Script Manasik Haji

 

VIDEO 1 : SYARAT HAJI

Syarat  haji adalah:

1. Islam

2. Baligh (dewasa)

3. Aqil (berakal sehat)

4. Merdeka (bukan hamba sahaya)

5. Isti ta’ah (mampu).

 

Istita’ah berarti seseorang mampu melaksanakan Ibadah haji ditinjau dari segi :

A.      Jasmani:

             Sehat, kuat, dan sanggup secara fisik melaksanakan ibadah haji.

B.      Rohani:

1.       Mengetahui dan memaha mi manasik  Haji

2.       Berakal sehat dan memiliki kesiapan mental untuk melaksanakan Ibadah Haji dengan perjalanan yang jauh

 

C.      Ekonomi:

1.       Mampu membayar Biaya Perjalanan  Ibadah Haji ( BPIH ) yang ditentukan oleh Pemerintah, dan berasal dari usaha / harta yang halal

2.       Biaya haji  yang dibayarkan bukan  berasal dari satu satunya sumber kehidupan yang apabila sumber kehidupan tersebut dijual terjadi kemudlaratan bagi diri dan keluarga nya.

3.       Memilki biaya hidup bagi keluarga yg ditinggalkan

 

D.      Keamanan :

1.       Aman dalam perjalanan dan pelaksanaan  Ibadah Haji.

2.       aman bagi keluarga dan harta benda serta tugas dan tanggung jawab yang ditinggalkan

3.       Tidak terhalang, misalnya mendapat kesempatan atau izin perjalanan haji, termasuk mendapatkan kuota tahun ber jalan, atau tidak mengalami kecelakaan

VIDEO 2 : RUKUN HAJI

Rukun haji adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan amalan lain, walaupun dengan dam. Jika rukun ini ditinggalkan, ibadah haji seseorang tidak sah.

RUKUN HAJI  adalah :

1.       Ihram (niat) 

2.       Wukuf di Arafah

3.       Thawaf ifadhoh

4.       Sa’I

5.       Cukur/  tahallul

6.       Tertib

VIDEO 3 : WAJIB HAJI 

Wajib Haji adalah rangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam ibadah haji, yang bila salah satu amalan tidak dikerjakan maka ibadah hajinya tetap sah, tetapi harus membayar DAM Jika seseorang  seseorang meninggalkan salah satu rangkain amalan wajib haji tanpa ada nya udzur syar’i, maka ia berdosa

Wajib Haji terbagi menjadi :

1. Ihram, yakni niat berhaji dari  Mīqāt

2. Mabit di Muzdalifah

3. Mabit di Mina

4. Melontar Jamrah Ulā, Wustho dan ’ Aqabah;

5. Thawaf wada’ (bagi yang akan meninggalkan  Makkah )

 

VIDEO 4 : MACAM MACAM HAJI

Berdasarkan pelaksanaan, ibadah haji dibagi menjadi Tiga macam, yaitu :

 

A. Haji Ifrod

Kata  ifrād berarti menyendirikan,  artinya seseorang melaksanakan Ibadah haji tanpa  Umrah. Orang yang melaksanakan haji Ifrad tidak dikenakan DAM dan dapat dilaksanakan dengan Cara, yaitu :

 

1. Melaksanakan haji saja (tanpa melaksanakan Umrah )

2. Melaksanakan haji dulu, lalu melaksanakan  Umrah setelah selesai berhaji. Selain kedua cara tersebut, haji ifrad juga bisa dilakukan dengan cara mengerjakan umrah diluar bulan haji, atau mengerjakan umrah di bulan bulan haji kemudian pulang ke tanah air.

 

B. Haji Qiron

Kata qirānberarti berteman atau bersamaan. Artinya orang melaksanakan haji dan umrah secara bersamaan dengan sekali niat untuk dua pekerjaan, tetapi harus bayar DAM

 

C. Haji Tamattu’

Kata  tamattu’berarti bersenang-senang.

Maksudnya, orang melaksanakan umrah terlebih dahulu dahulu pada bulan-bulan haji, lalu ber-tah}allul,

kemudian berihram haji dari Makkah atau sekitarnya pada tgl. 8 Dzulhijjah ( hari Tarwiyah ), atau 9 Dzulhijjah tanpa harus kembali lagi dari tempat Miqot semula.

Selama jeda waktu  tahallul itu, dia bisa bersenang-senang, karena tidak dalam keadaan ber ihram

karena tidak dalam keadaan ihram dan tidak terkena larangan Ihram  tapi dikenakan DAM

 

 

 

VIDEO 5 : MIQOT

Miqot secara Bahasa : batas/garis demarkasi

Miqot secara istilah adalah : Batas dimulainya  Jamaah Haji atau  Umrah  untuk melaksanakan  Niat.

Miqot ada dua macam :

1.       Miqot Makani ( Batas Tempat )

Miqot Makani berlaku pada orang yang akan melaksanakan umrah atau haji program awal dan pertengahan.

 

Miqot Makani terbagi menjadi beberapa tempat yang sudah ditentukan :

 1. Bir Ali

 2. Tan’im

 3. Ji’ronah

 4. Hudaibiyah

 5. Yalamlam

 6. Qornul Manazil

 7. Najd

8. Juhfah

  Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :

 

عن ابن عباس رصى الله عنهما قال : وقت رسول الله صلى الله عليه وسلم لاهل المدينة ذاالخليفة ولاهل نجد قرن المنازل ولاهل اليمن يلملم قال ( فيهن لهن ) ولمن اتى عليهن غير اهلهن فمن يرد الحج والعمرة ممن كان دونهن فمهله من اهله وكذلك حتى اهل مكة يهلون منها  ( رواه ومسلم )

 

Artinya:

Dari Ibnu Abbas ra. berkata, “Rasulullah SAW menetapkan Miqot bagi penduduk Madinah adalah Zulkhulaifah, bagi penduduk Syam adalah Juhfah, bagi penduduk Yaaman adalah Yalamlam.

Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda : itulah Miqot bagi mereka dan bagi siapa saja yang datang darisana yang bukan penduduk nya, yang ingin berhaji dan Umroh. Bagi yang lebih dekat dari itu ( dalam garis Miqot ) maka dia melaksanakan Ihram dari kampungnya, sehingga penduduk Makkah Ihram nya dari Makkah ( HR. Muslim )

 

Menurut jumhur ulama, berih}rām sebelum Miqot mansus yang ditentukan adalah sah, berdasarkan hadits riwayat Umi Salamah :

                                      

Dari Ummu Salamah RA Rasulullah SAW bersabda : Siapa saja yang berhaji atau ber umrah dari masjidil Aqsho ke Masjidil Haram, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, dan baginya Surga ( HR. Baihaqi )

 

 

 

2.       Miqot Zamani ( Batas Waktu )

Miqot Zamani berlaku untuk  orang yang akan melaksanakan Haji yang dimulai dari tgl. 8 Dzulhijjah.

 

VIDEO 6 : IHROM (PART1)

Kata Ihram berasal dari kata  امارحا – مرحي – مرحا, yang berarti mengharamkan. Dalam kontek haji Ihram berarti masuk dalam keharaman, sedangkan menurut istilah Ihram artinya niat masuk (mengerjakan) ibadah haji  atau umrah dengan mengharamkan hal-hal yang dilarang selama berihram. Dengan mengucapkan niat ihram haji atau umrah, maka seseorang telah masuk dalam berihram yang sesungguhnya.

 

1. Sunah-Sunah ihram  : Sebelum berihram, jamaah haji disunahkan :

a. Mandi Sunah Ihram

b. Memakai wangi-wangian pada tubuhnya

c. Memotong kuku dan merapikan jenggot rambut ketiak dan rambut kemaluan

d. Memakai kain ihram yang berwarna putih

e. Shalat sunnah ihram dua raka’at.

 

2. Pakaian Ihram 

a. Jemaah pria memakai dua helai kain ihram. Satu kain disarungkan dan satu kain lainnya  diselendang

    an di kedua bahu dengan menutup aurat. Saat ia tawaf, disunahkan memakai kain ihram dengan cara      

    idtiba’, yaitu meletakkan bagian tengah selendang di bawah bahu kanan, sedangkan kedua ujungnya  

    diatas bahu  kiri.

b. Jemaah perempuan memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan kedua tangan

     dari pergelangan tangan sampai ujung jari ( Kaffain ), baik telapak tangan maupun punggung tangan

 

3.  Larangan Ihram

     Selama dalam keadaan ihram, seorang jemaah haji wajib menjaga dirinya agar tidak melanggar satu

     pun larangan ihram yang terdiri atas:

 

VIDEO 7 : IHROM (PART2)

 

a. Laki-laki dilarang:

1. Memakai pakaian bertangkup (pakaian yang  1) antar ujung kain disatukan secara permanen seperti  

    Celana atau baju

2. Memakai kaos kaki atau sepatu yang menutupi  mata kaki dan tumit

3. Menutup kepala yang melekat seperti   topi atau peci dan sorban.

 

 

 

b. Perempuan dilarang:

1. Menutup kedua telapak  tangan dengan kaos tangan

2. Menutup muka dengan cadar

 

c. Selama berihram baik laki-laki maupun perempuan dilarang:

 

1. Memakai wangi-wangian kecuali yang sudah  dipakai di badan sebelum niat haji/umrah

2. Memotong kuku dan mencukur atau mencabut  rambut dan bulu badan

3. Memburu dan menganiaya/ membunuh  binatang dengan cara apapun, kecuali binatang yang mem

    Bahayakan mereka

4. Memakan hasil buruan

5. Memotong kayu-kayuan dan mencabut  rumput

6. Menikah, menikahkan atau meminang  perempuan untuk dinikahi

7. Bersetubuh dan pendahuluannya seperti  bercumbu, mencium, merayu yang mendatangi syahwat

8. Mencaci, bertengkar atau mengucapkan kata-kata kotor

9. Melakukan kejahatan dan maksiat

10. Memakai pakaian yang dicelup dengan bahan  yang wangi.

 

4. Hal-hal yang diperbolehkan ketika ihram 

Dalam kondisi ihram, jemaah diperbolehkan :

a. Membunuh binatang buas atau yang  membayakan, misalnya kalajengking, tikus, ular, anjing buas,

    gagak, nyamuk, lalat

b. Mandi

c. Menyikat gigi

d. Berbekam

e. Memakai minyak angin, balsem, yang  dimaksudkan untuk pengobatan

f. Memakai kacamata, jam tangan, cincin, ikat  pinggang

g.  Bernaung di bawah payung, mobil, tenda dan  pohon

h. Membuka tangan dan kaki bagi wanita ketika  berwudhu di tempat wudhu perempuan

i. Mencuci dan mengganti kain ihram

j. Menggaruk kepala dan badan

k. Menyembelih binatang ternak yang jinak dan  binatang buruan laut

l. Memakai perhiasan bagi wanita. 

 

5. Ihram Isytirath 

Ihram isytirathadalah ihram yang disertai dengan persyaratan. Hal ini dilakukan bila seseorang khawatir

dia bakal terhalang oleh suatu masyaqqah(kesulitan) seperti sakit atau halangan lain saat melaksanakan ibadah haji atau umrah. Karena itu, seyogyanya seorang jemaah haji risti, lansia dan sakit melakukan ihram isytirat. Terlebih bagi jamaah sakit yang akan dievakuasi masuk ke Mekkah dan jemaah haji safari

wukuf saat ia berniat ihram sebelum menuju ke arafah. Niat isythirat dilakukan dengan menambahkan niat kalimat isythirat setelah niat berihram.

 

 

Artinya:

Jika aku terhalang oleh sesuatu, ya Allah, maka aku akan bertahallul di tempat aku terhalang itu.

6. Tabdilun Niat Atau Mengganti Niat

Tabdilun niat adalah mengubah niat dari ihram haji menjadi niat ihram umrah atau sebaliknya.

Hal ini dibolehkan jika :

a. Jemaah terbentur halangan akibat perawatan  kesehatan; misalnya sejak awal seorang jemaah berniat   

     haji Ifrad, tapi karena kondisi kesehatannya menuntutnya segera mengakhiri ihram, dia dibolehkan

     mengubah niat ihram menjadi niat umrah dan jenis haji yang dia laksanakan berubah jadi haji

     Tamattu’

 

b. Jemaah terbentur halangan  syar’ iseperti haidh. Misalnya seorang jemaah  perempuan berniat ihram

     Umrah dari Miqot, tapi sampai di Makkah dia tidak bisa menelesaikan umrahnya karena belum suci,

     Sementara watku wukuf sudah tiba, dalam kondisi ini dia bisa mengubah niat ihram umrahnya men

     jadi haji Qiran. Jamaah haji yang melakukan perubahan niat dikenakan DAM dengan menyembelih

     seekor kambing

 

VIDEO 8 : THAWAF

1. Pengertian  Thawāf menurut bahasa berarti mengelilingi. Sedangkan menurut istilah artinya mengeli

    lingi Ka’bah  sebanyak tujuh kali putaran dengan posisi Ka’bah berada di sebelah kiri, dimulai dan dia

    khiri di rukun hajar aswad

2. Syarat sah thawaf

a.  Suci dari hadats dan najis

 b. Menutup aurat

c. Berada di dalam Masjidil Haram termasuk  di area perluasan pada lantai dua, tiga, atau empat , meski

    pun dengan posisi melebihi ketinggian Ka’bah dan terhalang antara dirinya dengan Ka’bah

d. Memulai dari Hajar Aswad

e. Ka’bah berada di sebelah kiri

f. Di luar Ka’bah (tidak di dalam Hijr Ismail)

g. Mengelilingi Ka’bah seba nyak tujuh kali  putaran

h. Niat tersendiri, jika tha waf yang dia lakukan  berdiri sendiri, tidak terkait  dengan haji dan umroh

 

3. Sunah-Sunah Tawaf 

  a. Memegang Hajar Aswad, menciumnya, serta  meletakkan jidat di atasnya pada awal thawāf. Namun

      sunah ini tidak dianjurakn bagi perempuan kecuali jika tempat thawāf lengang. Jika tidak memungkin

      kan semua itu dilakukan dengan isyarah melalui tangan  kanan.

  b. Membaca doa ma’tsur pada saat memulai thawāf setelah istilām sambil mengangkat  tangan

  c. Melakukan  ramal ( berjalan cepat) bukan berlari bagi kaum lelaki dan tidakmembuat lompatan pada

      pertama samapai ketiga dan berjalan biasa pada putaran selanjutnya

  d. Melakukan d.  idhthiba’bagi laki-laki, yaitu meletakkan bagian tengah selendang di bawah bahu kana

      an, sedang bahu ujungnya diletakkan di atas bahu kiri, sehingga bahu kanan terbuka dan bahu kiri ter

e. Mendekat pada Ka’bah bagi kaum laki-laki jika sekeliling Ka’bah tidak dalam kondisi penuh

    sesak dan membuatnya menderita, sedangkan bagi kaum perempuan disunnahkan menjauh

    dari Ka’bah

f. Berjalan kaki bagi yang mampu bagi yang  tidak mampu dapat menggunakan kursi roda atau skuter

   matik

g. Mengusap rukun Yamani

 

4. Macam-Macam Tawaf

Tawaf ada  lima macam yaitu:

 tawaf rukun, tawaf qudum, tawaf sunat, dan tawaf wada’dan tawaf  nadzar

 

 a.  Tawaf Rukun 

     Tawaf rukun ada dua, yaitu tawaf rukun haji yang disebut tawaf ifadhah atau tawaf ziarah, dan  

      Thawaf rukun umrah

 b.  Tawaf Qudum

      Tawaf qudum merupakan penghormatan kepada Baitullah. Bagi jemaah yang melakukan haji

      Ifrad atau  qiran, hukum tawaf qudum adalah sunat, dilaksanakan di hari pertama kedatangannya di

      Mekkah.  Bagi jemaah haji yg melakukan haji tamattu’ tidak disunahkan melakukan thawaf qudum  

      karena tawaf qudum yang dilakukan  sudah termasuk di dalam tawaf umrah.

 c.  Tawaf Sunah 

     Tawaf sunat adalah tawaf yang dikerjakan dalam setiap kesempatan masuk ke Masjidil Haram dan   

     tidak diikuti dengan sa’i

 d.Tawaf Wada

     Tawaf wada’ merupakan penghormatan akhir kepada baitullah. Menurut Imam Abu Hanifah, Imam

     Syafi’i, Imam Ahmad, dan kebanyakan ulama, hukum tawaf wada’ adalah wajib bagi jamaah haji yang  

     akan meninggalkan Makkah. Jemaah yang meninggalkan thawaf wada’ dikenakan dam satu ekor

     kambing, berdasarkan hadis Riwayat Bukhari Muslim bahwa Nabi SAW memberikan rukhsah

     (keringanan)  kepada perempuan yang haid untuk tidak thawāf wada’.

 e. Thawāf Nazar

     Thawāf nazar hukumnya wajib dikerjakan dan waktunya kapan saja.

 

VIDEO 8 : SA’I

1. Pengertian Sa’i

     Sa’i menurut bahasa artinya ‘’berjalan’’ atau ‘’berusaha’’. Menurut istilah, sa’i berarti berjalan dari

     Bukit safa ke Marwah, bolak-balik sebanyak tujuh kali yang dimulai dari safa dan berakhir di Marwah, 

     dengan syarat dan cara-cara tertentu.

 

2. Hukum Sa’i 

    Menurut Imam Syafi’i, Maliki, dan Hanbali, sa’i  adalah salah satu rukun haji dan umrah yang harus

    dikerjakan oleh jemaah haji; jika seseorang tidak  mengerjakan sa’i maka ibadah haji dan umrahnya

    tidak sah. Sedangkan menurut Imam Hanafi, sa’i adalah salah satu wajib haji yang harus dikerjakan

    oleh  jemaah haji; jika seseorang tidak mengerjakannya ia  harus membayar dam. Menurut Ibn

    Mas’ud Ubay Bin Ka’ab Ibn Abbas, Ibn Zuhair dan Ibn Sirrin, sa’I itu hukumnya sunnah, dan tidak ada

    Dam bagi yang meninggalkan.

 

3. Syarat Sa’i

a. Didahului dengan thawaf

b. Dimulai dari bukit safa dan berakhir di bukit Marwah

c. Menyempurnakan tujuh kali perjalanan  dari bukit Shafa ke bukit Marwah dan sebaliknya

    dihitung satu kali perjalanan

d. Dilaksanakan di tempat Sa’i. 

 

4. Sunah Sa’i 

Setelah mendekati bukit s afa membaca:

 

ان الصفا والمروة من شعا ئرالله ابدأ بما بدأ الله به

 

b. Berjalan biasa di antara safa dan Marwah, kecuali di sepanjang lampu hijau, jemaah

     laki-laki disunatkan berjalan cepat (berlarilari kecil); jemaah haji perempuan tidak disunahkan lari-lari  

     kecil

c.  Saat naik ke bukit safa menghadap Kiblat dan membaca :

 

      الله اكبر الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله وحده لاشريك له له الملك وله الحمد يحى ويميت وهو على 

كل شىء قدير لااله الا الله وحده انجزوعده ونصر عبده وهزم الاحزب وحده

 

 

d. Dalam perjalanan antara safa dan Marwah jemaah berzikir kepada Allah atau membaca

     ayat-ayat Al-Qur’an dan berdoa untuk  keselamatan dunia dan akhirat

e. Mengerjakan sa’i secara berturut-turut   (muwalat) tanpa berhenti kecuali ada uzur.

 

 

 

 

 

 

 

 

VIDEO 10 : WUKUF


Pengertian

1.       Menurut bahasa wukuf berarti berhenti. Menurut istilah, wukuf artinya berhenti atau berdiam diri di Arafah dalam keadaan ih}rām walau sejenak dalam waktu antara tergelincir Matahari pada 9 Dzulhijjah (hari Arafah) sampai terbit fajar hari nahar 10 Dzulhijjah. 

Wukuf di Arafah termasuk salah satu rukun haji. Jemaah yang tidak mengerjakan wukuf di Arafah berarti tidak mengerjakan haji sesuai sabda Nabi  SAW: Artinya : Haji itu hadir di Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam hari jam’in (10 Dzulhijjah sebelum terbit fajar) maka sesungguhnya ia masih mendapatkan haji (HR. At-Tirmidzi dari Abdurrahman bin Ya’mar RA).

Ketentuan Pelaksaan Wukuf (SYARAT syah wukuf) :

-          Wukuf dilakukan setelah khutbah wukuf dan shalat jamak qashar taqdim Zuhur dan Ashar.

-          Wukuf dilakukan dalam suasana tenang, khusyu’ dan tawadhu’ kepada Allah.

-          Wukuf dapat dilaksanakan secara berjamaah atau sendiri-sendiri.

-          Selama wukuf, jemaah memperbanyak dzikir, istighfar, shalawat dan doa sesuai sunnah Rasulullah SAW.

-          Dalam melaksanakan wukuf seseorang tidak dipersyaratkan suci dari hadas besar maupun kecil. Karena itu, perempuan yang sedang haidh atau nifas boleh melaksanakan wukuf.

-          Jemaah haji yang sakit dan berada dalam perawatan di rumah sakit atau KKHI dan memungkinkan dibawa ke Arafah bisa melaksanakan wukuf lewat proses safari  wukuf.

PR?????
LARANGAN WUKUF

SUNNAH WUKUF

SYARAT SYAH WUKUF

 

VIDEO 11 : MABIT DI MUZDALIFAH


Pengertian

Menurut bahasa, mabit berarti bermalam.  Menurut istilah, mabit berarti bermalam di Muzdalifah dan bermalam di Mina untuk memenuhi ketentuan manasik haji. 

1.       Mabit di Muzdalifah

Mabit di Muzdalifah adalah bermalam atau beristirahat di Muzdalifah pada 10 Dzulhijjah setelah wukuf di Arafah dan hukumnya wajib. Mabit di Muzdalifah dianggap sah bila jemaah berada di Muzdalifah melewati tengah malam, walau ia hanya mabit sesaat.

 

Pada saat mabit hendaknya seseorang banyak membaca talbiyah, dzikir, istighfar, berdoa atau membaca al-Qur’an.

 

Beberapa hal yang terkait hukum mabit di Muzdalifah : Menurut sebagian besar ulama hukum mabit di Muzdalifah adalah wajib. Sebagian ulama’ lain menyatakan sunat. Jemaah haji yang tidak mabit karena uzur syar’I seperti sakit, mengurus orang sakit, tersesat jalan dan lain sebagainya, tidak diwajibkan membayar dam.

 

PR : AYAT MUZDALIFAH

 

VIDEO 12 : MABIT DI MINA

Mabit di Mina adalah bermalam pada malam hari tanggal 11 sampai  12 Dzulhijjah bagi nafar awal dan bermalam pada malam hari tanggal 11 sampai  13 Dzulhijjah bagi nafar tsani.

 

Hukum mabit di Mina adalah wajib. Beberapa hal terkait dengan ketentuan mabit di Mina: Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ibnu Hanbal, hukum mabit di Mina adalah wajib. Jemaah haji yang tidak mabit selama satu malam wajib membayar satu mud.

 

Jemaah yang tidak mabit dua malam wajib membayar dua mud. Sedangkan jemaah yang tidak mabit di Mina selama tiga malam wajib membayar dam dengan menyembelih seekor kambing.

 

Menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan pendapat baru (qaul jadid) Imam Syafi’i, hukum  mabit di Mina sunat. Bagi jemaah haji yang tidak mabit di Mina tidak diwajibkan membayar dam.

 

Mabit di Mina dinyatakan sah bila jemaah haji berada di Mina lebih dari separuh malam. Namun, sebagian ulama’ berpendapat bahwa mabit di Mina sah bila jemaah sempat hadir di Mina sebelum terbit fajar yang kedua (fajar  shadiq).

Tempat mabit bagi sebagian besar jamaah haji Indonesa adalah Harratul Lisan. Sejak 1984 pemerintah Arab Saudi terus memperluas kawasan Mina hingga sejak 2001 sebagian jemaah haji mendapatkan perkemahan perluasan mina atau disebut tausi’atu mina.

Hal ini dilakukan mengingat wilayah Mina terbatas, sedangkan jumlah jemaah haji semakin bertambah.

 

 

 

 

 

 

 

PR : SUNNAH2 MINA

 

 

 

LONTAR JUMROH

Melontar jamrah adalah melontar batu kerikil ke arah jamrah Sughra, Wustha dan Kubra dengan niat mengenai objek jamrah (marma) dan kerikil masuk ke dalam lubang marma. Melontar jamrah dilakukan pada hari nahar dan hari tasyrik.

Hukum Melontar

Hukum melontar jamrah adalah wajib; bila seseorang tidak melaksanakannya dikenakan dam/ fidyah

Tata Cara Melontar

Kerikil mengenai marma dan masuk lubang; Melontar dengan kerikil satu per satu. Melontar dengan tujuh kerikil sekaligus dihitung satu lontaran; Melontar jamarat dengan urutan yang benar, mulai jamrah Sughra, Wustha dan Kubra

Waktu Melontar

-          Melontar Jamrah Aqa bah dilakukan pada 10 Dzulhijjah dimulai sejak lewat tengah malam dan lebih afdhol dilakukan setelah Matahari terbit. Namun, mengingat padatnya jemaah haji yang me lontar pada waktu itu, di anjurkan melontar dilakukan mulai siang hari.

-          Waktu melontar pada hari Tasyriq tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah menurut jumhur ulama dimulai setelah tergelincir Ma tahari. Namun, Imam Rafi’i dan Imam Isnawi dalam mazhab Syafi’i membolehkan melontar sebelum Matahari tergelincir (qabla zawāl), yang dimulai sejak terbit fajar.

Pendapat tersebut dapat diamalkan meskipun sebagian ulama menilai dha’īf/lemah (Keputusan Mukta mar ke29 NU 4 De sem ber 1994).

 

Untuk keamanan, keselamatan, kenyamanan dan ketertiban dalam melontar jamrah, pemerintah Arab Saudi telah mengatur jadwal waktu melontar bagi jamaah haji setiap negara.

 

Jemaah haji harus mengikuti ketentuan jadwal tersebut dan menghindari waktu-waktu larangan. Jemaah haji yang mengalami udzur syar’I diperbolehkan mengakhirkan melontar jamrah dengan cara  melontar Jamrah Sughra, Wustha dan Kubra secara sempurna sebagai qadha lontaran untuk hari pertama.

 

Setelah itu jemaah berbalik lagi menuju posisi Jamrah Ula kemudian memulai lagi melontar tiga jamrah yang sama secara berturut-turut sebagai qadha hari kedua. Setelah itu, jemaah menuntaskan lontaran hari terakhir bagi nafar tsani

PR : MACAM MACAM JUMROH

 

VIDEO 13 : PRAKTEK MEMAKAI KAIN IHROM

Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

Sejarah Dzikrul Ghofilin

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU