Menuntut Ilmu
Manusia diberikan dua kenikmatan, namun banyak di antara mereka
yang tertipu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ.
“Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu
nikmat sehat dan waktu luang.”(HR. al-Bukhari dan selainnya).
Ibadallah,
Banyak di antara manusia yang tidak menggunakan waktu sehat dan
waktu luangnya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak gunakan untuk belajar tentang
Islam, tidak ia gunakan untuk menimba ilmu syar’i.
Seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya
tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus
dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut
ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
Pertama: Menuntut Ilmu Syar’i Wajib Bagi Setiap Muslim Dan Muslimah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”(HR. Ibnu Majah).
Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu
terbagi dua:
Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat,
zakat, dan puasa. Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa
menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.
Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang
pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong
tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya.
Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan
bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan
mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang
tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan
hikmah-Nya.
Kedua: Menuntut Ilmu Syar’i Memudahkan Jalan Menuju Surga
Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga. Maka, jalan untuk
masuk Surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ
طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
memudahkan untuknya jalan menuju Surga. (HR. Muslim dan selainnya).
Di dalam hadits ini terdapat janji Allah ‘Azza wa Jalla bahwa bagi
orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan
memudahkan jalan baginya menuju Surga.
“Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna:
Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu
berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.
Kedua : Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk
mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca,
menelaah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami
(apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan seseorang
untuk mendapatkan ilmu syar’i.
“Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga” mempunyai dua makna.
Pertama, Allah akan memudah-kan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu
yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil
manfaat dari ilmu syar’i dan mengamalkan konsekuensinya. Kedua, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati “shirath”
dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya.
Juga dalam sebuah hadits panjang yang berkaitan tentang ilmu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا
إِلَى الْـجَنَّةِ وَإِنَّ الْـمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ
الْعِلْمِ وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِـمِ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ
حَتَّى الْـحِيْتَانُ فِى الْـمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِـمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ
الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
لَـمْ يَرِثُوا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ
أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan
jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk
orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan
sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh
makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.
Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan
atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan
sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka
wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh,
ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”(HR. Ahmad dan selainnya).
Ketiga: Majelis-Majelis Ilmu adalah Taman-Taman Surga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْـجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ
اللهِ مَا رِيَاضُ الْـجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ.
“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah
berdzikir.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud
taman-taman Surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis
ilmu).” (HR. at-Tirmidzi
Keempat: Menuntut Ilmu Lebih mulia dari shalat 100 rakaat
Nabi Saw bersabda kepada Abu Dzar Al Ghifari
لأَنْ
تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّىَ
مِائَةَ رَكْعَةٍ
Bahwa sesungguhnya engkau pergi untuk mempelajari suatu ayat dari
kitab Allah adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka’at.
(HR. Ibnu Majah)