MUJAHADAH DALAM IBADAH DI BULAN RAMADHAN

 Allah swt yang menciptakan manusia, sudah pasti Allah faham akan manusia. Jika Allah memerintahkan sesuatu pasti itu untuk kebaikan manusia, ada tujuan dan tidak sia-sia. Jika Allah memerintahkan shalat pasti ada tujuannya, jika Allah memerintahkan zakat pasti ada tujuannya, dan Jika Allah memerintahkan haji pasti ada tujuannya, begitu juga ketika Allah memerintahkan puasa pasti ada tujuannya dan tujuan diperintahkan ibadah puasa adalah agar manusia menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, diampuni segala dosanya dan menjadi manusia yang bertakwa, sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-Baqarah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (al-Baqarah 183)

Pertanyaannya adalah, apakah kita ini sudah menjadi orang yang bertakwa? Apakah kita sudah menjadi orang yang muttaqin? Jawabannya: Belum tentu! Apakah kita bisa menulis? Jawabannya adalah iya. Tapi apakah kita semua jurnalis atau wartawan? Jawabannya belum tentu.

Apakah kita muslim? Jawabannya adalah iya. Tapi apakah kita muttaqin atau orang yang bertaqwa? Jawabannya adalah belum tentu. Kita semua sudah muslim atau sudah menjadi orang Islam tapi kita belum tentu muttaqin atau belum tentu bertakwa kepada Allah Swt.

Nah, puasa ini melatih agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa, dikarantina, digembleng agar benar-benar menjadi orang yang bertakwa. Salah satu contoh taqwa itu adalah dihadapan kita makanan lezat dan nikmat, ada di dalam rumah dan tak ada satu pun yang melihat kita, tetapi kita tidak makan, karena kita merasakan keberadaan Allah, kita merasakan kehadiran Allah Swt.

“Ketika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibuka, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai.” Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim :

إذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

Namun kenapa masih banyak orang yang tidak puasa, masih banyak orang yang malas beribadah di bulan mulia ini dan masih ada saja maksiat? Karena di dalam diri manusia ini ada yang namanya “nafsu”.

Sebagaimana kita ketahui bahwa ada lima unsur di dalam diri manusia yaitu  Al-Jismu (jasmani), Ar-Ruh (Rohani) Al-Aql (Akal), Al-Qolbu dan terakhir adalah Al-Nafsu,

An-Nafsu ini lah yang membedakan manusia dengan malaikat. Nafsu ini karakternya seperti binatang suka makan, minum, tidur, berkembang biak atau bintang buas seperti marah, emosi, memangsa dan lain sebaginya.

Jadi yang menggoda ibadah kita bukan hanya setan tapi Nafsu. Godaan Nafsu ini lebih berat, bahkan menurut imam al-ghazali, lebih berat untuk ditaklukkan daripada 70 setan. Sebab, Nafsu itu merupakan sarana yang menyatu dalam diri manusia dan manusia tak mungkin hidup tanpa nafsu. Jadi, mustahil bisa dihapuskan sama sekali. Ini berbeda dengan setan, yang bisa di usir dan bisa dikalahkan.

Nafsu manusia menurut Imam Al-Ghazali akan melalui 3 tahapan. Tahapan yang pertama adalah an-nafs al-'ammarah. Allah swt berfirman:

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ  

“Nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku,” (QS Yusuf [12]: 53).

Nafsu ammarah ini adalah nafsu yang masih memerintahkan kepada keburukan, maksiat, belum bisa dikendalikan dan masih menjadi bala tentara setan untuk mengarahkan manusia kepada kebinasaan. Karenanya, nafsu ammarah ini harus diperangi. Namun, memeranginya lebih berat daripada memerangi musuh yang kasat mata, Rasulullah Saw pernah bersabda sepulangnya dari peperangan: 

رجعنا مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ. قَالُوا: وَمَا الْجِهَادُ الْأَكْبَرُ؟ قَالَ: مُجَاهَدَةُ الْعَبْدِ هَوَاهُ  

 “kalian baru saja bali dari jihad kecil menuju jihad besar.” para shahabat bertanya: “Apakah jihad besar itu?” Beliau bersabda: Jihadnya seseorang melawan hawa nafsunya. (HR. Al Baihaqi)

Kalau nafsu sudah mulai bisa di kendalikan namanya Nafsu Lawwamah, Allah Swt berfirman:

لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (nafsunya sendiri), (QS. Al-Qiyamah [75]: 1-2).

 Namun nafsu lawwamah ini masih suka berubah-rubah, kadang taat, kadang maksiat, kadang rajin ibadah, kadang malas. Kalau sudah stabil dan istiqomah namanya an-nafs al-mutmainnah atau nafsu yang tenang, nafsu yang jinak, yang sudah bisa dikendalikan.  Allah swt berfirman:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّة 

“Hai nafsu yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya,” (QS. al-Fajr [89]: 27-28).

Nafs Muthmainnah ini tenang mengingat Allah, rindu berjumpa dengan-Nya. Ridha terhadap takdir-Nya dan ikhlas dalam menjalankan perintah-Nya. 

Ibadah puasa ini adalah salah satu bentuk pengendalian nafsu agar nafsu kita menjadi nafsu yang bisa memberikan manfaat dan menjadi nafsu yang muthmainnah. Semoga Nafsu kita setelah Ramadhan menjadi Nafsu Mutmainnah. Amin Ya Rabbal Alamin.

Rasulullah membagi bulan Ramadhan menjadi 3 bagian :

Sepertiga pertama (1-10 Ramadhan) masa turunnya rahmat/kasih sayang Allah. Kalau istilah sepakbola babak ini adalah babak penyisihan. Pesertanya banyak, yang puasa ramai, masjid luber sampai halaman.

Sepertiga Ramadhan kedua yang merupakan masa magfiroh/turunnya ampunan Allah. Adalah babak seperempat final dan semifinal. Banyak team yang sudah berguguran, yang puasa sudah mulai turun, yang ngak puasa mulai terang-terangan, tadarus mulai sayup-sayup, shalat tarawih sudah mulai berkurang,

Sepertiga terakhir adalah masa pembebasan dari api neraka. Dan ini adalah babak final. Tentu pesertanya sudah mulai sedikit, karena peserta yang lain pikirannya sudah bercabang-cabang, ada yang siap-siap pulang kampung, belum punya baju, sepatu, ketupat, mikirin piknik sehingga konsentrasi ibadah menurun, padahal Nabi saw menganjurkan di 10 terakhir ini lebih meningkatkan ibadah. Bahkan Rasulullah meminta izin istrinya untuk i’tikaf dimasjid selama sepuluh hari terakhir.

Sehingga mereka yang lolos dan menjadi finalis-finalis Ramadhan allah akan memberi piagam yang bertuliskan : غفر له ما ثقدم من ذنبه“diampuni seluruh dosanya yang telah lalu”. Mereka inilah yang keluar dari bulan ramadhan seperti bayi baru lahir, mereka yg punya alasan shalat idul fitri dan mengucapkan minal a’idin wal faizin, semoga kita termasuk kelompok itu, yaitu orang yang kembali suci dan beruntung. Amin.

Suatu ketika Rasulullah pernah berkata, "Apabila malam terakhir bulan Ramadhan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad SAW."

Kemudian seorang bertanya tentang musibah apa yang akan menimpa mereka. Rasulullah SAW lalu menjawab, "Perginya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan itu semua doa diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan)." (Diriwayatkan dari Jabir).

Dan belum tentu di tahun depan semua akan dipertemukan kembali dengan bulan suci berikutnya.

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ

"Sekiranya umatku ini mengetahui apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadhan." (HR Ibnu Abbas)

Mari kita maksimalkan sisa sisa bulan Ramadhan ini dengan ibadah kepada Allah Swt.

عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

“Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi saw meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu yang lain,” (HR Muslim)

Muhammad bin Abdullah al-Haddar seorang ulama dari negeri yaman mengatakan apabila seseorang ingin meraih Lailatul Qadar maka harus mengerjakan 3 hal; 1) berpuasalah dari yang haram sebagaimana ia berpuasa dari makanan dan minuman, 2) Berusahalah untuk selalu shalat berjamaah terutama shalat Isya dan Shalat Subuh, 2)  Berusalah untuk selalu melakukan shalat Tarawih beserta Witir. Apabila 3 hal ini dikerjakan maka ia termasuk orang yang akan mendapatkan Lailatul Qadar.

Ya Allah berkahilah kami di bulan Ramadhan dan muliakan kami dengan Lailatul Qadar. Amin. Semoga kita diberikan panjang umur, kekuatan dan kesehatan agar bisa beribadah maksimal disisa-sisa bulan Ramadhan ini. Amin ya Rabbal alamin.

Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

Sejarah Dzikrul Ghofilin

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU