuk syahwat nafsu yang samar. Sebaliknya keinginanmu untuk asbāb (berusaha), padahal Allah telah menempatkan dirimu pada tajrīd (melulu beribadah tanpa berusaha), maka demikian itu berarti menurun dari semangat yang tinggi.

Tugas manusia yang utama adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Saya contohkan seperti fungsi utama HP adalah adalah sebagai alat komunikasi, adapun yang lainnya seperti kalkulator, music, fhoto dan lain sebagainya itu adalah fungsi tambahan.

Penjelasan

 

Tajrid adalah sebuah kondisi dimana seseorang tidak memiliki kesibukan duniawi. Sebaliknya, isytighol adalah sebuah kondisi dimana seseorang memiliki kesibukan duniawi.

Dan yang dimaksud kesibukan duniawi adalah kesibukan-kesibukan yang tujuan akhirnya bersifat keduniaan, seperti bekerja atau berdagang.

Keinginanmu untuk menjauhi semua sarana penghidupan duniawi dan tidak mau berpayah-payah dalam menjalaninya, padahal Allah telah menyediakan semua sarana itu untuk kau jalani bahkan saat menjalaninya pun agama tetap agamamu tetap terjaga, sifat tamak tetap jauh darimu, ibadah lahir dan keadaan batinmu juga tidak terganggu, maka keinginan semacam itu termasuk syahwat yang tersamar.

Dianggap "syahwat" karena kau tidak mau menjalani kehendak Tuhanmu dan lebih memilih kehendakmu sendiri.

Disebut "tersamar" karena sekalipun pada lahirnya keinginanmu ialah menjauhi dunia dan mendekatkan diri kepada Allah, namun keinginan batinmu yang sebenarnya ialah agar mendapatkan popularitas dengan ibadah dan kewalianmu supaya orang-orang mendatangimu dan menjadikanmu panutan untuk itulah kau pun rela meninggalkan apa yang telah menrjadi kebiasaanmu, yaitu mencari penghidupan duniawi.

Orang-orang Arif menyatakan bahwa kedekatan manusia dengan seorang murid yang belum mencapai kesempurnaan bisa menjadi racun pembunuh bagi diri murid itu. Karena bisa jadi, murid itu akan terdorong untuk menjauhi kewajiban-kewajiban ibadah dan zikirnya karena ia lebih suka mengharap apa yang akan diberikan oleh manusia.

Sebaliknya, keinginanmu untuk bekerja dan berusaha keras mencari penghidupan duniawi, padahal Allah telah menyediakannya untukmu dengan mudah tanpa harus bersusah payah. Misalnya dengan dipenuhinya semua sandang dan panganmu, dan kau pun tetap tenang dan damai meski kekurangan.

Bahkan kau tetap bisa terus beribadah dengan tekun, maka sikap seperti itu sama saja dengan mundur dari tekad luhur. Karena kau sekarang cenderung bergantung kepada makhluk padahal sebelumnya kau bergantung kepada Sang Khalik.

Sebenarnya, berbaur dengan orang-orang yang sibuk mengurusi dunia saja sudah cukup membuat tekad luhurmu ternodai. Oleh karena itu yang wajib bagi para peniti jalan menuju Allah ialah tetap diam di tempat yang telah ditetapkan dan diridhoi allah untuknya, sampai Allah sendiri yang akan mengeluarkannya dari tempat itu.

Hendaknya ia tidak keluar sendiri dari sana atas kehendak sendiri atau karena bisikan setan sehingga ia akan tercebur ke lautan keterasingan dan jauh dari Allah, naudzubillah.***

Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

Sejarah Dzikrul Ghofilin

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU