Al-Muntaqim (81)

 

Kata Al-Muntaqim berasal dari akar kata naqama yang berarti tidak menyenangi sesuatu karena buruknya. Dari sini, lahir makna menyiksa, mengancam, marah, membalas, dan balas dendam. Tentu makna terakhir mustahil bagi Allah. Kata Al-Muntaqim tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, tetapi bentuk jamaknya (muntaqimûn) dan kata kerjanya terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur`an. Di samping itu, disebutkan istilah Dzu intiqâm (pemilik pembalasan) yang dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 4 kali, yaitu Ali Imran: 4, al-Mâ’idah: 95, Ibrahim: 47, dan az-Zumar: 37.

Melalui nama-Nya ini jangan bayangkan bahwa Allah dengan spontan membalas makhluk-Nya yang melakukan kesalahan. Dia menjatuhkan hukuman bagi seseorang atau komunitas jika mereka sudah keterlaluan berbuat maksiat dan merasa senang dengannya. Berbuat keonaran dan menciptakan kerusakan, berbuat zalim terhadap hamba Allah dan makhluk-Nya. Dan yang paling parah, ketika mereka telah menyekutukan Allah.

Allah Al-Muntaqim, Dia-lah yang Maha Pembalas dan yang memiliki pembalasan. Maha Pengancam orang-orang durhaka dan pemberi balasan berupa siksaan. Dia tidak menyenangi kejahatan dan sangat murka terhadap pelakunya setelah disampaikan kepadanya berbagai macam peringatan.

Dia tangguhkan sanksi-Nya agar ada kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada jalan yang lurus. Namun, jika tetap tidak mau sadar dan telah datang waktu pembalasan-Nya, maka tidak ada satu pun yang mampu menolak atau menahan siksaan-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana balasan yang telah ditimpakan terhadap umat-umat terdahulu.

Allah berkalam, yang artinya,

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلًا اِلٰى قَوْمِهِمْ فَجَاۤءُوْهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْاۗ وَكَانَ حَقًّاۖ عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِيْنَ

    ”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan- keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (Rûm: 47).

Ayat lain menegaskan,

فَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ مُخْلِفَ وَعْدِهٖ رُسُلَهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍۗ

    ”Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul- rasul-Nya; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi memunyai pembalasan.” (Ibrahim: 47).

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Muntaqim, selalu muncul rasa takut kepada Allah. Dia selalu menghindari berbagai macam perbuatan yang dapat mengundang kemurkaan Allah dan berhati-hati dalam berucap maupun berbuat.

Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU

Sejarah Dzikrul Ghofilin