Hikam 8
Mutiara Al Hikam 8: Makrifat Allah Tidak Ada kaitannya dengan Amalmu
Mutiara Al Hikam Kedelapan dari Kitab Al Hikam Ibnu Athaillah adalah:
إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ
فَلَا تبُاَلِ مَعَهَا إِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا
وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ تَعَرُّفَ هُوَ
مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَاْلأَعْمَالَ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ وَأَيْنَ مَا
أَنْتَ مُهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ
Artinya: “Jika Tuhan membukakan pintu makrifat, jangan kau pertanyakan amalmu yang sedikit. Karena Dia tidak akan membukakan pintu makrifat, kecuali karena ingin memperkenalkan Diri-Nya kepadamu. Tahukah kau bahwa makrifat merupakan anugerah_nya untukmu, sedangkan amalmu adalah persembahan untuk-Nya. Tentu persembahanmu takkan sebanding dengan anugerah-Nya.”
Penjelasan
Dalam perjalanan menuju Tuhannya, seorang salik harus
memperbanyak amal untuk menekan dorongan-dorongan nafsu syahwat sehingga ia
bisa sampai kepada Allah.
Di sisi lain seorang salik dituntut juga untuk bermujahadah dalam
waktu lama. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan disela-sela itu ia merasa
malas melakukan sebagian ibadah dan wirid yang diharuskannya.
Sehingga ia pun diterpa kegalauan dan frustasi bahkan mungkin pula
tergerak untuk meninggalkan semuanya. Padahal, disaat yang sama, ia telah
sampai pada satu tahapan makrifatullah.
Oleh karena itu, Ibnu Athaillah menasehatinya, bahwa jika
Allah membukakan untuknya satu dari sekian pintu makrifat, seperti
merasakan kehadiran dan pengawasan Allah atau menyadari bahwa pelaku ibadah
sesungguhnya adalah Allah dan menyadari dirinya hanyalah objek penampakan
perbuatannya, maka saat itu tidak ia tidak perlu lagi merasa heran dan
bertanya-tanya mengapa itu bisa terjadi sementara amal yang dilakukannya baru
sedikit? Karena tujuan dari semua amal ibadah adalah mendekatkan diri kepada
Allah.
Dibukakannya pintu makrifat adalah bukti bahwa Allah
mengasihi dan menyayanginya. Bisa jadi, seseorang sedikit melakukan amal karena
memang ia sedang sakit.
Jika orang ini mendapatkan makrifat, misalnya dengan
mengetahui bahwa sakit baginya lebih baik ketimbang sehat dan bahwa Allah Maha
Melakukan apa yang dikehendaki-Nya saat itu ia tidak perlu lagi mempertanyakan
sedikit amalnya.
Allah membukakan untukmu pintu makrifat karena dia
ingin memperkenalkan diri-Nya kepadamu memberimu karunia-Nya, mendekatimu, dan
menampakan sifat-sifat dan asma-Nya untukmu.
Tentu saja makrifat adalah karunia yang lebih besar dan agung untukmu
dibandingkan amalan-amalan lahirmu untuk-Nya.
Hadiah dari seorang budak walaupun bernilai tinggi tetap hina dan kecil dibandingkan hadiah dari seorang tuan walaupun itu sedikit.
Hadiah dari seorang budak manfaatnya hanya akan dirasakan oleh dirinya
sendiri, bukan tuanya.
Kesimpulannya, amal ibadah yang sedikit namun diiringi makrifat lebih
baik daripada amal ibadah yang banyak tanpa makrifat.
Jika seorang salik mendapatkan makrifat, ia
harus segera menghadapkan hatinya kepada Tuhannya agar karunia makrifat dari
Tuhan itu ditambah.
Ia juga harus lebih memedulikan makrifat tersebut ketimbang
amalan-amalan lahir yang dilakukannya.
Oleh sebab itu amalan lahir para arif yang dilakukan di
akhir usia mereka cenderung menurun. Mereka selalu merindukan masa-masa dahulu
ketika mereka mendapat banyak cahaya karena banyaknya amal yang mereka lakukan.