Kuliah Subuh Ramadhan



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saya doakan yang jawab salamnya kenceng yang punya hutang semoga hutangnya di bayar oleh Allah Swt. Ketika jawaban aminnya kencang maka ini pertanda bahwa jamaah hutangnya banyak semua.
الحَمْدُ لِلَّهِ الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا، وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ الله الَّذِي بَعَثَهُ بِالحَقِّ بَشِيْرًا وَ نَذِيْرًا، وَ دَاعِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَ سِرَاجًا مُنِيْرًا. اللهم صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا  مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَصحبِه وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اللّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُخْرُجُنِى بِهَا مِنْ ظُلُمَاتِ الوَهْمِ وَ تُكْرِمُنِى بِنُوْرِ الفَهْمِز امين يا رب العالمين
اَمَّا بَعْدُ:حَضْرَةَ المُكَرَّمِيْنَ وَ المُحْتَرَمِيْن رحمكم الله
Mudah-mudahan kyai di panjangkan umurnya, dalam sehat walafiyat, pesantrennya makin barokah dan semakin istiqomah ila yaumil qiyamah.
Yang kami hormati para alim ulama, tokoh masyarakat serta para hadirin yang dimuliakan Allah Swt. Yang kami muliakan para tamu – tamu Rasulullah, calon calon penghuni syurganya Allah Swt.
Dari hati yang paling dalam marilah kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah swt
Allah yang maha satu tiada baginya sekutu, Allah yang maha Esa lagi perkasa, Allah yang maha pemurah yang murahnya berlimpah ruah, Allah yang maha pengasih yang kasihnya tak pilih kasih, Allah yang maha penyayang yang sayangnya tiada terbilang.  Dimana pada detik ini masih menghamparkan nikmat kepada kita, Alhamdulillah.  diantaranya adalah ni’mat iman dan Islam, ni’mat sehat walafiat, panjang umur, sehingga kita dapat hadir ditempat yang insya Allah pernuh dengan berkah ini.
Mudah-mudah kita semua yang hadir pada acara ini mendapatkan berkah, keluarga makin sakinah, anak-anaknya jadi anak yang sholeh dan sholehah, rizikinya tambah berkah, yang belum nikah mudah-mudahan cepet nikah, habis nikah beli rumah mewah, mobil mewah, yang belum pergi haji umroh moga cepet bisa haji umroh ke Mekkah, bisa ziarah kemakan Rasulullah di Madinah, mudah-mudah kita Istiqomah sampai akhir hayat  dan mati husnul khotimah, Cuma satu kuncinya yaitu perbanyak amal ibadah dan perbanyak sedekah. Amin ya Robbal Alamin.
Hadirin yang di muliakan Allah Swt
قال ابن مبارك :رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ.
Berkata Imam Ibnu Mubarok :"Berapa banyak Amalan kecil, tetapi menjadi besar karena Niatan (Positif) pelakunya dan betapa banyak Amalan besar, namun berubah kecil karena niatan (Negatif) pelakunya.
قال الامام الغزالی في إحياء علوم الدين: وأما تضاعف الفضل، فبكثرة النيات الحسنة
Berkata Imam Ghozali dalam Kitab Ihya Ulumuddin :"Adapun dari sisi berlipat gandanya Pahala, yaitu dengan banyaknya Niat-Niat baik.
Dalam menghadiri setiap acara seperti maulid Nabi Muhammad saw ini (isro mi’roj, nisfu syaban, nuzulul qur’an, muharroman, dll) sebaiknya kita tanamkan 4 niat didalam hati kita sebelum menghadiri acara ini:
1.         SILATURAHIM
عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ مُزَاحِمٍ ، فِي تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ : يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ سورة الرعد آية 39 ، قَالَ : " إِنَّ الرَّجُلَ لَيَصِلُ رَحِمَهُ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ عُمُرِهِ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ ، فَيَزِيدُ اللَّهُ فِي عُمْرِهِ ثَلَاثِينَ سَنَةً ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَقْطَعُ رَحِمَهُ وَقَدْ بَقِيَ مِنْ عُمُرِهِ ثَلَاثُونَ سَنَةً فَيَحُطُّهُ اللَّهُ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ " .
Dulu pada zaman bani isroil ada orang yang umurnya tinggal tiga hari, kemudian dia datang ke tetangganya, datang kesaudaranya dengan niat silaturhmi maka di ditambah umurnya 30 tahun. Kemudian ada orang yang umurnya masih ditetapkan 30 tahun tapi dia niat mutus silaturahim, bahwa saya bisa hiduop sendiri tanpa bantuan orang lain, maka yang tadinya umurnya 30 tahun akhirnya di pangkas jadi 3 hari.
Siapa diantara kita yang ingin rizkinya dimudahan dan umurnya dipanjangkan oleh Allah?. Yang tidak jawab berarti tidak mau rizki?
Kalau mau maka perbanyaklah silaturahmi.

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi),”
Hadits diatas menjelaskan tentang keutamaan silaturahim dan larangan memutuskannya. Bila ingin rezeki dimudahkan dan usia dipanjangkan maka hendaklah menyambung tali silaturahim.
Ada pertanyaan, bukankah usia dan rezeki telah ditetapkan?. Para ulama menjawab: a) Penambahan itu hanya tampak bagi para malaikat, di Lauhul Mahfudzh, dan selainnya. Di Lauhul Mahfuzh tertera umur seseorang hanya enam puluh tahun sebelum melakukan silaturahmi, bila ia bersilaturahmi maka umurnya ditambah empat puluh tahun. Hal ini diketahui Allah sebelumnya, sebagaimana firman-Nya, “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan disisi-Nya terdapat Ummul-Kitab (Lauhul Mahfuzh),” (QS. ar-Rad [13]: 39). Jadi, bagi ilmu Allah Swt penambahan di sini tidak ada, bahkan mustahil, sedangkan di mata makhluk penambahan itu nyata dan bisa dinalar. b) Orang mendapat pujian dan selalu dikenang setelah kematiannya, sehingga seakan-akan ia masih hidup. c) Penambahan itu berupa keberkahan dalam umur, pertolongan untuk selalu melakukan ketaatan, penggunaan waktu dalam hal yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat dan tidak menyia-nyiakannya.

BERKAH
Berkah bukanlah cukup atau mencukupi saja, tapi berkah itu ialah ketaatan kita kepada Allah Swt dengan segala keadaan yang ada. (albarokatu tuziidukum fi thoatillah/ berkah itu ialah menambah ketaatanmu kepada Allah Swt).
Hidup yang berkah itu bukan hanya sehat, tapi terkadang sakit itu justru berkah sebagaimana Nabi Ayyub AS, sakitnya menambah ketaatannya kepada Allah Swt.
Tanah yang berkah itu bukanlah karena subur dan panoramanya yang indah, tapi terkadang tanah yang tandus seperti Mekkah mempunyai keutamaan di sisi Allah Swt.
Makanan yang berkah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, akan tetapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi kuat dan taat beribadah setelah amakan.
Ilmu yang berkah itu bukan yang banyak riwayat dan catatannya, tapi ilmu yang berkah itu ialah ilmu yang mampu menjadikan seseorang meneteskan airmata, keringat, bahkan darah untuk beramal dan berjuang mencapai ridho Allah Swt.
Misalnya baru dapat satu hadits kemudian diamalkan maka itulah ilmu yang berkah.
 من صلى الفجر في جماعة ثم جلس يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة
Penghasilan yang berkah itu bukan dengan ukuran gajinya yang besar, tapi sejauhmana ia bisa menjadi jalan rizki bagi yang lain dan banyaknya orang yang terbantu dengan penghasilannya tersebut.
Dan Umur yang berkah itu bukan berarti memiliki umur yang panjang. tapi banyaknya umur yang ia gunakan untuk beribadah kepada Allah Swt.  Umur berkah itu semakin tua semakin sholeh. Semakin tua semakin rindu untuk bertemu dengan Allah Swt.

2.         MENUNTUT ILMU
Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Nabi Saw bersabda kepada Abu Dzar Al Ghifari
 لأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّىَ مِائَةَ رَكْعَةٍ
Bahwa sesungguhnya engkau pergi untuk mempelajari suatu ayat dari kitab Allah adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka’at. (HR. Ibnu Majah)
Bahkan di dalam kitab yang lain dikatakan:
جُلُوْسُكَ سَاعَةً فِي مَجْلِسِ العِلْمِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ رَكَعَة
Duduknya kalian satu jam atau sebentar saja di majlis ilmu itu lebih baik daripada sholat 1000 rokaat.
Sekarang saya tanya, kira-kira bapak ibu sudah pernah belum sholat dalam satu waktu 1000 rokaat?.
Boro boro... sholat tawawih aja milih masjid. Mana nih masjid yang paling cepet selesainya. Ada yang 20 ada yang 8 rokaat. Pilih yang 8 rokaat. Saya belum pernah sholat disini, tapi saya tahu, sholat disini pasti tarawih rakaat pertama pasti baca “alhakumuttakatsur sama qulhu” betul nga?
Kita semua doa sama Allah semoga kita bisa sholat tarawih di mekkah dan madinah ya bu?
Di sana tarawihnya samapai jam 11 malam, tidur lagi, mulai lagi jam 01 malam untuk witir sampai jam 3 subuh.
مَنْ اَرَادَ الدُّ نْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الاَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Siapapun yang menghendaki (keberhasilan ) dunia maka is harus berilmu, Siapapun yang menghendaki (keberuntungan) akhirat, ia pun harus berilmu, dan siapapun yang menghendaki keduanya, tentu ia harus berilmu.
Dengan ilmu, kita dapat menyingkap tabir kehidupan manusia dan memahami rahasia-rahasia yang diciptakan Allah agar diungkapkan oleh manusia demi kemajuan peradabannya. Memang benar bahwa mencari ilmu sungguh terasa amat berat, terutama ilmu-ilmu yang dapat semakin mendekatkan diri kita kepada Allah. Karenanya, tentu menjadi sangat benar, sabda Rasulullah SAW :
مَنْ سَلَكَ طَرِ يْقًا يَلْتَسِمُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنَّةِ . رواه مسلم
Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR Muslim)
Habib Abdullah baharun mengatakan bahwa murid dan guru itu harus punya alaqoh kahrobaiyyah. Hubungan aliran listrik. Lampu itu tidak akan menyala kecuali jika ada aliran listriknya. Maka seoang murid jika ingin mendapatkan aliran listrik dari gurunya maka harus mendapatkan ridha dari sang guru.
Alkisah ada seorang murid yang pintar sekali ketika mesantren di rubath tarim hadromaut Yaman. Yang kala itu masih asuh oleh habib abdullah asyyatiri, ayah dari pada almarhum habib Salim Assyatiri. Saking pintar muridnya ini sering di undang untuk ceramah diberbagai tempat. Dan pada suatu waktu ada undangan di sebuah kota namanya mukalla, kebetulan yang ngundang orang kaya atau mempunyai jabatan di negeri tersebut. Setelah dia lihat undangannya akhirnya ia tertarik untuk hadir pada acara tersebut dan niat bolos untuk tidak hadir pada pengajian dengan habib Abdullah Asysyatiri. Maka ketika pengajian itu di mulai, di absen satu satu muridnya dan ketika di panggil nama si fulan, si fulan tidak ada. Kemudian ditanyakan kepada teman-temannya, kemana sifulan. Akhirnya dikasih tau bahwa sifulan tidak hadir kajian karena menghadiri undangan ceramah disuatu tempat. Dan kala itu hati gurunya tersakiti dan tidak meridhoi apa yang fulan kerjakan. Dan di tempat yang lain, si murid yang sedang berceramah di hadapan orang kaya pada saat itu juga ilmunya hilang dan tidak bisa melanjutkan ceramahnya, karena ilmunya hilang karena gurunya tidak ridho kepadanya.
Maka jaga hati guru kita, sering sowan kepadanya untuk minta ridho kepadanya. Jika kita ingin pergi atau punya hajat, temuilah untuk minta ridho agar ilmu kita berkah selalu.

PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN
Ramadhan ini adalah bulan yang di rindukan kedatangannya dan di tangisi kepergiannya oleh Shahabat Nabi Muhammad Saw. Kenapa? Karena pada hari – hari itu Allah melipatkan pahala kebajikan yang kita kerjakan. Rasulullah Saw Bersabda:
مَنْ تقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.
Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan suatu perbuatan fardhu di lain Ramadhan dan siapa menunaikan suatu perbuatan fardhu di bulan Ramadhan, maka nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di bulan-bulan Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya). Maka dari itu Rasulullah Saw bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ
"Andaikan ummatku tahu apa yang tersembunyi dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan seluruh bulan dalam setahun menjadi bulan Ramadhan".

FARDU DAN SUNNAH
Imam al-Ghazali ra dalam kitabnya yang bernama bidayatulhidayah mengatakan:
إعلم أن أوامر الله فرائض ونوافل فالفرض هو رأس المال والنفل هو الربح
Yang artinya “Ketahuilah bahwa perintah Allah swt itu terdiri dari yang wajib dan sunnah. Adapun wajib  adalah modal, modal awal perdagangan, sedangkan sunnah adalah keuntungan
Menurut Imam al-Ghazali ra: Ibadah wajib jika diumpakan dengan perdagangan, maka ibadah wajib itu seperti modal awal perdagangan sedangkan ibadah sunnah seperti keuntungan yang diraih dalam menjalankan modal tersebut.
Contoh ibadah wajib seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat mal dan zakat fitrah. Sedangkan ibadah sunnah seperti sholat Dhuha, tahajud, witir, membaca al-Qur’an, dzikir, puasa senin kamis, puasa nabi daud, sodaqoh dengan menyantuni anak yatim, kaum dhuafa, menyumbang perbaikan jalan, masjid,sekolah,dsb.
Jika seseorang banyak melakukan ibadah-ibadah sunnah maka banyak pula keuntungan yang akan ia dapatkan dan sebaliknya semakin sedikit ibadah sunnah yang ia kerjakan maka sedikit pula keuntungan yang akan ia dapatkan, bahkan jika tidak mengerjakan ibadah sunnah sama sekali ia tidak akan mendapatkan keuntungan sama sekali.
Seseorang tidak mungkin mendapatkan keuntungan jika modal yang diberikan selalu berkurang. Bagaimana mungkin seseorang mengharapkan pahala sunnah atau mengharapkan keuntungan dari Allah swt jika kewajiban yang diperintahkan oleh Allah swt selalu ditinggalkan. Bagaimana mungkin seseorang mengharapkan pahala sunnah shalat dhuha jika shalat subuh ditinggalkan. Bagaimana seseorang mengharapkan pahala puasa senin kamis kalau puasa ramadhan ditinggalkan.
Seseorang tidak mungkin mendapatkan keuntungan jika modalnya selalu berkurang atau mungkin habis. Yang ada ialah ia harus terlebih dahulu menutupi modalnya baru setelah itu ia baru akan mendapatkan keuntungan dari allah swt.
Maka dari itu Imam al-Ghazali ra.  membagi manusia menjadi 3 dalam menjalankan perintah Allah swt :
Yang pertama adalah saalimun/ orang yang selamat yaitu orang yang hanya mengerjakan ibadah wajib saja. Yang kedua adalah roobihun/ orang yang beruntung yaitu orang yang mengerjakan ibadah wajib dan sunnah dan yang ketiga adalah khoosirun/ orang yang rugi, yaitu orang yang meninggalkan ibadah wajib.
Imam al-Ghazali melanjutkan tulisannya dalam kitabnya: “jika engkau tidak menjadi orang yang beruntung atau roobihun yaitu orang yang mengerjakan ibadah wajib dan sunnah maka berusahalah agar anda menjadi orang yang selamat, yaitu orang yang hanya mengerjakan ibadah wajib saja”.
Mudah mudahan kita diberi kekuatan oleh Allah swt untuk dapat menunaikan perintah-Nya baik yang wajib maupun yang sunnah. Amin ya rabbal alamin.

