CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU
مقدمة
الحمد
لله الَّذِيْٓ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ
لِيَزْدَادُوْٓا اِيْمَانًا مَّعَ اِيْمَانِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًاۙ
أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله اللّٰهُــمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ، وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، وَنَاصِرِ الْحَقَّ
بِالْحَقِّ، وَالْهَادِيْ إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، صلى الله عليه وَعَلَى
اٰلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ أما بعد:
اللهم اجعلني من الذين يقولون يفعلون، و الذين يفعلون يُخْلِصُوْنَ، و
الذين يُخْلِصُوْنَ يُقْبَلُوْنَ
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits yang pertama di dalam kitab
shahih Muslim ada hadis yang sangat masyhur yang disebut dengan Ummu as-Sunnah
atau ‘induknya hadis-hadis Nabi ﷺ’. Karena seluruh hadits-hadits Nabi
terangkum dalam hadits tersebut. Hadis ini di kenal dengan sebutan hadis
Jibril.
Pernah pada suatu ketika, malaikat
Jibril datang kepada Nabi Muhammad ﷺ
dengan menjelma menjadi seorang manusia. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah
ﷺ tentang Islam, maka Rasulullah ﷺ menjawab lima rukun Islam.
اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ
لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ,
وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً
Kemudian Jibril kembali bertanya
tentang iman, maka Rasulullah ﷺ
menjawab dengan enam rukun iman.
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ,
وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ.
Kemudian setelah itu Jibril bertanya
kepada Rasulullah ﷺ tentang ihsan, maka
Rasulullah ﷺ menjawab,
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ
فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat Allah, jika engkau tidak melihat Allah, maka sesungguhnya
Allah melihat engkau
Berdasarkan hadis ini, para ulama
menjadikan agama itu bertingkat-tingkat. Tingkatan Islam, iman, dan ihsan.
Secara umum, kaum muslimin telah
masuk dalam tingkatan yang pertama yaitu Islam karena sudah mengucapkan dua
kalimat syahadat. Akan tetapi
tidak semua orang Islam beriman. Allah
ﷻ berfirman dalam surah Al-Hujurat, (قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا) Orang
orang badui itu berkata, bahwa saya telah beriman (قُلْ
لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا) katakan ya muhammad
kepada mereka bahwa mereka baru Islam tapi belum beriman, kenapa? (وَلَمَّا
يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ) karena iman belum masuk kehati mereka.
Dari sini kita bisa lihat perbedaan
keduanya, bahwa Islam berkaitan dengan amalan zhahir sedangkan Iman berkaitan
dengan amalan bathin.
Para
ulama kemudian mengembangkan rukum Islam menjadi ilmu fiqih atau ilmu Syariat.
Iman dikembangkan lagi menjadi ilmu aqidah atau ilmu thoriqoh dan ihsan
dikembangkan lagi menjadi ilmu tasawuf atau ilmu haqiqoh.
الشريعة لإصلاح الظواهر،والطريقة لإصلاح الضمائر،والحقيقة لإصلاح السّرائر
Ilmu fiqih atau ilmu Syariah hanya membahas suatu
ibadah itu sah atau tidak sah. Kalau mejalankan sesuai rukun dan
syaratnya maka dianggap sah. Tapi kalau ilmu aqidah dan ilmu tasawuf
yang dibahas itu adalah bagaimana suatu ibadah itu dapat (قبول)
diterima di sisi Allah Swt. Karena ibadah yang sah
itu belum tentu (قبول) diterima di sisi Allah Swt.
Contohnya ada
orang yang berpuasa
tapi di cela Rasulullah (كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش). berapa
banyak orang yang berpuasa tapi hanya mendapatkan rasa lapar dan haus karena
puasanya. Dan banyak orang yang sholat tapi dicela oleh Allah (فَوَيْلٌ
لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ
يُرَاۤءُوْنَۙ) celakalah bagi orang
yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, (dan ketika
sholat) ia riya. Riya ini penyakit hati. Penyakitnya kaum munafiqin.
Yang saya ingin maksudkan dari
penjelasan ini adalah untuk mempelajari Islam, ilmu Fiqih, ilmu syariat,
ilmu yang hanya berbicara masalah dzohir dibutuhkan seorang guru
yang membimbing dan memberikan contoh. Apalagi kalau kita belajar Iman dan
Ihsan, Aqidah dan Tasawuf. Tentu lebih membutuhkan
guru yang membimbing dan memberikan uswatun hasanah. Dikarenakan mempelajari
iman dan ihsan itu lebih sulit
dari belajar ilmu syariat. Bahkan menurut guru kita yang mulia, rukun iman yang
paling sulit kita jalani adalah rukun iman yang terakhir yaitu (تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ أَنْ) kenapa? Karena kalau
kita tidak beriman kepada taqdir Allah, maka kita tidak diakui sebagai hamba
Allah. Di dalam hadits Qudsi Allah berfirman (أنَا اللهُ لآ إِلهَ إِلاَّ أَنَا
مَنْ لَمْ يَشْكُرْ عَلَى نَعْمَآئِي وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِي وَلَمْ يَرْضَ
بِقَضَآئِي فَلْيَتَّحِذْ رَبًّا سِوَآئِي). Aku Allah, tiada Tuhan melainkan Aku; siapa
tidak bersyukur atas nikmat-nikmat pemberian-Ku, tidak bersabar atas ujian-Ku
dan tidak ridla terhadap qadla-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.
Apalagi belajar ihsan yang merupakan
level puncak tertinggi. Karena tujuan dari pada hidup kita, tujuan dari pada
amalan amalan kita agar kita mendapatkan (محبة
الله) kecintaan Allah dan (تعلق بالله) kebergantungan kita selalu kepada Allah
Swt. Sebagaimana yang terdapat dalam zikrul ghofilin (لا معبود الا الله)
tiada yang disembah selain Allah (لا مقصود الا الله)
tiada yang dituju selain Allah (لا مطلوب الا
الله) tidak ada yang dicari selain Allah (لا موجود الا
الله) dan yang sejatinya ada hanya Allah.
Untuk mendapatkan (محبة الله) dan (تعلق
بالله) ini , tidak akan bisa kita dapatkan
kecuali dengan jalan (تقرب الى الله) mendekatkan diri kepada
Allah Swt.
3 مفتاح السعادة
Hadirin yang dimuliakan Allah
Bagaimana cara (تقرب الى الله) ? caranya dengan mengerjakan 3 prinsip
kebahagian dunia dan akhirat. 3 prinsip ini sudah di praktekkan oleh guru mulia
kita dan sekarang dihidangkan kepada kita murid-muridnya, ibarat makanan yang sudah
jadi kita tinggal makan saja. Kita tinggal jalanin,
nikmatin dan yaqinin. Apa 3 prinsip
itu! Prinsip yang pertama adalah (كثرة
الذكر) memperbanyak zikir, prinsip yang kedua
adalah (كثرة الصدقة) memperbanyak shodaqoh, dan
prinsip yang ketiga adalah (إدخال السرور)
menyenangkan guru dan orang tua.
Dalil-dalil untuk 3 prinsip ini banyak
sekali di dalam al-Qur’an dan hadits, sehingga kita menjalankan 3 prinsip ini,
mengikuti ajaran guru kita yang mulia dengan sumber dan landasan yang kuat.
Prinsip yang pertama adalah (كثرة الذكر) memperbanyak zikir.
Allah swt berfirman di dalam surah al-Jumu’ah ayat 10: (فَاِذَا
قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ
اللّٰهِ) Apabila salat telah dilaksanakan,
bertebaranlah kamu di muka bumi ini, carilah karunia Allah, berikhtiyar lah.
Iktiyar ada dua : ikhtiyar dzahir
dan ikhtiyar bathin (اختيار باطن أولى من أختيار ظاهر)
kemudian Allah berfirman (وَاذْكُرُوا
اللّٰهَ كَثِيْرًا) Zikirlah kamu sebanyak-banyaknya (لَّعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ) agar kamu beruntung.
Untuk zikirnya apa yang dibaca? Ada zikir
bulanan yaitu (ذكر الغافلين) dan ada yang harian yaitu membaca (سورة الفاتحة)
dan shalawat (اللهم صل على
محمد) kecuali ketika kita berada dekat dengan
nabi maka kita membaca (صلى الله على محمد).
Allah menurunkan banyak kitab kemuka
bumi ini, Kandungan isi kitab-kitab itu disimpulkan atau diintisarikan dalam
satu kitab yang bernama al-Quranulkarim. Kemudian kandungan isi al-Quranulkarim
disimpulkan dalam satu surat yaitu surat Al-Fatihah.
Adapun Sholawat adalah amalan yang pasti
diterima dan pasti sampai kepada Rasulullah SAW. Ada Seorang penyair berkata :
أَدِمِ
الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّد فَقَبُوْلُهَا حَتْمًا بِغَيْرِ تَرَدُّدٍ
أَعْمَالُنَا بَيْنَ الْقَبُوْلِ وَرَدِّهَا
اِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ
Bacalah shalawat selalu (mudawamah,
istiqomah), sebab ibadah shalawat pasti qobul diterima. Adapun amal yang lain
mungkin saja qobul diterima dan mungkin ditolak, kecuali shalawat kepada Nabi
Muhammadi
Prinsip yang kedua memperbanyak shodaqoh. Minimal ada 9 keutamaan shodaqoh yang akan
kita dapatkan :
(النجاح)
kesuksesan (الفوز) kemenangan (السعادة) kebahagiaan (الشفاء)
kesembuhan (طول العمر) Panjang umur (دفع البلاء) menolak bala (جلب
الرزق) menarik rizki (تقرب
الغنى) mendekatkan kepada kekayaan (تبعد الفقر) menjauhkan dari kefakiran (تبعد عن ميتة السوء) menjauhkan daripada kematian yang buruk
atau su’ul khotimah.
Prinsip yang ketiga adalah menyenangkan guru dan orang tua. Rasulullah Saw bersabda (إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ)
sesungguhnya amal yang paling disukai Allah swt setelah melaksanakan kewajiban
adalah (إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى
الْمُسْلِمِ) menyenangkan muslim lainnya.
(مَنْ
اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا،) barang siapa membahagiakan orang mukmin,
(خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ)
Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat (يَسْتَغْفِرُوْنَ
لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ) yang ditugaskan memintakan ampunan
baginya sampai hari kiamat sebab ia telah menyenangkan orang lain.
Ini yang kita senangkan adalah orang
lain. Bagaimana jika yang kita senangkan adalah guru dan orang tua kita. Pasti
Allah akan menyenangkan kita (لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ) Allah akan limpahkan
kepada kita keberkan berkah dari langit dan bumi.
Kenapa guru dulu baru orang tua?.
Karena guru itu ada ulama dan ulama adalah pewaris para nabi (إِنَّ
الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا
دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ) Ulama itu adalah pewaris para nabi. Para
nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Para Nabi mewariskan Ilmu. Maka
barangsiapa yang mendapatkan warisan ilmu tersebut maka ia telah mengambil
jatah bagian yang banyak.
Jadi warisan terbesar itu adalah
ilmu. Dari mana dapatnya ilmu, yaitu dari ulama yang merupakan pewaris para
Nabi. Kata sayyidina Ali (العلم خير من المال ، العلم يحرسك وأنت تحرس
المال) (قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني)
jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (yaitu Rasulullah). Rasulullah
sekarang sudah tidak ada. Tapi ada pewarisnya. Siapa pewarisnya? Pewarisnya
adalah ulama. Tentu ulama di sini bukan sembarang ulama. Ulama di sini adalah
ulama thoriqoh, (العالم المرشد)
Nanti Guru mursyid inilah yang
memerintahkan muridnya untuk cinta kepada kedua orang tua, berbakti kepadanya
dan memohon ridho darinya.
Level pertama dalam menyenangkan
orang tua dengan berkata baik kepada keduanya (وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا),
level kedua, dengan mentaati perintahnya dan level yang ketiga belum diperintah
orang tua, kita sudah mengetahui apa yang diinginkan orang tua. “tawarin mereka” kalau
kata guru mulia.
Maka dari itu seorang penyair sufi
berkata:
أُقَـدِّمُ
أُسْتَــاذِىْ عَلَى نَفْسِ وَالِدِىْ ۞ وَاِنْ نَالَنِىْ مِنَ وَالِدِى الْفَضْلَ
وَالشَّرَفَ
Aku lebih mendahulukan guruku atas
orang tuaku, meskipun aku memperoleh keutamaan dan kemuliaan dari orang tuaku
فَذَاكَ
مُرَبِّ الرُّوْحِ وَالرُّوْحُ جَــــوْهَرُ ۞ وَهَذَا مُرَبِّ الْجِسْمِ
وَالْجِسْمُ كَالصَّدَفْ
Karena guru yang membimbing ruh dan ruh
adalah mutiara, sedangkan orang tua adalah pembimbing jasmani, dan jasmani
bagaikan cangkangnya binatang kerang
Jasmani manusia akan hancur sedangkan
rohani manisa tidak akan hancur dengan hancurnya jasmani. Bahkan rohani inilah
yang mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di akhirat kelak.
Di dalam kitab (خزينة الأسرار)
dikatakan (كُنْ مَعَ اللهِ) Hendaklah engkau selalu
bersama Allah (وَإِنْ لَمْ تَكُنْ)
Jika tidak bisa (فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ)
berusahalah selalu bersama dengan orang-orang yang dekat dengan Allah (فَاِنَّهُ يُوْصِلُكَ اِلىَ اللهِ) niscaya engkaupun akan
sampai, akan wushul kepada Allah (اِنْ كُنْتَ مَعَهُ) selagi engkau bersamanya.
Maka banyakin sholat taubat, karena
setiap hari kita punya dosa baik kepada Allah guru, dan orang tua. Banyakin
sholat hajat dan banyakin sujud syukur, kita syukuri bahwa Allah masih
memberikan kita Hidayah sehingga kita bisa masuk dalam rombongan kereta zikrul
ghofilin, walaupun kita berada di gerbong terakhir tapi gerbong depan kita ada
Rasulullah, para anbiya, para auliya dan guru kita menuju apartemen zikrul
ghofilin di surga kelak. Semoga Allah jadikan kita dan dzuriyah kita (اللهم
اجعلنا و اولادنا و ذرياتنا من العلماء الأغنياء المتقين الذين يدخلون الجنة
بغير حساب )
Tapi untuk menggapai hidayah itu
perlu mujahadah. Hidayah itu perlu dijemput. Tanpa kesungguhan kita tidak akan
dapat hidayah itu. Makanya Allah berfirman : (وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا). Maka banyakin
minta hidayah kepada Allah daripada banyakin minta ilmu. Karena
Rasulullah bersabda : (مَنْ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدًى لَمْ يَزْدَدْ مِنَ
اللهِ إِلاَّ بُعْدًا) barangsiapa bertambah ilmu tetapi tidak
bertambah hidayah, bukan makin dekat dengan Allah malah justru membuat ia jauh
dari Allah Swt
Saya sebagai murid, mohon dibukakan
pintu maaf yang sebesar-besarnya, alfaqir adalah murid yang paling banyak salah
dan banyak lalai. Hakikatnya ketika kita tausiyah, ceramah, khutbah atau ketika
memerintahkan seseorang dengan satu jari telunjuk, ingatlah bahwa ada tiga jari
yang mengarah kepada dirinya dalam hal ini saya.
العفو منكم وبالله
التوفيق والهداية والرضا والعناية والله الموفق إلى أقوام الطريق ثم السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