Hikmah Hijrah
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَه اللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّمْ . أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ :
اُوْصِيْكُمْ وَنفْسِي بِتقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تفْلِحُوْنَ. قَالَ
اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم
مُّسْلِمُونَ. صَدَقَ اللهُ العَلِيُ العَظِيْمُ وَبَلَّغَ الرَّسُوْلُ النَّبِيُ
الْحَبِيْبُ الكَرِيْمُ وَ نَحْنَ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَ الشَّاكِرِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ
العَالَمِيْنَ.
Pertama–tama
marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan
ni’matnya sehingga kita dapat berada di masjid yang insya Allah penuh berkah
ini untuk menunaikan ibadah shalat jum’at berjama’ah. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. Mudah-mudahan kita termasuk
golongan yang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad Saw pada hari la yanfa’u malun
wala banun illa man atallaha biqolbin salim. Amin ya Rabbal Alamin.
Mengawali
khutbah jum’at kali ini, khatib mengajak kepada diri sendiri dan kepada jama’ah
yang dirahmati Allah untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt
dimanapun kita berada dan janganlah kita mati kecuali dalam keadaan Islam.
Mudah-mudahan kita selalu mendapat taufik dan hidayah dari Allah Swt sehingga
kita selalu istiqomah dalam kebaikan sampai akhir hayat kita dan mudah mudahan
kita semua mati dalam keadaan husnul khatimah. Amin ya Robbal Alamin.
Sabtu
besok kita akan meninggalkan tahun 1440 H dan pada malam harinya ketika
dikumandangkan adzan magrib kita masuk bulan Muharram tahun baru 1441 H. Berkat keputusan Khalifah Umar bin Khaththab
akhirnya umat Islam punya penanggalan sendiri yang di pilih berdasarkan
peristiwa hijrah Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah yang bertepatan dengan
15 juli 622 Masehi. Meski banyak pilihan, Khalifah Umar memilih hijrah sebagai
awal penanggalan Islam yang selanjutnya disebut sebagai penanggalan hijriyyah.
Banyak
hikmah yang bisa di petik dari hijrah. Betapa Rasulullah Saw dan para sahabat
rela meninggalkan kampung halaman tempat lahir dan dibesarkan. Berangkat
mengarungi lautan pasir yang terhampar sejauh 400 Km. Kalau siang panasnya
membakar kulit, kalau malam dinginnya menusuk tulang.
Kenapa
mereka mau? Apa sebenarnya yang mereka cari? Apa sebenarnya yang
merekaperjuangkan? Jawabannya adalah IMAN. Karena iman mereka tinggalkan
kampung halaman. Karena iman mereka tinggalkan harta benda. Karena iman mereka rela
berpisah dengan keluarganya yang berbeda akidah. Iman yang mereka pertahankan
melahirkan ketenangan bathin. Kalau bathin bahagia penderitaan badan tidak
terasa. Itulah kenapa gurun pasir jadi terasa indah, terik matahari tampak
bagai pantulan sinar purnama, yang jauh terasa dekat, yang lemah jadi kuat,
yang taku jadi berani. Perjalanan Mekkah-Madinah mereka tempuh dengan berbekal
keimanan.
Oleh
karena itu, memasuki tahun hijriyah ini harus dengan semangat meningkatkan
keimanan sebagaimana latar belakang historis dan sosiologis dari peristiwa
hijrah dahulu. Seorang bijak pernah berkata, “dengan ilmu hidup menjadi mudah
dan dengan iman hidup jadi terarah”.
Kita
yang hidup di zaman iptek ini (ilmu pengetahuan dan tekhnologi) merasakan hidup
jadi mudah. Apa yang terjadi di Amerika bisa kita lihat hari ini juga. Hujan
sudah bisa dibikin, kekuarangan air bisa diatasi dengan penyulingan air laut,
kekurangan lahan bisa dipenuhi dengan merombak tanah gersang seperti yang
dilakukan di negara teluk. Karena ilmu hidup jadi mudah.
Selanjutnya,
iman membuat hidup jadi terarah. Manusia tidak cuma diberi otak saja tapi juga
hati. Kita memang perlu tekhnologi, tapi itu bukan segala-galanya yang bisa
menjamin kesejahteraan hidup kita. Tanpa bimbinan hati yang berbalut nilai-nilai
keimanan, otak dan ilmu malah akan berkembang liar dan reduktif terhadap
kesejahteraan manusia.
Iman
harus kita miliki guna mengendalikan hawa nafsu. Beda dengan malaikat yang cuma
diberi akal tapi tidak diberi nafsu. Karena itu malaikat bukan makhluk pejuang,
makanya kalau malaikat tidak berbuat dosa, pantas. Sebaliknya, binatang cuma
diberi nafsu dan tidak diberi akal, maka kalau tiap hari berbuat salah, wajar.
Manusia berada ditengah-tengahnya, punya akal juga punya nafsu. Kalau akal
sehat kita yang menang, maka kita naik ke derajat malaikat, dan kalau nafsu
mengendalikan kita, jatuhlah kita ke tataran binantang. Bahkan mungkin lebih
rendah, lebih ganas dan lebih brutal dari binantang.
Makin
tinggi status sosial, makin tinggi kwalitas keimanan, makin besar godaan hawa
nafsunya. Iblis yang datang merongrong para kyai, para asatidz, para pimpinan
dan pejabat, tentunya para iblis kelas kakap.
Orang
yang tidak melengkapi dirinya dengan iman ibarat ikan mati. Ia sangat
bergantung pada keadaan. Digaramin ya ikut asin. Lain halnya dengan ikan hidup,
meski ia berada dalam laut yang asin, ia tidak ikut asin.
Kita
sering mengucapkan kalimat La Ilaha Illah, tiada tuhan selain Allah. Tapi
keseharian kita menuhankan selain Allah. Kita sering menyebut kalimat Allahu
Akbar, Allah Maha Besar tapi keseharian kita menjadikan Allah Maha Kecil.
Padahal arti Allahu Akbar itu adalah Allah maha besar. Berarti Allah Maha Besar
atas segalanya yang ada di langit dan muka bumi ini. “Lillahi Mafissamawati wa
ma fi lard”. Allah yang memiliki langit dan bumi.
Maka
katakan kepada masalah-masalah dalam kehidupan kita, bahwa Allahu Akbar, saya
punya Allah yang maha besar. Katakan pada penyakit kita yang ada di tubuh kita,
Allahu Akbar, hai penyakit saya punya Allah, Allah yang lebih besar dari
segalanya, maka keluarlah dari tubuhku ini. Begitu juga ketika kita mengalami
kesusahan dan kesulitan, kita bilang, wahai kesusahan dan kesulitan saya punya
Allah, Allahu Akbar Allah Maha Besar.
Maka
kalau iman kuat, tauhid kita benar maka kita tidak akan menjadi pribadi yang
suka mengeluh atau bicara aduh. Kalau mengeluh sama saja kita bersuudzhan
kepada Allah Swt, di dalam hadits qudsi
dikatakan “ ana ‘inda dzhanni abdi bi” saya tergantung persangkaan hambaku,
kalau baik maka aku baik. Maka orang mukmin yang imannya kuat ia selalu
berhusnudzan kepada Allah Swt.
Allah
itu sebenarnya menginginkan kemudahan-kemudahan bagi hamba-Nya, يريد الله بكم اليسرى Allah itu tidak ingin
hamba-Nya dalam keadaan susah. Maka seyogyanya hati orang yang beriman itu
harus selalu dalam keadaan tenang dan senang, allah berfirman: وانزل السكينة في قلوب المؤمنين Allah menurunkan
ketenangan pada hati orang-orang yang beriman, dengan syarat, selalu husnudzon
kepada Allah Swt. Kalau ada kesusahan, kegundahan, kesedihan, maka itu bukan
datang dari Allah tapi dari dari manusia sendiri فمن
نفسك. Kenapa? Karena imannya belum kuat, tauhidnya belum benar.
Ulama tasawuf banyak belajar dari peristiwa thaif, bagaimana Rasulullah salam
keadaan susah, menderita, didzalimi tapi tetap berdoa kepada orang yang di
dzaliminya dengan doa agar Allah
memberikan hidayah kepada mereka. dengan doa “اللهم
اهد قومي فإنهم لايعلمون” . Nabi selalu mengadukan dan menyandarkan
berbagai permasalahan yang dihadapinya
kepada Allah Swt.
Maka
di tahun baru ini, hati kita harus full iman, penuh dengan iman, penuh dengan
yaqin, penuh dengan husnudzan kepada Allah Swt.
Salah satunya dengan berdoa kepada Allah besok sabtu di waktu ashar
dengan doa agar Allah mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukannya selama satu
tahun yang lalu dan berdoa di waktu magrib dengan doa agar Allah selalu
menjauhkan dirinya dari pada godaan syaithan yang terkutuk sehingga selama satu
tahun kedepan keimanan semakin meningkat sehingga istiqomah sampai akhir hayat
dan mati dalam keadaan husnul khatimah. Amin ya Rabbal alamin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلَاَوتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ أَقوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
الحَمْدُ
لله و كفى و الصلاة و السلام على النبي
المصطفى و على أله و صحبه أهل الصدق والوفاء أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ،
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ. فقال الله تعالى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِي يَأّيُّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِه
وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالـْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ
أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ زَمَان وَ فِي مَكَانٍ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، عباد الله، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ،
فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرَ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Oleh : Dr. H. Taufik Abdillah Syukur, MA