Karakter dalam Hadits
Pendahuluan
Sejarah mencatat bahwa tidak ada prestasi dalam bidang pendidikan
paling cemerlang yang pernah terjadi di muka bumi ini melainkan keberhasilan
konsep pendidikan Rasulullah Saw, yang mampu mengubah dari tradisi ke-jahiliyah-an
kepada Islam.
Rasulullah Saw telah berhasil mendidik sahabatnya menjadi
masyarakat muslim yang berkualitas dan berkarakter. Mereka rindu akan
kebenaran, semangat dalam menuntut ilmu, merasa mulia dengan Islam, sederhana
dalam sikap, ketika malam hari mereka menangis ber-taqarrub kepada Allah
Swt, di siang hari mereka berjihad melawan kemusyrikan, kekafiran dan
kezaliman, memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kejahatan serta
menebarkan kasih sayang dengan menghilangkan beban-beban kaum muslimin.
Mereka saling kasih mengasihi, cinta mencintai sesama kaum
muslimin. Sebagaimana firman Allah Swt:
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُو الدَّارَ
وَاْلإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ
وَلاَيَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى
أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ
فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Orang-orang
yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.” (QS. al-Hasyr:
9).
Ayat ini menerangkan sikap kaum Anshar yang mencintai kaum Muhajirin.
Mereka menginginkan kaum Muhajirin memperoleh kebaikan sebagaimana mereka
menginginkan kebaikan untuk dirinya.
Keberhasilan Rasulullah Saw dalam mengajar karakter
kepada shabahat dapat dilihat dari kejadian yang alami oleh Abdullah bin Umar
yang masih terngiang-ngiang atas materi pelajaran yang disampaikan Rasulullah
Saw kepadanya. Materi pelajaran itu langsung diaplikasikan dengan memberikan sorban yang ia pakai
kepada seorang Arab Badui sebagai bentuk bakti kepada orangtuanya (Shahih Muslim, no. 4629).
Bukan hanya materi pelajaran yang diingat oleh para
shahabat tetapi metode pengajaran Rasulullah Saw juga masih tertancap kuat
dalam pikiran shahabat. Seperti Abu Hurairah menirukan gaya Nabi Saw ketika
bercerita tentang Ibu Juraij yang sedang memanggil Juraij dengan meletakkan
telapak tangannya di atas alis matanya dan mengangkat kepala ke arah Juraij (Shahih Muslim,
no. 4625).
Di Indonesia, masalah pendidikan karakter saat ini
masih menjadi pembicaraan di seminar-seminar hingga penataran guru. Karena banyak
yang menyadari pendidikan karakter di Indonesia masih belum seberhasil
pengajaran ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Indonesia pernah meraih penghargaan dengan menjadi
juara umum dalam International Conference of Young Scientists (ICYS) atau
Konferensi Internasional Ilmuwan Muda se-Dunia yang diikuti ratusan pelajar SMA
dari 19 negara di Bali pada 12-17 April 2010. Pada bulan Mei 2012, banyak siswa
Indonesia yang menang dalam ajang Olimpiade Iptek International, International
Sustainable World Energy, Engineering & Environment Project Olympiade,
I-SWEEEP 2012 yang diselenggarakan di Houston, Amerika Serikat. Enam siswa
Indonesia memboyong medali emas, perak dan perunggu dari 600 orang peserta yang
berasal dari 68 negara. Suatu prestasi yang membanggakan dalam bidang ilmu
pengetahuan.
Begitu juga dalam bidang keterampilan. Banyak prestasi
yang ditorehkan anak-anak SMK khususnya, dari membuat mobil hingga pesawat.
Kabar terbaru datang dari wilayah Indonesia tengah, tepatnya dari SMK Negeri 3
Mataram. Siswa di SMK ini telah merakit 2.000 komputer jinjing atau laptop
untuk memenuhi kebutuhan beberapa sekolah di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tetapi berita dan kegemilangan siswa-siswi Indonesia
itu seakan tenggelam dengan berbagai tayangan-tayangan kekerasan yang ironisnya
berasal dari dunia pendidikan. Di Makassar para mahasiswa bertindak anarkis
dengan membakar dua pos polisi dan membakar ban. Di Ambon akhir April lalu para
mahasiswa bentrok dengan pejabat kampus. Kekerasan dalam dunia pendidikan
seakan menjadi tradisi di negara kita, mulai dari senioritas sampai tawuran
dari tingkat pelajar sampai mahasiswa.
Tawuran pelajar sekolah menjadi potret buram dalam dunia pendidikan
Indonesia. Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar. Angka
itu melonjak tajam lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus tawuran yang
menewaskan 82 pelajar.
Ternyata, hal-hal negatif yang muncul dalam dunia
pendidikan bukan hanya tawuran, kekerasan, dan senioritas saja tetapi kebiasaan
para pelajar mencorat-coret bangku dan meja kelas, tembok sekolah dan rumah
penduduk, bahkan fasilitas umum. Belum lagi
berbicara kasar dan jorok seperti memanggil orang dengan nama binatang,
mengejek nama ayah ibunya atau sesuatu yang dapat menyakiti perasaan temannya
dengan sebutan bodoh dan lain sebagainya, sehingga menunjukkan lemahnya budaya
bahasa santun dalam lingkungan pelajar di sekolah.
Berbagai peristiwa yang disaksikan melalui televisi, media cetak
maupun media elektronik menunjukkan betapa masyarakat Indonesia masih mengalami
degradasi moral. Betapa tidak, kasus korupsi masih merajalela bahkan dilakukan
secara berjama’ah dan kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh public figure.
Anehnya terhadap kasus perselingkuhan tersebut sebagian masyarakat menyikapinya
biasa-biasa saja.
Sanksi sosial terkadang tidak berlaku lagi dan cenderung
membiarkan, bahkan apatis. Lebih tragis lagi petugas keamanan seperti polisi
justru menjadi sasaran kekerasan bahkan pembunuhan. Para petugas hukum malah
yang melanggar hukum, hakim yang tugasnya menjadi benteng penegak keadilan
justru mempertontonkan praktik ketidakadilan. Kampus sebagai tempat para
intelektual yang seharusnya menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan
menjauhi anarkisme juga tak luput dari aksi anarkis seperti perusakan laboratorium,
ruang kuliah dan perkantoran. Intelektual yang mestinya mengedepankan
argumentasi dengan nalar logis dalam menyelesaikan persoalan seolah melupakan
etika akademik yang menjadi bagian kehidupannya. Semua menjadi tontonan yang
memilukan.
Hal-hal yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa pendidikan di
Indonesia masih belum berhasil mendidik siswa menjadi siswa yang berkarakter
sebagaimana yang diharapkan.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah mentalitas ini disebabkan
karena kerusakan individu-individu yang kemudian terjadi secara kolektif atau
justru merupakan kegagalan pendidikan dalam mendidik siswa menjadi manusia yang
berkarakter?.
Bukankah pendidikan agama dan pancasila telah diajarkan sejak
sekolah dasar hingga perguruan tinggi?. Bukankah pendidikan tersebut juga telah
ditatarkan kepada pejabat tinggi negara, pegawai negeri sipil (PNS) bahkan
organisasi kemasyarakatan.
Kalau begitu, adakah cara lain selain pendidikan dalam membangun
karakter bangsa ini?. Misalnya melalui politik atau kegiatan ekonomi.
Jawabannya mungkin bisa, tetapi pendidikan merupakan jalan yang terbaik untuk
membangun karakter bangsa ini, bahkan untuk membangun sebuah peradaban.
Hanya saja konsep pendidikan saat ini harus ditinjau kembali.
Kenapa demikian, karena masih banyak peristiwa negatif yang justru datang dari
dunia pendidikan. Seperti menyontek massal saat Ujian Nasional, meningkatnya
jumlah pemakai narkoba dan seks bebas pada usia sekolah, belum lagi persoalan
pada lulusan sekolah yang terjebak pada pengangguran, pemalas, tidak kreatif,
dan lain sebagainya, yang menunjukkan lemahnya karakter bangsa.
Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kementrian Agama Republik Indonesia, telah mengintruksikan
kepada setiap sekolah agar memasukkan pendidikan karakter pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
Hal itu
dilandasi oleh Undang-undang nomor 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Permendiknas nomor 22/2006 tentang Standar
Isi, Permendiknas nomor 23/2006 tentang SKL, Inpres nomor 1/2010 tentang
Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 menyatakan
/menghendaki/ memerintahkan pengembangan karakter peserta didik melalui
pendidikan di sekolah.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan: 1)
Pendidikan Nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 2) Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Nilai karakter yang telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional
Republik Indonesia sebagai berikut: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Dari kebijakan diatas, Pemerintah berharap agar sekolah mampu
mengantarkan siswa menjadi manusia yang berkarakter. Jika harapan ataupun
tujuan tersebut tidak tercapai maka ada sesuatu yang salah dalam
penyelenggaraan pendidikan, apakah itu kurikulum, metode pengajaran, kualitas
guru, keadaan siswa, fasilitas sekolah, atau yang lainnya. Maka perlu diadakan
evaluasi, pembenahan dan peningkatan kualitas di setiap lini.
Pembenahan bukan berarti merombak penyelenggaraan pendidikan secara
keseluruhan atau merubah kurikulum tingkat nasional seperti kurikulum 2013 yang
saat ini sedang disosialisasikan. Tetapi, salah satunya dengan peningkatan
kualitas guru dengan memberikan pelatihan guru tentang metode pengajaran.
Sebagaimana Inpres Nomor 1 Tahun 2010. Bidang pendidikan tentang
Penguatan metodologi dan kurikulum. 1) Penyempurnaan kurikulum dan metode
pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya
saing dan karakter bangsa. 2) Terselenggaranya uji coba kurikulum dan metode
pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya
saing dan karakter bangsa. Berdasarkan Inpres inilah pertanda urgensi
metodologi pengajaran dalam pendidikan karakter bangsa.
Banyak metode dan gaya mengajar guru yang tidak disukai siswa. Jika
metode dan gaya mengajar guru disukai siswa, maka tidak ada siswa yang bodoh,
tidak ada pelajaran yang sulit dan tidak ada pelajaran yang membosankan. Justru
yang ada hanyalah guru yang membosankan. Paradigma lama yang salah adalah jika
guru mengajar kemudian siswa tidak mengerti, maka yang salah adalah siswa,
kenapa mereka tidak mengerti?.
Dalam proses belajar mengajar, guru biasanya menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, cerita, diskusi, demonstrasi, penugasan, pemecahan
masalah, karyawisata, eksperimen, proyek dan lain-lain. Metode pengajaran ini
akan terus bertambah sejalan dengan kemajuan perkembangan teori-teori
pengajaran.
Nilai-nilai karakter yang ditetapkan Pemerintah itu baik dan
sifatnya universal. Begitu juga, metode pengajaran yang ditetapkan oleh guru
dalam RPP juga baik. Yang jadi permasalahan adalah kenapa dengan metode
pengajaran yang baik masih belum bisa menjadikan siswa dan lulusannya menjadi
manusia yang berkarakter?.
Padahal pemerintah telah mengalokasikan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) untuk peningkatan kualitas guru, diantaranya dengan pelatihan
guru terkait dengan metode pengajaran dan pendidikan karakter.
Sepertinya guru harus diperlihatkan metode yang sudah lama terbukti
keunggulannya dalam mendidik manusia berkarakter tetapi metode itu seolah-olah
lenyap dengan adanya metode barat. Metode itu adalah metode pengajaran karakter
oleh Rasulullah Saw kepada para shahabat.
Melihat keberhasilan Rasulullah Saw dalam
mendidik sahabat, maka penulis merasa perlu untuk melakukan revitalisasi metode
pengajaran karakter yang dilakukan Rasulullah Saw kepada para shahabat. Metode
pengajaran karakter itu perlu diungkap dan dikaji kembali sebagai sumber ide, gagasan,
inspirasi dan bahan perbandingan dengan metode pengajaran kontemporer.
Untuk menggali lebih dalam lagi metode
pengajaran karakter itu, maka perlu diadakan kajian secara menyeluruh tentang
hadits-hadits yang terkait dengan pendidikan karakter sahabat. Hadits-hadits
itu harus dilihat secara utuh dari kitab-kitab hadits shahih yang diakui para
ulama. Penulis memilih Shahih Muslim untuk dikaji karena beberapa alasan.
Diantaranya adalah susunan Shahih Muslim lebih sitematis di banding Shahih Bukhari.
Karena hadits-hadits dihimpun di dalamnya berdasarkan bab-bab yang ada dalam
kitab fikih. Dengan demikian, bagi seseorang yang ingin meneliti hadits, lebih
mudah menelusurinya dalam kitab Shahih Muslim. Kemudian, di dalam Shahih Muslim
terdapat kitab tentang kebajikan, silaturahim dan adab. Judul kitab ini,
menurut hemat penulis lebih mendekati kepada pendidikan karakter yang dimaksud
oleh pemerintah Republik Indonesia.
Untuk memudahkan penelitian, penulis tidak
meneliti seluruh hadits dalam Shahih Muslim. Tetapi hanya memfokuskan pada
kitab kebajikan, silaturahim dan adab yang terdiri dari 51 bab 73 hadits. Diharapkan
nantinya dapat ditemukan metode pengajaran karakter yang paling efektif
digunakan Rasulullah Saw.
Untuk memudahkan implementasi di sekolah, maka
disertasi ini menjadikan metode pengajaran yang biasa digunakan para guru dalam
penyusunan RPP serta nilai-nilai karakter yang ditetapkan pemerintah sebagai
teori dan acuan dalam melihat hadits-hadits Rasulullah Saw.
Pembahasan
Hasil penelitian
hadits-hadits Shahih Muslim berdasarkan nilai pendidikan karakter sebagai
berikut: Karakter cinta damai 21 hadits,
bersahabat/komunikatif 11 hadits, peduli
sosial 9 hadits, peduli lingkungan 7 hadits, kejujuran 4
hadits, religiusitas 4 hadits,
menghargai prestasi 2 hadits, rasa ingin tahu 2 hadits, toleransi 1 hadits, semangat kebangsaan 1 hadits, sabar 8 hadits, dan
rendah hati 3 hadits.
Dari penelitian
ini, diperoleh data bahwa pembentukan beberapa nilai karakter seperti disiplin,
kreativitas, kerja keras, kemandirian, demokratis, cinta tanah air, tanggung
jawab dan senang membaca, tidak ditemukan dalam kajian bab kebajikan,
silaturahim dan adab dalam kitab shahih Muslim ini. Ada pula bebarapa karakter
tidak dominan dalam kitab ini, tetapi mungkin di kitab lain menjadi paling
dominan. Seperti religiusitas akan banyak di dapati di kitab iman dan rasa
ingin tahu pada kitab ilmu.
Ada dua nilai
karakter yang tidak ditetapkan oleh pemerintah RI, tetapi ada dalam kajian ini
yaitu sabar dan rendah hati. Penelitian ini juga memperoleh data bahwa
pembentukan karakter yang paling banyak diharapkan dari shahabat Rasulullah Saw
adalah karakter cinta damai, bersahabat/ komunikatif, peduli sosial dan peduli
lingkungan.
Untuk lebih
memahami hadits-hadits Rasulullah Saw dalam kajian kebajikan, silaturahim dan
adab kitab Shahih Muslim, maka penulis menyingkat empat karakter dominan
tersebut dengan tiga singkatan yaitu ‘cinta, bersahabat dan peduli’. Cinta
damai dengan cinta, bersahabat/ komunikatif dengan bersahabat dan peduli sosial
dan lingkungan dengan peduli.
Saat ini, guru ketika menetapkan nilai karakter, baik di dalam
silabus maupun RPP nampak kurang fokus. Karena jumlah karakter yang terlalu
banyak yang harus di ajarkan kepada siswa menjadikan guru dan siswa bingung.
Maka peneliti mengusulkan untuk fokus pada karakter cinta, bersahabat dan
peduli serta menjadikannya sebagai karakter utama dalam pengajaran sedangkan
karakter yang lain sebagai karakter pendukung dari karakter yang utama
tersebut.
Seluruh karakter
dominan dalam kajian ini mengarah kepada satu karakter yaitu cinta damai atau
cinta. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang mencerminkan
kasih sayang, sehingga menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
Jika pendidikan karakter memerlukan teladan,
maka Rasulullah Saw merupakan teladan
sempurna dalam karakter cinta ini. Cinta yang diajarkan Rasulullah Saw kepada
para shahabat antara lain cinta kepada orang tua (Shahih Muslim, no. 4623), cinta
kepada keluarga (Shahih Muslim, no. 4638), cinta kepada sesama muslim
(Shahih Muslim, no. 4650), cinta kepada
orang-orang sholeh (Shahih
Muslim, no. 4762), cinta kepada anak-anak (Shahih Muslim, no. 4765), cinta kepada tetangga (Shahih Muslim, no. 4758), cinta
kepada binatang (Shahih Muslim, no. 4749), cinta karena Allah
(Shahih Muslim, no. 4656), cinta Allah
kepada hambanya (Shahih Muslim, no. 4772), seseorang akan bersama orang yang dicintainya (Shahih Muslim, no. 4779)
Seorang siswa diharapkan menjalani
hidup di dunia ini berdasarkan cinta. Baik cinta kepada orang tua, keluarga,
sesama muslim, orang shalih, tentangga, anak-anak, binatang, dan lain
sebagainya. Cinta semua itu hendaklah dilandasi karena kecintaan kepada Allah
Swt. Karena seseorang akan bersama dengan yang cintainya. Jika Allah mencintai
seseorang maka Allah menghendaki kebaikan bagi orang tersebut. Jika Allah Swt telah mencintai seorang hamba,
maka Allah Swt akan membuat hamba yang lain mencintainya.
Kalau seseorang sudah cinta maka ia akan
mengidolakan dan mengikutinya. Kalau seseorang sudah cinta maka ia akan selalu
memikirkan dan menyebutnya berulang-ulang kali baik di lisan maupun di hati.
Dengan cinta seseorang akan mengorbankan segalanya demi hal yang dicintainya.
Dengan cinta seseorang akan menjadi berani (syaja’ah) untuk melindungi
orang yang dicintainya.
Contohnya Ali
bin Abi Thalib berani menggantikan posisi Rasulullah Saw ditempat tidur saat
kaum kafir mengepung rumah Rasulullah Saw, padahal itu sangat berbahaya untuk
keselamatannya. Abdurrahman bin Auf berani mengorbankan 40.000 dirham perak,
40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang, dan 1.500 ekor unta demi membantu
Rasulullah Saw dalam perjuangannya menegakkan Agama Islam di muka bumi ini,
tanpa meninggalkan sedikitpun untuk keluarganya. Abu Ubaidah bin al-Jarrah
sangat cinta kepada Rasulullah Saw sampai-sampai berani membantu Rasulullah Saw
pada suatu kejadian di perang Uhud sampai giginya copot dan ia bangga dengan
gigi yang copot itu karena digunakan untuk membantu Rasulullah Saw. Thalhah bin Ubaidillah karena kecintaannya kepada Rasulullah Saw
sampai-sampai ia menjadi seorang shahabat yang berani dengan menjadikan
tubuhnya sebagai tameng bagi Rasulullah Saw dari serangan musuh, sehingga
badannya terkena lebih dari tujuh puluh tikaman dan anak panah serta jari
tangannya putus.
Dengan cinta
itulah yang menjadikan kaum Muhajirin dan Anshar menjadi ummat yang kuat dan
bersahabat, dengan cinta itulah timbul rasa peduli antar sesama dan pengorban
yang tinggi baik jiwa maupun harta, dan dari sinilah Rasulullah Saw membangun
peradaban Islam.
Saat ini
persaudaraan berdasarkan ukhuwah Islamiyah semakin memudar. Di Indonesia, walaupun jumlah muslimnya
mayoritas, tetapi mereka terpecah-pecah, baik dalam organisasi kemasyarakatan
(ormas) maupun partai politik. Sungguh mengherankan jika ada seorang muslim
tidak menjalin silaturahim kepada tetangganya sesama muslim karena satu alasan
yaitu beda partai atau beda ormas. Sungguh prihatin jika ada seorang muslim yang
tidak mau mengunjungi orang-orang shaleh dan tidak mau menimba ilmu dari
orang-orang berilmu, wara’, dan tawadhu, karena satu hal yaitu
beda ormas atau beda partai. Maka, Sudah
saatnya umat Islam Indonesia menjadikan ukhuwah Islamiyah diatas
kepentingan ormas dan partai politik.
Saat ini ummat
Islam di Indonesia digiring opininya melalui media. Anak-anak pelajar saat ini
salah dalam mengartikan dan menggunakan kata cinta. Mereka lebih mencintai
idolanya dari pada mencintai gurunya. Kasus Ariel harus menjadi pelajaran bagi
para guru. Di pendahuluan disertasi ini dipaparkan bagaimana seorang ‘abg’
menangis histeris ketika ariel dibebaskan dari penjara. Dalam penelitian ini
ditemukan hadits yang berbunyi ‘seseorang akan bersama dengan orang yang
cintainya.’ Bahwa seseorang nanti di hari kiamat (akhirat) akan dikumpulkan
bersama dengan orang yang dicintai dan diidolakannya. Jika yang ia cintai
adalah orang faasiq maka ia akan bersama dengan orang faasiq,
jika yang ia cintai artis maka ia akan bersama artis itu pada hari kiamat. Tapi
jika yang ia cintai adalah orang-orang shaleh, Rasulullah Saw beserta para
shahabat maka ia akan dikumpukan bersama mereka pada hari kiamat.
Dengan cinta
maka karakter yang lain akan mengikuti dengan sendirinya. Karakter peduli
lingkungan dilakukan karena ia mencintai lingkungannya. Peduli sosial dilakukan
karena ia mencintai masyarakat. Bershahabat dilakukan karena ia mencintai
sesama. Semangat kebangsaan dilakukan karena ia mencintai bangsa dan negaranya.
Cinta tanah air dilakukan karena ia mencintai tanah kelahirannya. Rasa ingin
tahu dilakukan karena ia mencintai pengetahuan. Senang membaca dilakukan karena
ia mencintai wawasan yang ia peroleh saat membaca, dan lain sebagainya.
Dengan karakter
cinta ini diharapkan lulusan sekolah dapat mencintai kedua orangtuanya yang
dimanifestasikan melalui aktivitas seperti mendoakan keduanya, berbakti kepada
keduanya, menghormati dengan berkata halus dan sopan serta menyayanginya.
Jika seorang cinta kepada saudaranya maka
dapat dimanifestasikan melalui aktivitas mencintai saudara seperti mencintai
diri sendiri, menjaga sopan santun dan rendah hati kepadanya, menepati janji,
membantu keperluannya, menjaga kehormatan dan nama baiknya, menjaga silaturahim,
menghilangkan buruk sangka, menutup aib saudara, dan menghindarkan sikap
menganiaya, menghina, mendustakan, meremehkan dan buruk sangka kepada mereka.
Jika seorang
cinta kepada tetangganya maka dapat dimanisfestasikan dengan beberapa tindakan seperti
memuliakan dan menghormati tetangga, menolong jika memohon pertolongan,
menengoknya jika sakit, mengucapkan selamat jika tetangga memperoleh
kebahagiaan, memberi nasihat jika meminta nasihat, saling menanyai kabarnya,
mengucapkan salam jika bertemu, saling
memberi walaupun sedikit, dan memaafkan jika mereka bersalah.
Cinta kepada
lingkungan dapat dimanifestasikan dengan upaya memelihara pelestarian alam
seperti melakukan penghijauan, memberi makanan kepada binatang yang dijumpai,
melarang penebangan pohon secara liar dan melarang perburuan binatang secara
liar.
Manakala
karakter cinta terhujam kuat dalam pribadi seseorang, maka dapat menimbulkan
berbagai sikap atau akhlak yang lain seperti pemurah, penolong dan pemaaf. Tiga
sifat itu identik dengan pengorbanan. Jika masyarakat sudah haus akan
pengorbanan maka itu adalah salah satu ciri akan bangkitnya suatu peradaban
sebagaimana bangkitnya peradaban Islam di Madinah.
Sikap kasih sayang dan saling mencintai telah dicontohkan
oleh kaum Muhajirin dan Anshar. Umat Islam seharusnya saling melengkapi dan
menguatkan sehingga kokoh seperti bangunan.
Ada yang jadi pasirnya, ada yang jadi semennya, bahkan ada yang jadi
pakunya.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ
لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Rasulullah saw. bersabda: “Seorang mukmin terhadap mukmin
yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan
bagian yang lain.” (Shahih Muslim, no. 4684).
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ
الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ
وَالْحُمَّى
Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin
dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah
tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang
lain ikut merasakan sulit tidur dan demam.” (Shahih Muslim, no. 4685).
Umat Islam seharusnya saling mencintai, mengasihi dan
tolong menolong. Umat Islam janganlah seperti buih dilautan. Jumlahnya banyak
tapi tidak punya daya, dipermainkan oleh gelombang, dihempaskan ke kiri dan ke
kanan, hanyut dalam arus bukan menciptakan arus, bukan membentuk mode tapi
mengikuti mode.
Maka dari itu, jika ingin membenahi suatu peradaban maka mulailah
dari pendidikan. Para siswa diharapkan memiliki karakter yang kuat seperti
karakter sahabat Rasulullah Saw sehingga hidupnya dipenuhi dengan rasa cinta
dan pengorbanan.
Adapun penelitian mengenai metode pengajaran yang digunakan
Rasulullah Saw dalam mendidik karakter shahabat sebagai berikut:
Metode
bercerita berjumlah 22 hadits, metode tanya jawab 19 hadits, metode ceramah 16 hadits, metode pemecahan masalah 7 hadits, metode
penugasan 4 hadits, metode demonstrasi 3 hadits, metode karyawisata 2 hadits,
metode diskusi 0 hadits, metode eksperimen 0 hadits, metode proyek 0 hadits.
Dari 73 hadits
yang diteliti, ditemukan bahwa Rasulullah Saw menggunakan metode pengajaran
yang juga digunakan oleh para guru di sekolah dasar. Tetapi hanya tujuh metode
pengajaran yang digunakan Rasulullah Saw dalam mengajarkan karakter kepada para
shahabat, sedangkan tiga metode pengajaran yang lain tidak digunakan yaitu
metode diskusi, eksperimen dan proyek. Metode ini tidak
digunakan dalam pengajaran karakter, mungkin metode ini cocok pada materi sains
atau pada pelajaran yang membutuhkan penemuan baru dan sejenisnya.
Hasil
penelitian juga memperoleh data bahwa metode pengajaran karakter yang paling
banyak digunakan Rasulullah Saw dalam pendidikan karakter shahabat adalah
metode cerita, tanya jawab dan ceramah.
Rasulullah Saw
juga menggunakan teknik dan taktik pengajaran dalam mengimplementasikan
metode-metode pengajaran karakter tersebut. Berikut pemaparannya:
No.
|
Metode Pengajaran
|
Teknik dan Taktik
Pengajaran
|
1
|
Bercerita
|
· Menyajikan materi cerita secara runtut
· Bercerita dalam
bentuk simulasi atau bermain peran
· Memberi
perumpamaan-perumpamaan
· Membangun kontak
batin
· Merangsang
imajinasi
· Melatih perasaan
dan emosi
· Membantu proses
identifikasi diri atau perbuatan
· Memperkaya
pengalaman batin
|
2
|
Tanya
Jawab
|
· Menguji kemampuan shahabat
· Untuk mengetahui pemahaman sahahabat terhadap materi pelajaran
· Menjawab sesuai kemampuan shahabat
· Memberikan komentar terhadap pernyataan shahabat
· Meningkatkan rasa keingintahuan yang
tinggi
· Pengulangan kalimat
· Menggunakan intonasi
· Memanfaatkan ekspresi wajah dan melembutkan
perkataan
· Memberi kesempatan kepada shahabat untuk menjawab sendiri suatu
pertanyaan
|
3
|
Ceramah
|
·
Mengkondisikan shahabat diawal pelajaran
·
Menggunakan
kalimat larangan
·
Menggunakan
kalimat perintah atau nasihat
·
Menggunakan
kalimat motivasi atau ancaman
|
4
|
Pemecahan
Masalah
|
·
Teguran langsung
·
Menggunakan
kalimat anjuran
·
Bersikap
tenang
|
5
|
Penugasan
|
·
Interaksi pandangan dan pendengaran
·
Menyeru
secara langsung
·
Menggunakan
kalimat perintah
|
6
|
Demonstrasi
|
· Menggunakan bahasa tubuh
· Untuk
mempersingkat penjelasan dan pengajaran
· Menarik
perhatian siswa
|
7
|
Karyawisata
|
· Pengajaran melalui sindiran
· Mengungkapkan alasan
|
Implementasi di Sekolah
Perlu diketahui bahwa Rasulullah Saw berhasil menggunakan metode
pengajaran karakter dikarenakan banyak faktor. Apa saja faktor itu dan
bagaimana mengimplementasikannya pada proses pendidikan karakter di sekolah:
1.
Guru
Faktor guru merupakan faktor yang paling penting dalam menggunakan
metode pengajaran karakter ini. Maka dari itu diharapkan para guru menjalankan
peran sebagai berikut:
a.
Menggunakan
metode pengajaran karakter yang efektif
Hasil
penelitian ini memperoleh data bahwa metode yang paling banyak digunakan
Rasulullah Saw dalam pendidikan karakter adalah metode cerita, tanya jawab dan
ceramah.
Tiga metode ini harus menjadi metode utama dalam proses pendidikan
karakter di sekolah. Metode ini harus dimasukkan kedalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) ketika guru ingin mengajar karakter. Adapun empat metode yang lain dijadikan
sebagai metode penguat dalam proses pembelajaran dan digunakan pada saat
dibutuhkan. Seperti metode penugasan digunakan ketika guru ingin melakukan
pembiasaan atau latihan kepada siswa. Metode pemecahan masalah dilakukan ketika
menemukan suatu permasalahan dilapangan ataupun di dalam kelas baik yang
terencana maupun tidak terencana yang menuntut penyelesaian. Metode demonstrasi
dibutuhkan jika ada materi yang membutuhkan gerak atau gambar visual agar lebih
mudah dipahami siswa, dan metode karyawisata dilakukan dipertengahan masa studi
atau di akhir masa studi sebagai kegiatan luar sekolah untuk menyaksikan
langsung permasalahan-permasalahan yang ada.
Kenapa tiga metode tersebut sangatlah penting?. Karena pembentukan
karakter itu sifatnya doktriner dan dogmatis tidak demokratis. Pendekatan
semacam ini membuat pendidikan karakter lebih cenderung pada pengajaran benar
atau salah. Berlaku jujur itu benar dan berbohong itu salah. Berbeda dengan
metode diskusi, eksperimen dan proyek yang lebih mengedepankan pembelajaran
demokratis dan logis.
Walaupun sifatnya doktriner dan dogmatis bukan berarti proses
pengajaran menjadi kaku, menegangkan dan menakutkan bagi siswa. Seorang guru
dapat menggunakan metode pengajaran ini dengan menarik, kreatif dan inovatif
disesuaikan dengan tuntutan zaman bahkan bisa bercerita dengan menggunakan
power point, CD, film, animasi, boneka dan lain sebagainya. Yang penting esensi
dari itu semua adalah menggunakan metode bercerita.
Dengan metode cerita, tanya jawab dan ceramah bukan hanya
mengantarkan siswa kepada pengetahuan kognitif saja tetapi lebih dari itu,
yaitu bagaimana siswa merasakan, menyakini dan mencintai suatu karakter. Maka
dari itu seorang guru harus pintar bercerita, menguasai teknik tanya jawab dan
berlatih retorika.
b.
Menjadi teladan
bagi siswa
Peneliti menyimpulkan bahwa esensi dari kajian kebajikan,
silaturahim dan adab dalam kitab Shahih Muslim ada tiga yaitu cinta, bersahabat
dan peduli. Maka guru yang berkarakter menurut tinjauan hadits-hadits tersebut
adalah guru yang memiliki karakter cinta, bersahabat dan peduli.
Guru yang memiliki karakter cinta adalah guru yang suka
bersilaturahim (Shahih Muslim, no. 4640), tidak mendengki, membenci dan bermusuhan (Shahih Muslim, no. 4641), tidak
berprasangka buruk, apalagi mencari-cari aib dan menjerumuskan orang lain
(Shahih Muslim, no. 4646), selalu menganjurkan untuk berdamai (Shahih Muslim,
no. 4652), tidak mencaci maki (Shahih Muslim, no. 4688), selalu memaafkan dan
tidak membalas kejahatan orang (Shahih Muslim, no. 4689), bersikap lemah lembut
dan ramah (Shahih Muslim, no. 4697), tidak mengutuk /melaknat manusia atau hewan
(Shahih Muslim, no. 4701), tidak menghukum seseorang tanpa ada alasan syar’i
(Shahih Muslim, no. 4733), dan selalu mendoakan orang lain dengan rahmat dan
pahala (Shahih Muslim, no. 4705).
Karakter guru yang bersahabat adalah guru yang bersahabat
dengan orang-orang sholeh (Shahih Muslim,
no. 4762), tidak
suka ghibah (Shahih Muslim, no. 4690), berupaya membujuk orang jahat agar
menjadi orang baik (Shahih Muslim, no. 4693), tidak
akan tidak menyapa lebih dari tiga hari (Shahih Muslim,
no. 4643), dan
selalu menampakkan keceriaan saat berjumpa (Shahih
Muslim, no. 4760).
Karakter guru
yang peduli adalah selalu menghilangkan
hal yang membahayakan di jalan (Shahih Muslim, no. 4743, 4745), tidak menyiksa
binatang dan sejenisnya (Shahih Muslim, no. 4749), sering menjenguk orang sakit
(Shahih Muslim, no. 4660, 4661) berbuat baik kepada anak-anak (Shahih Muslim,
no. 4763), tidak bebuat dzalim (Shahih Muslim, no. 4677), dan selalu memberikan
pertolongan dalam perkara yang tidak haram (Shahih
Muslim, no. no. 4761).
Keberhasilan Rasulullah Saw dalam pendidikan karakter bukan hanya
penguasaan beliau akan penggunaan metode pengajaran tetapi disebabkan karena
beliau menjadikan dirinya sebagai teladan bagi para shahabat. Dengan demikian,
para shahabat mudah dalam meniru karakter dan kepribadian Rasulullah Saw.
Guru ketika ingin mengajarkan karakter kepada siswa maka guru harus
berkarakter terlebih dahulu. Rasulullah Saw ketika memerintahkan manusia
melakukan kebaikan maka beliau adalah orang yang paling pertama kali
melakukannya. Ketika beliau melarang manusia dari keburukan maka beliau adalah
orang yang pertama kali menghindari dan menjauhinya.
Guru bukan hanya mencerminkan suatu profesi, tetapi merupakan
representasi dari berbagai kedudukan yang sangat mulia. Dia adalah pahlawan
tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa, pembangun karakter, pembangun
peradaban dan sebagainya. Seluruh gambaran ini mencerminkan betapa agung, mulia
dan terhormatnya kedudukan seorang guru. Sehingga sosoknya memiliki berbagai
atribut yang sangat lengkap dengan berbagai gelar kebaikan. Keteladanan yang
diberikan guru akan berdampak besar terhadap kepribadian dan karakter siswa,
karena guru adalah pihak kedua setelah orang tua dan keluarga yang paling
banyak bersama dan berinteraksi dengan siswa, sehingga sangat berpengaruh bagi
perkembangan seorang siswa.
Siswa memiliki kecenderungan untuk mencontoh. Mereka akan mengamati
apa yang dilakukan oleh orang-orang yang ada disekitarnya, kemudian mencoba
melakukan hal yang sama. Mereka akan terus meniru apa yang mereka lihat, dan
menyimpan apa yang mereka dengar. Perilaku guru dalam mengajar, secara langsung
atau tidak langsung, akan mempengaruhi motivasi siswa, baik yang sifatnya
positif maupun negatif. Jika kepribadian yang ditampilkan guru dalam mengajar sesuai
dengan segala kebaikan tutur kata, sikap, dan perilakunya, maka siswa akan
termotivasi untuk melakukan hal baik. Sikap dan tingkah laku seorang guru jauh
lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak dibarengi dengan amal
nyata.
c.
Mengajar dengan
cinta, bersahabat dan peduli kepada siswa
Selain keteladanan, faktor lain yang membuat Rasulullah Saw
berhasil dalam pendidikan karakter adalah faktor kecintaan, persahabatan dan
kepedulian.
1)
Mengajar dengan cinta
Mengajar dengan
cinta adalah mengajar dengan sikap, perkataan, dan tindakan guru yang
mencerminkan kasih sayang, sehingga menyebabkan siswa merasa senang dan aman
atas kehadiran dirinya.
Guru mengajar
dengan cinta dilakukan antara lain dengan terus menyambung tali silaturahim
dengan siswa dan orangtuanya dengan tidak memutuskannya. (Shahih Muslim, no. 4638). Tidak mendengki, membenci dan bermusuhan
dengan siswa (Shahih Muslim, no. 4641). Tidak berprasangka buruk,
mencari-cari aib siswanya bahkan menjerumuskannya (Shahih Muslim, no. 4646).
Tidak menzhalimi,
mendengki, membenci, memalingkan wajah, menghina, meremeh, dan menginjak
kehormatan siswanya (Shahih
Muslim, no. 4650). Seorang guru juga dilarang untuk
tidak menyapa siswanya (Shahih
Muslim, no. 4652).
Guru hendaknya mengajar dengan cinta
kepada siswanya yang didasarkan pada kecintaan kepada Allah Swt. (Shahih
Muslim, no. 4656). Seorang guru juga dianjurkan untuk melapangkan kesusahan,
menutupi aib dan kesalahan siswanya (Shahih Muslim, no. 4678). Guru hendaklah
mencintai siswanya dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta
seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka
anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam (Shahih
Muslim, no. 4685), sehingga kecintaan antara guru dan murid seperti sebuah
bangunan di mana mereka saling menguatkan (Shahih Muslim, no. 4684). Seorang
guru juga dilarang mencaci maki siswanya (Shahih Muslim, no. 4688).
Seorang guru di anjurkan untuk memberikan
maaf daripada harus membalas keburukan atau kejahatan siswanya dan seorang guru
harus bersikap tawadhu atau rendah hati (Shahih Muslim, no. 4689). Seorang guru tidak boleh menghukum
siswanya tanpa ada alasan syar’i (Hadits Shahih, no. 4733).
Seorang guru harus bersikap ramah dan lemah
lembut kepada siswanya (Shahih
Muslim, no. 4697). Guru dilarang
mengutuk dan melaknat siswanya, karena tidak boleh seorang yang muslim itu menjadi tukang kutuk (Shahih Muslim,
no. 4701). Seorang guru
hendaknya mendoakan agar siswanya mendapat pahala dan rahmat dari Allah Swt (Shahih Muslim, no. 4705, 4712).
2)
Bersahabat dengan siswa
Guru yang
bersahabat/ Komunikatif adalah guru yang segala tindakannya memperlihatkan rasa
senang berbicara dan bergaul dengan siswanya.
Ciri guru yang bersahabat adalah guru yang
selalu menyapa siswa-siswanya dan jika tidak menyapa maka tidak lebih dari tiga
hari. Boleh seorang guru tidak menyapa
siswanya pada tiga hari itu karena alasan kuat dalam rangka mendidik siswa.
Karena secara naluriah manusia memiliki sifat marah, tempramental, dan lainnya.
Tetapi Rasulullah Saw melanjutkan haditsnya bahwa yang terbaik ialah orang yang
memulai mengucapkan salam (Shahih Muslim, No. 4643). Guru yang bershahabat tidak melakukan ghibah. Ghibah adalah menceritakan tentang siswanya saat ia tidak
ada, dengan sesuatu yang dapat menyakitkannya (Shahih Muslim, no. 4690). guru yang bershahabat membujuk siswa
yang ditakuti kejahatannya agar hatinya menjadi lunak (Shahih Muslim, no.
4693). Selalu menampakkan kecerian saat berjumpa
dengan siswa (Shahih Muslim, no. 4760). Guru yang bersahabat adalah guru yang
mengajurkan siswa-siswanya untuk bergaul dan bersahabat dengan kawan-kawan yang
baik bukan kawan yang jahat
(Shahih Muslim, no. 4762).
3)
Peduli terhadap siswa
Guru yang peduli kepada siswanya adalah guru yang segala sikap dan
tindakannya selalu ingin memberi bantuan kepada siswa yang membutuhkannya.
Guru yang peduli adalah guru yang menjenguk siswanya kala sakit (Shahih Muslim, no. 4660, 4661). Tidak
kikir kepada siswa (Shahih Muslim, no. 4675). Membantu
keperluan, melapangkan kesusahan dan memberikan pertolongan kepada siswa (Shahih
Muslim, no. 4677, 4761). Termasuk peduli terhadap siswa adalah dengan membantu
siswa-siswa yang kurang mampu dengan membiayai mereka dan bersabar mengurus
segala urusannya (Shahih Muslim, no. 4763, 4765).
Peduli merupakan sikap guru yang didasari pada keprihatinan
terhadap siswa. Guru melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang
terjadi pada siswa. Tentu hal ini dilakukan dalam rangka memberikan inspirasi,
perubahan dan kebaikan kepada siswanya.
Mahmud Yunus mengatakan dalam bukunya at-Tarbiyah wa Ta’lim:
الطريقة أهم من المادة, و لكن
المدرس أهم من الطريقة و روح المدرس أهم من مدرس نفسه
Metode
itu lebih penting dari materi akan tetapi guru itu lebih penting dari metode
dan jiwa guru jauh lebih penting dari dirinya sendiri.
Mahmud Yunus memberi nasihat kepada calon guru bahwa penguasaan
akan materi pelajaran itu penting tetapi metode untuk mempengaruhi siswa agar
tercapai tujuan pengajaran itu juga penting untuk dipelajari. Tapi faktor guru
dalam hal keteladanan lebih penting dari metode pengajaran dan ruh
seorang guru jauh lebih penting dari keteladanan guru itu sendiri. Ruh
ini mungkin berupa kecintaan, persahabatan dan kepedulian guru kepada siswanya.
Jika guru mengajarkan karakter kepada siswa dengan metode
pengajaran karakter yang efektif kemudian diiringi dengan keteladanan dan
mengajar dengan cinta, bersahabat dan peduli maka insya Allah akan lahir
generasi Muslim yang berkarakter.
2.
Bahan
Pengajaran
Bahan pengajaran/ materi yang diajarkan
Rasulullah Saw kepada para shahabat sebagaimana berikut:
1)
Materi singkat/
ringkas
2)
Bahan
pengajaran terdapat unsur cerita dan tanya jawab
3.
Fasilitas
Dalam metode cerita, tanya jawab dan ceramah tidak memerlukan
banyak fasilitas dalam proses pembelajaran, berbeda dengan metode eksperimen
dan proyek. Dalam metode cerita hanya dibutuhkan alat bantu sederhana seperti
boneka, baik boneka manusia maupun binatang, perangkat simulasi seperti tempat
duduk dan meja kecil-kecil, dan sebagainya. Bisa juga berupa gambar atau power
point yang di tayangkan melalui LCD di tembok sekolah.
4.
Siswa
Proses pendidikan karakter di sekolah bagi siswa
membutuhkan tiga hal:
1)
Penyeleksian siswa dan penetapan standar kompetensi lulusan
Sekolah perlu menyeleksi siswa di awal tahun agar
guru dapat mengetahui kualitas atau kemampuan siswa dalam belajar, sehingga
guru dengan mudah dapat memilih metode pengajaran yang tepat untuk siswanya.
Rasulullah Saw pernah menggunakan metode tanya jawab kepada seorang Arab badui
yang baru masuk Islam dengan memberikan jawaban yang sesuai dengan kemampuannya
(Shahih Muslim,
no. 4775). Peneliti
menyarankan agar memasukkan dalam SKL, target lulusan yang memiliki
kepribadian/ berkarakter cinta, bersahabat dan peduli kepada orang lain.
2)
Penegakan Aturan
Beberapa hal
yang harus diperhatikan ketika guru hendak membuat peraturan dan tata tertib di
kelas, sebagai berikut:
a)
Bisa dimengerti
b)
Bisa dilaksanakan
c)
Tidak terlalu banyak
d)
Tegas, adil dan konsisten
3)
Pembiasaan
Pembiasaan
dalam proses pendidikan karakter banyak menggunakan metode penugasan walaupun
tidak seluruhnya. Rasulullah Saw pun melakukan pembiasaan-pembiasaan kepada
shahabatnya. Sebagaimana penugasan Rasulullah Saw shahabatnya yang bernama Abu Barzah agar
menyingkirkan hal-hal yang membahayakan kaum muslimin di tengah jalan (Shahih
Muslim, no. 4747). Perintah Rasulullah Saw kepada para shahabat
agar berhati-hati membawa senjata tajam ketika berada ditempat keramaian (Shahih Muslim, no. 4736). Rasulullah Saw
juga menganjurkan kepada Abu Dzar agar memperbanyak kuah kalau memasak lauk
pauk dan membagikannya kepada tetangganya (Shahih Muslim, no. 4758) dan Rasulullah Saw
pernah didatangi seseorang untuk suatu keperluan, lalu Rasulullah Saw
menghampiri para shahabat yang sedang berkumpul, dan memerintahkan untuk
membantu saudaranya yang sedang dalam keperluan (Shahih Muslim, no. 4761).
Penugasan yang dilakukan Rasulullah Saw kepada para shahabat sebagai bentuk
pembiasaan kepada mereka agar berkarakter cinta, bershahabat dan peduli kepada
sesama.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagaimana berikut:
1.
Metode
pengajaran karakter yang digunakan Rasulullah Saw kepada para shahabat dalam
kitab Shahih Muslim.
Penelitian ini memperoleh data bahwa metode yang paling banyak
digunakan Rasulullah Saw adalah metode cerita, tanya jawab, dan ceramah. Beliau
Saw juga menggunakan metode pemecahan masalah, penugasan, demonstrasi dan
karyawisata tetapi tidak menggunakan metode diskusi, eksperimen dan proyek
dalam proses pengajaran karakter kepada para shahabat.
2.
Implementasinya
pada proses pendidikan karakter di sekolah
Guru sebagai
faktor utama dalam pengajaran karakter di kelas harus menguasai metode cerita,
tanya jawab dan ceramah. Guru hendaknya mengajar dengan penuh cinta,
bershahabat, peduli dan menjadi teladan bagi siswa. Bahan pengajaran yang di
gunakan sebaiknya singkat namun padat makna serta terdapat unsur cerita dan
tanya jawab. Fasilitas pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan. Siswa agar
diseleksi untuk mengetahui kemampuan mereka, menetapkan standar kompetensi lulusan,
menegakkan aturan kelas dan menerapkan pembiasaan-pembiasaan baik bagi siswa.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
peneliti menyarankan:
1.
Kepada para guru jangan hanya memasukkan butir-butir
nilai karakter dan metode pengajaran dalam RPP tapi tidak mengahayati dan
menguasai dengan benar maksud di tetapkannya nilai-nilai karakter dan metode
pengajaran. Agar guru tidak bingung karena banyaknya jumlah karakter yang harus
diajarkan kepada siswa, maka fokuslah pada satu karakter dalam satu pertemuan
atau dalam satu semester. Guru juga harus pintar bercerita dan
menguasai banyak cerita yang dapat memotivasi siswa. Selain itu juga harus berlatih teknik bertanya, menjawab
dan beretorika.
2.
Kepada kepala
sekolah agar fokus pada standar proses diantaranya dengan mengadakan pelatihan
guru secara berkala tentang metode pengajaran dan pendidikan karakter.
3.
Kepada
Pemerintah Republik Indonesia agar fokus pada peningkatan profesi guru dengan
memberikan alokasi anggaran yang cukup untuk pelatihan guru terkait dengan
pendidikan karakter dan metode pengajaran. Saat ini banyak para guru tidak
beranjak dari metode ceramah karena takut akan satu hal yaitu Ujian Nasional.
Pemerintah juga harus menambahkan karakter sabar dan rendah hati pada
nilai-nilai karakter yang ditetapkan. Bukankan tawuran, berkata kasar, dan
kekerasan senioritas dikarenakan ketidaksabaran mereka dalam menahan amarah.
Bukankan korupsi karena ketidaksabaran seseorang untuk cepat kaya. Bukankah
para calon presiden yang saling menyerang dan menjatuhkan lawan politiknya
karena tidak ada karakter rendah hati pada dirinya.
4.
Kepada mereka
yang tertarik pada kajian ini untuk mengadakan penelitian lanjutan mengenai
nilai-nilai karakter yang belum terungkap pada penelitian ini dengan mengkaji
kitab Shahih Muslim secara keseluruhan sehingga akan diperoleh nantinya
pemahaman yang utuh tentang metode pengajaran karakter yang digunakan
Rasulullah Saw kepada para shahabatnya.