SELURUH MANUSIA DI AKHIRAT AKAN MENYESAL
Nanti di alam akhirat seluruh manusia akan menyesal. Termasuk ahli ibadah sekalipun menyesal kenapa tidak melakukan ibadah terbaik sehingga bisa mendapatkan surga yang lebih indah lagi. Apalagi orang-orang yang lalai seperti orang yang tidak shalat, tidak puasa, tidak zakat, dan lain sebagainya, terlebih lagi orang kafir yang menyesal dan meminta kepada Allah agar dikembalikan lagi keduan;
 حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنَ
Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “ya Tuhanku kembalikan aku (kedunia) (QS. Al-Mu’minun : 99)
Bahkan karena pedihnya adzab yang di terima oleh orang kafir, mereka memohon agar tidak menjadi manusia tapi di kembalikan ke asalnya yaitu menjadi tanah.
يَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً
Berkata orang kafir: Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” QS.an-Naba’:40
Mereka juga memohon kepada Allah:
فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ
"Ya Rabb-ku, tangguhkan kematianku ini sehingga saya dapat bersedekah dan saya akan menjadi orang shalih”
Berapa banyak manusia yang sudah meninggal dunia memohon kepada Allah Swt untuk minta dihidupkan kembali kedunia walau sekejap saja hanya untuk bersujud kepada Allah Swt.
Janganlah kita nanti di akhirat menjadi orang yang muflis atau bangkrut. Manusia yang habis semua pahala kebaikannya karena di dunia sering mencela, menuduh dan memfitnah orang lain. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ (رواه مسلم(
Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis (bangkrut) diantara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang muflis (bankrut) dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

KISAH SYA’BAN
Dahulu ada seorang shahabat Nabi yang bernama Sya’ban yang beliau sangat menyesal saat sakaratul maut. Al-Kisah Sya’ban ra ini memiliki kebiasaan unik. Dia datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah. Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiapa shalat berjamaah dan I’tikaf. Alasannya, selalu mengambil posisi di pojok masjid karena ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid. Kebiasaan ini, sudah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri.
Pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban ra pada posisi seperti biasanya. Rasul pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra.
Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat Subuh selesai pun Sya’ban belum datang juga.
Selesai shalat Subuh Rasul pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.
Rasul pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis dimana rumah Sya’ban.
Rasulullah sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya tersebut, ia meminta diantarkan ke rumah Sya’ban.  Perjalanan dari masjid ke rumah Sya’ban cukup jauh dan memakan waktu lama terlebih mereka menempuh dengan berjalan kaki.
Akhirnya, Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya’ban pada waktu shalat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah Sya’ban, beliau mengucapkan salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam.
Benarkah ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.
Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.
Bolekah kami menemui Sya’ban ra, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.
Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban ra menjawab “Beliau telah meninggal tadi pagi”.
Innalilahi Wainnailaihiroji’un” jawab semuanya.
Satu-satunya penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah karena ajal menjemputnya. Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban ra bertanya “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing teriakan di sertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”
Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.
Dimasing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.
ليته كان بعيدا ليته كان جديدا ليته كان كاملا
Rasulullah SAW pun mendapatkan wahyu dan melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”
Akhirnya Rasulullah Saw menjelaskan: “Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat suatu adegan dimana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalatb berjamah lima waktu. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.
Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Saat dia melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah. Dalam penggalan kalimat berikutnya Sya’ban ra melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.
وكل خطوة تَمْشِيْهَا إلي الصلاة صدقةٌ (رواه مسلم)
setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah”
كل خطوة يَخْطُوهَا إلي الصلاةِ يُكْتَبُ لَهُ بِها حَسَنَةً وَ يُمْحَى بِهَا سَيِّئَةٌ (رواه أحمد)
setiap langkah menuju tempat shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan menghapus dosa’.
Saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.
Dia berpikir jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan sampai di masjid dia bisa membuka baju liuar dan shalat dengan baju yang lebih bagus. Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan. Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut kemudian dia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama.
Orang itupun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan shalat berjamaah. Sya’ban ra pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi “Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban ra. Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru.
Berikutnya, Sya’ban ra melihat lagi suatu adegan. Saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu. ketika baru saja ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal itu, Sya’ban ra merasa iba. Ia kemudian membagu dua rotu tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama rata, kemudan mereka makan bersama-sama. Allah SWT kemudain memperlihatkan Sya’ban ra dengan surga yang indah.
Ketika melihat itupun Sya’ban ra teriak lagi “ Aduh kenapa tidak semua!!” Sya’ban ra kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis  tersebut, pasti dia akan mendapat surga yang lebih indah. Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatanya melainkan menyesali mengapa tidak optimal.


Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

Sejarah Dzikrul Ghofilin

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU