Budi Pekerti Rasulullah Saw

 Sang Idola dan Panutan yang bebas dari segala keburukan dan kekejian

 قَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

 Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” QS. Al Ahzab: 21.

 Kenapa beliau idola tanpa cacat, jawabannya:

عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَخْبِرِينِى بِخُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. قَالَتْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Sa’ad bin Hisyam bin Amir berkata: “Aku pernah mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha, lalu aku bertanya: “ Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah kepadaku akan akhlaknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”, beliau menjawab: “Akhlak beliau adalah Al Quran, apakah kamu tidak membaca Al Quran, Firman Allah Azza wa Jalla: (وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ) dan sesungguhnya engkau di atas budi pekerti yang agung.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 4811.

 عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ». قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ.

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita: “Pernah seorang lelaki datang menenmui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia bertanya: “Wahai Rasulullah, kapan hari kiamat?”, beliau bersabda: “Apa yang kamu telah siapkan untuk hari kiamat”, orang tersebut menjawab: “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”, beliau bersabda: “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai”, Anas berkata: “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam lebih gembira disebabkan sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai, maka aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dan berharap aku bersama mereka meskipun aku tidak beramal seperti amalan mereka.” HR. Muslim.

 

Thabarani dan Ibnu Asakir seperti yang terdapat dalam kitab Kanzul Ummal dan oleh Baghawi dalam kitab al-Ishabah.

لا يتكلم في غير حاجة، طويل السكوت، يفتتح الكلام ويختمه بأشداقه، يتكلم بجوامع الكلم، فصل لا فضول ولا تقصير، دمث ليس بالجافي ولا المهين، يعظم النعمة وإن دقت لا يذم منها شيئا ولا يمدحه، ولا يقوم لغضبه إذا تعرض للحق شيء حتى ينتصر له.

"Rasulullah SAW tidak berkata-kata kecuali seperlunya, beliau lebih sering diam. Beliau memulai dan menyudahi pembicaraan dengan sepenuhnya, dan tidak bicara dengan bibir saja. Perkataannya singkat tetapi mempunyai makna dan hikmah yang dalam. Tidak mencela dan tidak pula memuji dengan berlebihan. Tidak ada seorang pun yang bisa melawan kemarahannya jika kebenaran didustakan sehingga beliau memenangkan kebenaran itu."

 Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya memberi perhatian khusus pada marah, yang bisa menjadi panduan bagi para muslim. Berikut hadistnya, yang mengindikasikan pentingnya tidak terbawa emosi saat marah.

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم أَوْصِنِي. قَالَ: "لَا تَغْضَبْ، فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لَا تَغْضَبْ"

 Artinya: Dari Abu Hurairah, Seseorah bertanya pada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah berilah saya nasihat," Nabi kemudian berkata. "Jangan marah," Dia mengulang pertanyaannya yang selalu dijawab dengan, "Jangan marah." (HR Bukhari).

 

Dalam sejarahnya, Nabi Muhammad SAW pernah marah meski tidak berkaitan dengan urusan pribadi. Nabi marah jika ada ketentuan Allah SWT yang dilanggar seperti diceritakan Zaid bin Tsabit dan diriwayatkan Imam Bukhori.

 Rasulullah SAW dikisahkan punya ruang kecil untuk sholat pada malam hari. Beberapa orang diceritakan datang dan ikut sholat bersama beliau. Orang-orang tersebut datang lagi keesokan harinya, namun Nabi tidak menyambut mereka.

 Mereka lantas melakukan cara untuk menarik perhatian Rasulullah SAW yaitu mengetuk pintu, meninggikan suara, dan melempar batu. Nabi SAW keluar dalam kondisi marah dan menjelaskan keutamaan sholat malam. Ibadah tersebut sunah dan akan lebih baik dilakukan di rumah masing-masing.

 Nabi Muhammad SAW juga marah saat mengetahui ada niat untuk melanggar ketentuan Allah SWT. Kisah ini diceritakan Zaid bin Khalid dalam hadist yang diriwayatkan Bukhori. Saat itu, ada yang menanyakan tindakan jika menemukan barang tanpa tahu pemiliknya.

 Rasulullah SAW menjelaskan, penemu barang wajib membuat pengumuman dan menunggu selama setahun. Jika tak datang juga, barang tersebut bisa digunakan sendiri atau dijual. Namun penemu barang tetap harus bertanggung jawab, artinya, jika pemilik datang maka barang wajib dikembalikan atau uang hasil penjualan diberikan.

 Jika yang ditemukan adalah hewan peliharaan, maka bergantung pada kemampuan bertahan hidup. Bila hewan berisiko jadi mangsa, maka penemu bisa menjual, memelihara, atau memotongnya. Penemu selanjutnya wajib memberi kompensasi jika pemiliknya datang. Namun jika hewan tersebut tidak berisiko dimangsa, maka penemu harus membiarkannya.

 Wajah Nabi SAW dikisahkan menjadi merah menahan marah saat menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan memberi kesan seluruh hewan yang ditemukan bisa langsung dijual, dipotong, atau dipelihara meski tidak berisiko dimangsa. Sama halnya dengan penemuan barang di jalan, yang inginnya langsung dimanfaatkan atau dijual.

 Dikutip dari Arab News, marahnya Nabi Muhammad SAW terlihat dalam dua kondisi tersebut. Namun Nabi SAW memilih menyalurkan marahnya dengan cara dan bahasa yang tepat. Hasilnya, penyebab dan solusi mengatasi marah bisa diketahui serta dilaksanakan setiap hari.

 Nabi Muhammad SAW tidak mengucapkan kata kasar yang menimbulkan kesan negatif. Kata kasar bertentangan dengan pesan Allah SWT yang halus dan tegas demi kebaikan manusia. Hasilnya, marah Nabi Muhammad SAW memberi hasil produktif untuk perbaikan di lingkungannya.

 عن عائشة رضي الله عنها مرفوعاً: «ما ضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم شيئا قَطُّ بيده، ولا امرأة ولا خادما، إلا أن يجاهد في سبيل الله، وما نيِل منه شيء قَطُّ فينتقم من صاحبه، إلا أن ينتهك شيء من محارم الله تعالى، فينتقم لله تعالى». [صحيح] - [رواه مسلم]

 Dari Aisyah -raḍiyallāhu 'anhā- secara marfū', Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- tidak pernah memukul apapun dengan tangannya. Ia juga tidak pernah memukul istri-istri dan pelayannya, kecuali apabila beliau berjihad di jalan Allah. Ketika beliau disakiti, beliau sama sekali tidak pernah membalas orang yang menyakitinya, kecuali bila ada larangan Allah -Ta'ālā- yang dilanggar, maka beliau membalas karena Allah -Ta'ālā-.  Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Muslim

Uraian

Di antara akhlak Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- adalah beliau tidak pernah memukul hewan apapun dan lainnya serta kapan pun. Beliau tidak pernah memukul istri dan pelayannya, karena biasanya orang memukul kedua jenis orang ini. Jika beliau tidak memukul keduanya (istri dan pelayan) padahal kebiasaan manusia berlaku demikian, tentunya selain keduanya yang tidak biasa dipukul akan lebih utama, kecuali apabila beliau berjihad di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah -Ta'ālā-. Ketika seseorang menyakiti beliau sebagaimana yang terjadi saat orang-orang kafir yang melukai kening beliau dalam perang Uhud, mematahkan gigi geraham beliau dan kejahatan lainnya -meskipun kejahatan mereka sudah sedemikian rupa- beliau memaafkan, mengampuni, sabar dan tidak membalasnya, kecuali jika hal-hal yang diharamkan Allah dilanggar, maka beliau tidak diam terhadap seorang pun yang melakukan hal itu.

 



 

 

 

 

Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

Sejarah Dzikrul Ghofilin

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU