Marhaban Ramadhan 1444H

 NIAT MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Oleh : Al Habib Abu Bakar Al Adni Al Masyhur

 

نِيَّةُ رَمَضَان لِلسَيِّدِ الحَبِيْب أَبِيْ بَكْرِ العَدْنِيْ ابْنِ عَلِيْ المَشْهُوْر

Niat menyambut bulan Ramadhan oleh Al Habib Abubakar Al Adeni Al Masyhur

نَوَيْنَا مَانَوَاهُ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالسَلَفُ الصَّالِحُ مِنْ آلِ البَيْتِ الكِرَامِ وَالصَّحَابَه الأَعْلَام

Kami Niat sebagaimana niat Nabi Saw dan para Salafuna Shalih dari para Ahlul Bait Nabi yang Mulia dan para Sahabat yang Agung

وَنَوَيْنَا القِيَامَ بِحَقِّ الصِيَامِ عَلَى الوَجْهِ الَّذِيْ يُرْضِي المَلِكُ العَلاَّم

Kami niat melaksanakan Puasa dengan sesempurna mungkin yang membuat Ridha Raja Semesta Alam Allah Swt

وَنَوَيْنَا المُحَافَظَةَ عَلَى القِيَامِ وَحِفْظِ الجَوَارِحِ عَنِ المَعَاصِي وَالآثَامِ

Kami Niat menjaga Shalat Tarawih dan menjaga Anggota Badan dari segala maksiat dan dosa

وَنَوَيْنَا تِلَاوَةَ القُرْآنِ وَكَثْرَة الذِكْرِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ الأَنَامِ وَنَوَيْنَا تَجَنُّبَ الغِيْبَةِ وَالنَمِيْمَةِ وَالكَذِبِ وَأَسْبَابِ الحَرَامِ

Kami Niat rutin membaca Al Qur'an dan banyak Berdzikir serta Shalawat pada Nabi Muhammad Pemimpin Manusia dan menjauhi ghibah, adu domba, berdusta dan segala hal yang menyebabkan perkara yang haram dan dosa

وَنَوَيْنَا كَثْرَةَ الصَّدَقَاتِ وَمُوَاسَاةِ الأَرَامِلِ وَالفُقَرَاءِ وَالأَيْتَامِ

Kami Niat banyak Bersodaqoh dan menyantuni para janda janda, orang-orang fakir juga anak anak yatim

وَنَوَيْنَا كَمَالَ الإِلْتِزَامِ بِآدَابِ الإِسْلَامِ وَالصَّلاةِ فِي الجَمَاعَةِ فِي أَوْقَاتِهَا بِانْتِظَامِ

Kami Niat menjaga dengan sebaik baiknya Akhlak-Akhlak yang di Ajarkan dalam Agama Islam serta menjaga Shalat Jama'ah tepat pada waktunya dengan sempurna

وَنَوَيْنَا كُلَّ نِيَّةِ صَالِحَةٍ نَوَاهَا عِبَادُ اللهِ الصَّالِحُوْنَ فِي العَشْرِ الأَوَائِلِ وَالأَوَاسِطِ وَالأَوَاخِرِ وَلَيْلَةِ القَدْرِ فِي سَائِرِ اللَيَالِي وَالأَيَّامِ

Kami Niat dengan semua Niat-Niat baik yang telah di Niatkan para Shalihin di 10 pertama, 10 kedua serta 10 terakhir dan Malam Lailatul Qodar juga di setiap malam dan harinya

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

بِسِرِّ الفَاتِحَةِ


PERSIAPAN RAMADHAN

Beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan.  Bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan Allah, bulan yang dilipatgandakan semua amal ibadah, maka dari itu Rasulullah Saw Bersabda:

مَنْ تقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.

Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan suatu perbuatan fardhu di lain Ramadhan dan siapa menunaikan suatu perbuatan fardhu di bulan Ramadhan, maka nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di bulan-bulan Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya). Rasulullah Saw juga bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ

"Andaikan ummatku tahu apa yang tersembunyi dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan seluruh bulan dalam setahun menjadi bulan Ramadhan".

Jangan sampai kita menjadi orang yang menyesal nanti di akhirat kemudian memohon kepada Allah untuk kembali kedunia,  

 حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنَ

“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “ya Tuhanku kembalikan aku (kedunia) (QS. Al-Mu’minun : 99)

فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

“Lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"

Berapa banyak manusia yang sudah meninggal, di alam kubur mereka mengharap kepada Allah Swt agar dihidupkan kembali kedunia hanya untuk bersujud kepada Allah Swt walaupun sekejap saja. Tetapi, sungguh penyesalan sudah tidak lagi berguna. Sebesar apapun penyesalan yang mereka ungkapkan tidak akan mampu merubah keadaan mereka pada hari itu. Sementara kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, Maka mari kita berlomba untuk menabung amal dan berubah untuk menjadi lebih baik sebelum datangnya hari penyesalan.

Begitu juga janganlah kita di akhirat menjadi manusia yang bangkrut atau muflis. Manusia yang habis semua pahala kebaikannya karena di dunia sering mencela, menuduh dan memfitnah orang lain. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ (رواه مسلم(

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis (bangkrut) diantara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang muflis (bankrut) dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

Allah swt yang menciptakan manusia, sudah pasti mengerti tentang manusia. Jika Allah memerintahkan sesuatu pasti ada tujuannya untuk manusia itu sendiri, tidak sia-sia, Jika Allah memerintahkan shalat pasti ada tujuannya, jika Allah memerintahkan shodaqoh pasti ada tujuannya, dan Jika Allah memerintahkan haji pasti ada tujuannya, begitu juga Allah memerintahkan untuk berpuasa pasti ada tujuannya. Salah satu tujuan, diperintahkan untuk berpuasa adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa, sebagaimana ayat 183 Surat al-Baqaroh Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (al-baqarah 183)

Pertanyaannya adalah, apakah kita ini sudah menjadi orang yang bertakwa? Jawabannya: Belum tentu! Kalau kita orang muslim atau orang Islam, itu mungkin?. Seperti ini, apakah kita semua bisa berbicara? Jawabannya adalah iya. Semua bisa berbicara? Tapi apakah kita semua ini pembicara? Jawabannya adalah tidak. Karena untuk menjadi pembicara pada suatu acara dibutuhkan latihan-latihan sehingga ia bisa menjadi pembicara profesional. Begitu juga menjadi orang-orang yang muttaqin. Apakah kita bisa menulis? Jawabannya adalah iya. Tapi apakah kita semua jurnalis? Jawabannya belum tentu.

Kita semuanya sudah menjadi orang Islam (muslim) tapi kita belum memcapai derajat orang yang bertaqwa kecuali harus sering banyak latihan dan pembiasaan-pembiasaan untuk mencapai derajat muttaqin. Taqwa itu adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Taqwa itu adalah takut kepada Allah dimanapun kita berada.  Nah, puasa Ramadhan ini melatih seorang muslim agar menjadi muslim yang bertaqwa dengan proses pengemblengan, dikarantina, diberikan aturan-aturan yang mengikat, diberikan motivasi dan penghargaan dan lain sebagainya. Berhasil atau tidaknya seorang muslim  menjadi orang yang bertaqwa maka akan tampak dari ketakwaannya kepada Allah setelah bulan Ramadhan berlalu. Jika setelah bulan Ramadhan berlalu tapi tidak ada perubahan dalam ketakwaan kepada Allah, maka ketahuilah bahwa ia hanya menjadi pelaku yang hanya melewati bulan Ramadhan sebagai rutinitas ritual belaka. Naudzubillah min dzalik. 

KULTUM RAMADHAN

HADIRIN YANG DIMULIAKAN ALLAH SWT

Allah swt yang menciptakan manusia, sudah pasti Allah faham akan manusia. Jika Allah memerintahkan sesuatu pasti itu untuk kebaikan manusia, ada tujuan dan tidak sia-sia. Jika Allah memerintahkan shalat pasti ada tujuannya, jika Allah memerintahkan zakat pasti ada tujuannya, dan Jika Allah memerintahkan haji pasti ada tujuannya, begitu juga ketika Allah memerintahkan puasa pasti ada tujuannya dan tujuan diperintahkan ibadah puasa adalah agar manusia menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, diampuni segala dosanya dan menjadi manusia yang bertakwa, sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-Baqarah:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (al-Baqarah 183)

Pertanyaannya adalah, apakah kita ini sudah menjadi orang yang bertakwa? Apakah kita sudah menjadi orang yang muttaqin? Jawabannya: Belum tentu! Apakah kita bisa menulis? Jawabannya adalah iya. Tapi apakah kita semua jurnalis atau wartawan? Jawabannya belum tentu.

Apakah kita muslim? Jawabannya adalah iya. Tapi apakah kita muttaqin atau orang yang bertaqwa? Jawabannya adalah belum tentu. Kita semua sudah muslim atau sudah menjadi orang Islam tapi kita belum tentu muttaqin atau belum tentu bertakwa kepada Allah Swt.

Nah, puasa ini melatih agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa, dikarantina, digembleng agar benar-benar menjadi orang yang bertakwa. Salah satu contoh taqwa itu adalah dihadapan kita makanan lezat dan nikmat, ada di dalam rumah dan tak ada satu pun yang melihat kita, tetapi kita tidak makan, karena kita merasakan keberadaan Allah, kita merasakan kehadiran Allah Swt.

 

HADIRIN YANG DIMULIAKAN ALLAH SWT

Ramadhan ini adalah bulan yang di rindukan kedatangannya dan di tangisi kepergiannya oleh Shahabat Nabi Muhammad Saw. Kenapa? Karena pada hari – hari itu Allah melipatkan pahala kebajikan yang kita kerjakan. Rasulullah Saw Bersabda:

مَنْ تقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.

Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan suatu perbuatan fardhu di lain Ramadhan dan siapa menunaikan suatu perbuatan fardhu di bulan Ramadhan, maka nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di bulan-bulan Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya). Maka dari itu Rasulullah Saw bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ

"Andaikan ummatku tahu apa yang tersembunyi dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan seluruh bulan dalam setahun menjadi bulan Ramadhan".

 

HADIRIN YANG DIMULIAKAN ALLAH SWT

Nanti di alam akhirat seluruh manusia akan menyesal. Termasuk ahli ibadah sekalipun menyesal kenapa tidak melakukan ibadah terbaik sehingga bisa mendapatkan surga yang lebih indah lagi. Apalagi orang-orang yang lalai seperti orang yang tidak shalat, tidak puasa, tidak zakat, dan lain sebagainya, terlebih lagi orang kafir yang menyesal dan meminta kepada Allah agar dikembalikan lagi keduan;

 حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنَ

“Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “ya Tuhanku kembalikan aku (kedunia) (QS. Al-Mu’minun : 99)

Bahkan karena pedihnya adzab yang di terima oleh orang kafir, mereka memohon agar tidak menjadi manusia tapi di kembalikan ke asalnya yaitu menjadi tanah.

يَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَاباً

“Berkata orang kafir: Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” QS.an-Naba’:40

Mereka juga memohon kepada Allah:

فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

"Ya Rabb-ku, tangguhkan kematianku ini sehingga saya dapat bersedekah dan saya akan menjadi orang shalih”

Berapa banyak manusia yang sudah meninggal dunia memohon kepada Allah Swt untuk minta dihidupkan kembali kedunia walau sekejap saja hanya untuk bersujud kepada Allah Swt.

 

HADIRIN YANG DIMULIAKAN ALLAH SWT

Dahulu ada seorang shahabat Nabi yang bernama Sya’ban yang beliau sangat menyesal saat sakaratul maut. Al-Kisah Sya’ban ra ini memiliki kebiasaan unik. Dia datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah. Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiapa shalat berjamaah dan I’tikaf. Alasannya, selalu mengambil posisi di pojok masjid karena ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid. Kebiasaan ini, sudah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri.

Pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban ra pada posisi seperti biasanya. Rasul pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra.

Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat Subuh selesai pun Sya’ban belum datang juga.

Selesai shalat Subuh Rasul pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.

Rasul pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis dimana rumah Sya’ban. 

Rasulullah sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya tersebut, ia meminta diantarkan ke rumah Sya’ban.  Perjalanan dari masjid ke rumah Sya’ban cukup jauh dan memakan waktu lama terlebih mereka menempuh dengan berjalan kaki.

Akhirnya, Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya’ban pada waktu shalat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah Sya’ban, beliau mengucapkan salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.

“Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.

“Bolekah kami menemui Sya’ban ra, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.

Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban ra menjawab “Beliau telah meninggal tadi pagi”.

“Innalilahi Wainnailaihiroji’un” jawab semuanya.

Satu-satunya penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah karena ajal menjemputnya. Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban ra bertanya “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing teriakan di sertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.

“Dimasing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.

ليته كان بعيدا ليته كان جديدا ليته كان كاملا

Rasulullah SAW pun mendapatkan wahyu dan melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22: “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”

Akhirnya Rasulullah Saw menjelaskan: “Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat suatu adegan dimana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalatb berjamah lima waktu. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.

Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Saat dia melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah. Dalam penggalan kalimat berikutnya Sya’ban ra melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.

 

وكل خطوة تَمْشِيْهَا إلي الصلاة صدقةٌ (رواه مسلم)

“setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah”

كل خطوة يَخْطُوهَا إلي الصلاةِ يُكْتَبُ لَهُ بِها حَسَنَةً وَ يُمْحَى بِهَا سَيِّئَةٌ (رواه أحمد)

“setiap langkah menuju tempat shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan menghapus dosa’.

 

Saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.

Dia berpikir jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan sampai di masjid dia bisa membuka baju liuar dan shalat dengan baju yang lebih bagus. Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan. Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut kemudian dia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama.

Orang itupun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan shalat berjamaah. Sya’ban ra pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi “Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban ra. Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru.

Berikutnya, Sya’ban ra melihat lagi suatu adegan. Saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu. ketika baru saja ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal itu, Sya’ban ra merasa iba. Ia kemudian membagu dua rotu tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama rata, kemudan mereka makan bersama-sama. Allah SWT kemudain memperlihatkan Sya’ban ra dengan surga yang indah.

Ketika melihat itupun Sya’ban ra teriak lagi “ Aduh kenapa tidak semua!!” Sya’ban ra kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis  tersebut, pasti dia akan mendapat surga yang lebih indah. Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatanya melainkan menyesali mengapa tidak optimal.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat ilahi Robbi atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan kepada pengikutnya sampai akhir masa. 

1.    Allah swt yang menciptakan manusia, sudah pasti mengerti tentang manusia.

2.    Jika Allah memerintahkan sesuatu pasti ada tujuan dan mashlahat bagi manusia dan bukan sesuatu yang sia-sia, Jika Allah memerintahkan shalat pasti ada tujuannya, jika Allah memerintahkan shodaqoh pasti ada tujuannya, dan Jika Allah memerintahkan haji pasti ada tujuannya, begitu juga Allah swt memerintahkan untuk berpuasa pasti ada tujuannya.

3.    Salah satu tujuan, diperintahkan puasa Ramadhan adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa, sebagaimana ayat 183 Surat al-Baqaroh Allah berfirman :

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (al-baqarah 183)

 

Rasulullah membagi bulan Ramadhan menjadi 3 bagian :

1.    Sepertiga pertama (1-10 Ramadhan) masa turunnya rahmat/kasih sayang Allah. Kalau istilah sepakbola babak ini adalah babak penyisihan. Pesertanya banyak, yang puasa ramai, masjid luber sampai halaman.

2.    Sepertiga Ramadhan kedua yang merupakan masa magfiroh/turunnya ampunan Allah. Adalah babak seperempat final dan semifinal. Banyak team yang sudah berguguran, yang puasa sudah mulai turun, yang ngak puasa mulai terang-terangan, tadarus mulai sayup-sayup, shalat tarawih sudah mulai berkurang,

3.    Sepertiga terakhir adalah masa pembebasan dari api neraka. Dan ini adalah babak final. Tentu pesertanya sudah mulai sedikit, karena peserta yang lain pikirannya sudah bercabang-cabang, ada yang siap-siap pulang kampung, belum punya baju, sepatu, ketupat, mikirin piknik sehingga konsentrasi ibadah menurun, padahal Nabi saw menganjurkan di 10 terakhir ini lebih meningkatkan ibadah. Bahkan Rasulullah meminta izin istrinya untuk i’tikaf dimasjid selama sepuluh hari terakhir.

Sehingga mereka yang lolos dan menjadi finalis-finalis Ramadhan allah akan memberi piagam yang bertuliskan : غفر له ما ثقدم من ذنبه“diampuni seluruh dosanya yang telah lalu”. Mereka inilah yang keluar dari bulan ramadhan seperti bayi baru lahir, mereka yg punya alasan shalat idul fitri dan mengucapkan minal a’idin wal faizin, semoga kita termasuk kelompok itu, yaitu orang yang kembali suci dan beruntung. Amin.

 

7 Sunnah Nabi yang layak di hidupkan dibulan suci Ramadan.

1.      Tahajud

2.      Membaca al-Qur’an sebelum terbit matahari.

3.      Shalat Subuh di masjid.

4.      Sholat Dhuha.

5.      Shadaqoh setiap hari.

6.      Menjaga Wudhu

7.      Membaca Istigfar setiap saat.

Padahal Allah yang menciptakan manusia dan yang mengerti tentang manusa memerintahkan sesuatu pasti ada tujuannya, tidak sia-sia, Allah memerintahkan shalat pasti ada tujuannya, Allah memerintahkan shodaqoh pasti ada tujuannya, dan Allah memerintahkan Haji pasti ada tujuannya, begitu juga Allah memerintahkan berpuasa pasti ada tujuannya. Salah satunya ada menjadikan kita orang yang bertaqwa, sebagaimana ayat ini.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (al-baqarah 183)

Berhasil atau tidaknya kita melakukan ibadah puasa akan tampak intensitas ketakwaan seusai kita berpuasa. Jika tidak maka kita hanya pelaku rutinitas ritual belaka.

Menurut Imam Kusairi “Takwa” atau Ta, Qof, Waw dan Ya, mempunyai empat huruf

1.    “Ta”=Tawadhu, rendah hati, tidak sombong. Puasa itu moment menumbuhkan kesadaran kita. “Ya Allah, baru tidak makan sehari saja, badan lemas, kalau pagi masih segar karena terganjal sahur, tapi selepas dzuhur, oh ....”. dari sini terbit kesadaran, “apa yang bisa disombongkan dihadapan Allah?” Kaya, ilmu, jabatan?” Apalah artinya jika dibanding dengan kekuasaan Allah. Dari sini akan membentuk “stabilitas temparatur bathin”.

     Abu Jahal karena sudah kehabisan jalan dan cara akhirnya menyewa orang untuk menyakiti Muhammad, dengan cara meludahi Rasulullah ketika bertemu dijalan. Dikala beliau diludahi beliau tersenyum. Karena Rasulullah mengajarkan “Tabassumuka fi wajhi akhika shodaqoh” (senyummu kepada saudaramu adalaah sedekah).

Hal ini berulang-ulang lamanya. Rasulullah diludahi ketika bertemu di jalanan. Sampai suatu hari beliau lewat di situ dan tidak ada lagi yang meludahinya. Lantas Rasulullah mencari dan bertanya kepada seseorang. Biasanya kalau saya lewat sini saya diludahi dengan seseorang, sekarang dimana dia? Ia sedang sakit demam panas wahai Muhammad. Mendengar berita itu Rasulullah langsung pulang ke rumah untuk mengambil makanan roti dan kurma, beliau lalu bergegas menjenguk orang sakit, sekalipun yang sakit adalah orang yang menyakiti beliau. Sesampai beliau dirumahnya beliau ketuk pintu dengan mengucapkan salam, lalu Rasulullah masuk, apa yang terjadi, orang yang menyakiti Rasulullah mengucapkan, ya Muhammad bukan main akhlaqmu, tiap hari kau lewat, tiap hari saya ludahi, saya sakiti hatimu, tapi dikala saya sakit begini belum ada teman seorangpun yang datang menjenguk saya, engkau malah datang lebih dahulu. Bukan main akhlaqmu Muhammad maka mulai saat ini saksikanlah wahai muhammd saya memeluk agamamu.

2.    “Qof”=Qona’ah yang artinya merasa cukup. Puasa melatih kita untuk merasa cukup. Contohnya pada saat kita berpuasa segalanya ingin kita beli, dan kita makan dan minum saat berbuka puasa nanti. Tetapi ketika waktunya buka puasa, sesuaikah yang kita makan dan minum dengan keinginan tadi siang?”, mungkin meminum satu tegak air saja sudah terasa segarnya.

  Kalau kita berhadapan dengan harta kekayaan kasusnya sama dengan orang minum air laut, semakin banyak minum makin haus.  Contohnya:”rumah semegah istana sudah dia miliki, terus melamun, oh, alangkah enaknya punya tanah luas, bisa main golf, akhirnya tanah ratusan hektar dibeli, mengkhayal punya gunung, gunung sudah dia punyai, laut sudah dipageri, lantas ia nengok keatas, itu langit ada yang jual nggak ya? Dan seterusnya.  Sifat inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya korupsi, suap, pembunuhan, dan lain sebagainya.

3.                       “Wawu”= Wara’ artinya meninggalkan sebagian yang halal dan subhat agar tidak terjerumus kedalam sesuatu yang haram.

Abu Bakar Siddiq misalnya, suatu ketika Beliau memakan sesuatu yang dibawa oleh pelayannya. Pelayan itu berkata: tahukah engkau wahai Abu Bakar tentang makanan itu ?. Ketika masa jahiliyyah, pernah saya meramal seseorang, sedang saya tidak pandai meramal. Namun saya berhasil menipunya. Maka orang itupun memberikan makanan itu kepadaku sebagai upah dari ramalanku, dan makanan itulah yang engkau cicipi. Mendengar hal tersebut, Abu Bakar lantas memasukkan tangannya ke mulutnya dan memuntahkan makanan yang telah berada di dalam perutnya. (HR. Bukhari). Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa setelah memuntahkannya Beliau berkata;   “Andai saja makanan itu tidak keluar kecuali bersamaan dengan keluarnya ruhku, niscaya saya tetap akan mengeluarkannya. Ya Allah, ampunilah aku terhadap hal buruk yang terbawa bersama aliran darah dan telah mengotori ususku ini.”. (Abu Bakr berdoa)

Kejadian serupa, juga menimpa Umar bin Khaththab. Pernah Beliau meminum susu, dan Beliau menyukainya. Maka Beliau bertanya kepada orang yang telah memberinya susu itu; dari mana engkau mendapatkannya ?. Orang itu berkata; saya memerahnya dari unta sedekah yang saya lalui di jalanan. Mendengarnya, Umar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya dan memuntahkan susu itu.

Mereka itu adalah tauladan kita semua. Mereka keluarkan sesuatu yang haram, yang telah masuk ke dalam tubuh mereka secara tidak disadarinya. Bagaimana dengan kita yang dengan sengaja mencari yang makanan yang haram untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mencari makanan haram untuk makan anak dan istri kita.

4.    “Ya”= Yakin. Orang berhasil puasanya akan memiliki keyakinan yang kuat. Dan kuatnya keyakinan ini merupakan ciri orang yang bertakwa. Kalau kita shalat bisa dilihat orang sehingga timbul sugesti untuk rajin shalat. Haji, orang sekampung ikut mengantarkannya, sehingga menjadi semangat untuk haji, kalau puasa? Siapa yang tahu kalau kita puasa kecuali kita dan Allah, dan itu sangat kental berdasarkan keyakinan dia kepada Allah swt.

   Jika kita telah berpuasa yang benar dan mengantarkan pelakunya menjadi orang yang bertakwa, maka Allah akan menjanjikan sesuatu kepada dia,

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Barangsiapa bertaqwa kepada  allah, maka allah akan memberi jalan keluar kepadanya dan akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (attalaq:2)


RAMADHAN DAN IDUL FITRI

Dari 12 bulan yang ada bulan Ramadhan mendapat gelar Sayyidus Syuhur (rajapemimpin seluruh bulan), kenapa?

1.    Karena Ramadhan dipilih Allah menjadi bulan diturunkannya ayat pertama al-Qur’an

2.    Di dalam bulan Ramadhan itu ada satu malam yang nilainya lebih baik dari pada seribu bulan.

3.    Karena kebaikan yang dikerjakan dibulan Ramadahn nilainya berlipat ganda

Apa istimewanya puasa pada bulan suci ramadhan

1.    Karena panggilan puasa itu difokuskan kepada orang beriman

2.    Ibadah Rahasia

3.    Pahala puasa tidak dijelaskan Allah, akan tetapi Allah yang memberi jaminan

Hikmah puasa Ramadhan :

1.    Puasa mendidik kita mengendalikan hawa nafsu (syetan disini nafsun rantainya puasa dan yang meratai adalah diri kita sendiri)

2.    Melatih hidup sederhana

3.    Iadah puasa menyediakan peliuang bagi pelakunya untuk merawat cinta kasihnya kepada fakir miskin

4.    Ibadah puasa menumbuhkan dan memelihara sifat jujur dan disiplin

5.    Puasa dapat memelihara kesehatan

Tiga Model orang berpuasa menurut Imam Ghazali

1.    Saumul Awam (puasanya orang kebanyakan), puasa model ini mereka tidak makan dan tidak minum, tetapi matanya, kakinya, kupingnya tidak puasa. Sesuai dengan sabda nabi”banyak orang puasa tidak mendapatkan apa apa dari puasanya kecuali lapar dan haus”. Puasa macam ini sah, kewajibannya gugur, tapi nilainya nol dan ini jelas rugi.

2.    Saumul Khawas (puasanya orang khusus), puasa model ini disamping tidak makan dan minum, panca inderanya juga ikut puasa.

3.    Shaumul Khawasil Khawas (puasa orang khusus yang lebih khusus lagi), disamping tidak makan dan minum, pancainderanya puasa, hatinya juga ikut puasa dari seluruh yang selain Allah.

Rasulullah membagi bulan Ramadhan menjadi 3 bagian :

1.    Sepertiga pertama (1-10 Ramadhan) masa turunnya rahmat/kasih sayang Allah. Kalau istilah sepakbola babak ini adalah babak penyisihan. Pesertanya banyak, yang puasa ramai, masjid luber sampai halaman.

2.    Sepertiga Ramadhan kedua yang merupakan masa magfiroh/turunnya ampunan Allah. Adalah babak seperempat final dan semifinal. Banyak team yang sudah berguguran, yang puasa sudaha mulai turun, yang ngak puasa mulai terang-terangan, tadarus mulai sayup-syup, shalat tarawih ada kemajuan (shafnya)

3.    Sepertiga terakhir adalah masa pembebasan dari api neraka. Dan ini adalah babak final. Tentu pesertanya sudah mulai sedikit, karena peserta yang lain pikirannya sudah bercabang-cabang, ada yang siap-siap pulang kampung, belum punya baju, sepatu, ketupat, mikirin piknik sehingga konsentrasi ibadah menurun, padahal Nabi saw menganjurkan di 10 terakhir ini lebih meningkatkan ibadah.

Dan mereka yang lolos dan menjadi finalis-finalis Ramadhan allah akan memberi piagam yang bertuliskan “diampuni seluruh dosanya yang telah lalu”.

Mereka inilah yang keluar dari bulan ramadhan seperti bayi baru lahir, mereka yg punya alasan shalat idul fitri dan mengucapkan minal a’idin wal faizin, semoga kita termasuk kelompok itu, yaitu orang yang kembali suci dan beruntung. Amin.

 MENGENDALIKAN NAFSU DI BULAN RAMADHAN

Dr. H. Taufik Abdillah Syukur, Lc., MA

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَه. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيْمُ وَبَلَّغَ النَّبِيُ الكَرِيْمُ وَ نَحْنَ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ  وَ الشَّاكِرِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.

Pertama–tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah sehingga kita dapat berada di masjid yang insya Allah  penuh berkah ini untuk menunaikan ibadah shalat jum’at berjama’ah. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad . Mudah-mudahan kita termasuk golongan umat nabi Muhammad yang mendapatkan syafa’at pada hari la yanfa’u malun wala banun illa man atallaha biqolbin salim.

Mengawali khutbah jum’at kali ini, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada jama’ah yang dirahmati Allah untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah dimanapun kita berada dan janganlah kita mati kecuali dalam keadaan Islam. Mudah-mudahan kita selalu mendapat taufik dan hidayah sehingga kita selalu istiqomah dalam ibadah sampai akhir hayat kita dan mudah mudahan kita semua mati dalam keadaan husnul khatimah. Amin ya Robbal Alamin.

Alhamdulillah Allah masih memberikan kita umur yang panjang sehingga kita masih ditakdirkan Allah untuk berpuasa di bulan Ramadhan ini. Semoga Allah memberikan keberkahan bulan Rajab, bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dinanti-nantikan kehadirannya oleh Rasulullah Saw, para shahabat dan orang-orang Sholih. Kenapa demikian, karena setiap perbuatan baik yang kita lakukan dibulan Ramadhan ini, pahalanya dilipatgandakan oleh Allah Swt.

Allah telah menetapkan tempat dan waktu, jika kita melakukan amal kebaikan Allah akan lipatkan pahala kebaikannya. Tempat itu adalah Makkah al-Mukarramah dan Madinah Munawwaroh.  Kemudian Allah menetapkan waktu, satu bulan dalam satu tahun, dimana di bulan tersebut Allah melipat gandakan semua kebaikan yang dikerjakan. Bulan itu adalah bulan suci Ramadhan.

مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.

“Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan suatu perbuatan fardhu di lain Ramadhan. Dan siapa menunaikan suatu perbuatan fardhu di bulan Ramadhan, maka nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di bulan-bulan Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah).

Maka dari itu Rasulullah, para shahabat, dan orang-orang shalih mengharapkan agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. Mereka mempersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya sebagaimana Jama’ah haji/umroh yang akan berangkat ke tanah suci mempersiapkan segalanya baik jasmani maupun rohani. Sehingga ketika mereka sampai ke Makkah, mereka dapat beribadah dengan sebaik-baiknya ibadah.

Karena Allah Swt hanya akan menerima sesuatu yang terbaik yang persembahkan dan dikerjakan oleh hamba-Nya. Mungkin masih ingat cerita Qabil dan Habil putra Adam As. Dimana Allah Swt menerima yang di persembahkan Habil daripada Qabil, karena Habil mempersembahkan dengan sesuatu  yang terbaik yang ia miliki kepada Allah Swt.

Setiap datang bulan Ramadhan, para shahabat dengan sekuat tenaga meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah mereka agar ibadah mereka diterima disisi Allah Swt.  Begitu juga jama’ah haji/umroh yang sedang melaksanakan ibadah di Mekkah, mereka akan beribadah semaksimal mungkin, karena mereka sadar, bahwa kemungkinan besar itu adalah haji/umroh yang terakhir bagi mereka. Maka dari itu, ketika melakukan thawaf wada/ thawaf perpisahan, pasti mereka menangis, mereka membayangkan kerinduan yang dalam jika mereka harus terpisah jauh dari rumah Allah Swt.

Begitu juga dengan Ramadhan, kepergiannya tidak diharapkan bagi orang-orang sholeh, bagi para shahabat, bagi Rasulullah Saw. Karena mereka tau betapa besarnya pahala yg mereka akan dapatkan, betapa besarnya rahmat dan magfiroh yang Allah akan berikan, dan betapa banyaknya Allah akan membebaskan ummatnya dari api neraka. Maka dari itu Rasulullah Saw bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ

"Andaikan ummatku tahu apa yang tersembunyi dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan seluruh bulan dalam setahun menjadi bulan Ramadhan".

Memang ketika Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, dan pintu neraka ditutup, setan pun diikat. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda:

إذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

“Jika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukan, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun kenapa maksiat masih terjadi di bulan Ramadhan?. Karena di dalam diri manusia ini ada An-nafsu. Sebagaimana kita ketahui bahwa ada lima unsur di dalam diri manusia yaitu  Al-Jismu (jasmani), Al-Nafsu, Al-Aql (Akal), Al-Qolbu dan Ar-Ruh.

An-Nafsu ini lah yang membedakan manusia dengan malaikat. Nafsu ini karakternya seperti binatang suka makan, minum, tidur, berkembang biak dan lain sebagainya. Ada juga karakter bintang buas seperti marah, emosi, sombong, suka memangsa dan lain sebaginya.

Nafsu manusia yang belum bisa dikendalikan inilah yang masih suka mengajak kepada maksiat dan keburukan. Maka An-nafsu menurut Imam Al-Ghazali bertingkat-tingkat: Tingkatan yang pertama adalah an-nafs al-'ammarah. Allah swt berfirman:

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ  

nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku,” (QS Yusuf [12]: 53).

Nafsu ammarah ini adalah nafsu yang masih memerintahkan kepada keburukan dan masih menjadi bala tentara setan untuk mengarahkan manusia kepada kebinasaan. Karenanya, nafsu ammarah ini harus diperangi. Namun, memeranginya lebih berat daripada memerangi musuh yang kasat mata, Rasulullah Saw pernah bersabda sepulangnya dari peperangan: 

رجعنا مِنَ الْجِهَادِ الْأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ الْأَكْبَرِ. قَالُوا: وَمَا الْجِهَادُ الْأَكْبَرُ؟ قَالَ: مُجَاهَدَةُ الْعَبْدِ هَوَاهُ  

 “kalian datang dari jihad kecil menuju jihad besar.” Mereka (para shahabat) bertanya: “Apakah jihad besar itu?” Beliau bersabda: Mujahadahnya seorang hamba terhadap hawa nafsunya. (HR. Al Baihaqi)

Kalau nafsu sudah mulai bisa di kendalikan namanya Nafsu Lawwamah, Allah Swt berfirman:

لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (nafsunya sendiri), (QS. Al-Qiyamah [75]: 1-2).

 Cuma nafsu lawwamah masih suka berubah-rubah. Terkadang ia taat, kadang maksiat, kadang ia rajin ibadah, kadang malas. Kalau sudah tidak berubah-rubah lagi namanya an-nafs al-mutmainnah atau nafsu yang tenang, nafsu yang sudah jinak.  Allah swt berfirman:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّة 

“Hai nafsu yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya,” (QS. al-Fajr [89]: 27-28).

Nafs muthmainnah ini sudah tidak memerintahkan lagi kepada keburukan seperti nafs ammarah dan sudah tidak berubah-rubah keadaanya seperti nafs lawwamah. Nafs Muthmainnah ini tenang mengingat Allah, rindu berjumpa dengan-Nya. Ridha terhadap takdir Allah dan ikhlas dalam menjalankan perintah-Nya.  

Nafsu itu harus dikendalikan, bukan dibunuh atau dihilangkan. Sebab nafsu adalah fitrah manusia, pemberian dari Sang Maha Pencipta. Karena nafsu, manusia dapat berkembang, baik berkembang kuantitasnya maupun berkembang kualitasnya. Nafsu itu bagaikan api. Kita sangat membutuhkan api. Dalam kehidupan kita tidak lepas dari peranan api. Untuk memasak, mengolah makanan, dan lain sebagainya. Jadi yang dibutuhkan oleh kita adalah api yang terkendali. Tapi, bila tidak terkendali, maka ia akan membakar apa saja yang ada di sisinya.

Ibadah puasa ini adalah salah satu bentuk pengendalian nafsu agar nafsu kita menjadi nafsu yang bisa memberikan manfaat dan menjadi nafsu yang muthmainnah. Semoga Nafsu kita setelah Ramadhan menjadi Nafsu Mutmainnah. Amin Ya Rabbal Alamin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاَوتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ أَقوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِه الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سيدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:

فيا عباد الله اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالـْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ زَمَان وَ فِي مَكَانٍ. اَللّهُمَّ انْصُرْ سُلْطَانَنَا سُلْطَانَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرْ وُزَرَاءَهُ وَوُكَلاَءَهُ وَعَسَاكِرَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِوَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.     


SEBELUM BERPISAH DENGAN RAMADHAN

Dr. H. Taufik Abdillah Syukur, Lc., MA

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَه. أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيْمُ وَبَلَّغَ النَّبِيُ الكَرِيْمُ وَ نَحْنَ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ  وَ الشَّاكِرِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.

Pertama–tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah sehingga kita dapat berada di masjid yang insya Allah  penuh berkah ini untuk menunaikan ibadah shalat jum’at berjama’ah. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad . Mudah-mudahan kita termasuk golongan umat nabi Muhammad yang mendapatkan syafa’at pada hari la yanfa’u malun wala banun illa man atallaha biqolbin salim.

Mengawali khutbah jum’at kali ini, khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada jama’ah yang dirahmati Allah untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah dimanapun kita berada dan janganlah kita mati kecuali dalam keadaan Islam. Mudah-mudahan kita selalu mendapat taufik dan hidayah sehingga kita selalu istiqomah dalam ibadah sampai akhir hayat kita dan mudah mudahan kita semua mati dalam keadaan husnul khatimah. Amin ya Robbal Alamin.

Bulan Ramadhan memang menjadi bulan istimewa bagi umat Islam.  Kedatangannya selalu ditunggu-tunggu karena di bulan ini memiliki banyak keistimewaan.

 

Setiap ibadah di bulan ini menjadi istimewa karena pahalanya yang dikalikan lipatkan. Rasulullah Saw Bersabda:

مَنْ تقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.

Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan suatu perbuatan fardhu di lain Ramadhan dan siapa menunaikan suatu perbuatan fardhu di bulan Ramadhan, maka nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di bulan-bulan Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya).

Namun, tak jarang kekhusyukan di penghujung bulan Ramadhan biasanya sudah mulai teralihkan dengan gegap gempita hari raya.  Meski begitu, tidak demikian yang terjadi pada Rasulullah dan para sahabat.

Rasulullah dan para sahabat justru menunjukkan kesedihan yang begitu mendalam ketika akan berpisah dengan bulan penuh ampunan. Hal tersebut terekam dalam sebuah riwayat. Suatu ketika Rasulullah pernah berkata, "Apabila malam terakhir bulan Ramadhan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad SAW."

Kemudian seorang bertanya tentang musibah apa yang akan menimpa mereka. Rasulullah SAW lalu menjawab, "Perginya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan itu semua doa diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan)." (Diriwayatkan dari Jabir).

Terlebih, belum tentu di tahun depan semua akan dipertemukan kembali dengan bulan suci berikutnya. Maka dari itu, kiranya umat islam senantiasa melakukan kebaikan semaksimal mungkin ketika bulan suci.

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ

"Sekiranya umatku ini mengetahui apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadhan." (HR Ibnu Abbas)

Masih ada dua malam lagi, mari kita maksimalkan sisa sisa bulan Ramadhan ini dengan ibadah kepada Allah Swt.

عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

“Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi saw meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu yang lain,” (HR Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

“Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).

Imam Alghazali memprediksi Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29

Metode perhitungan Al-Ghazali ini banyak dijadikan rujukan oleh para wali wali dan ulama besar. Seperti Syekh Abu Hasan asy-Syadzili. Dalam testimoninya, asy-Syadzili berkomentar, “Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau kaidah Imam al-Ghazali tersebut." Maka masih ada kesempatan bagi kita untuk mendapatkan lailatul qadar di tahun ini.

Muhammad bin Abdullah al-Haddar seorang ulama dari negeri yaman mengatakan apabila seseorang ingin meraih Lailatul Qadar maka harus mengerjakan 3 hal; 1) berpuasalah dari yang haram sebagaimana ia berpuasa dari makanan dan minuman, 2) Berusahalah untuk selalu shalat berjamaah terutama shalat Isya dan Shalat Subuh, 2)  Berusalah untuk selalu melakukan shalat Tarawih beserta Witir. Apabila 3 hal ini dikerjakan maka ia termasuk orang yang akan mendapatkan Lailatul Qadar.

Ya Allah berkahilah kami di bulan Ramadhan dan muliakan kami dengan Lailatul Qadar. Amin. Semoga kita diberikan panjang umur, kekuatan dan kesehatan agar bisa beribadah maksimal disisa-sisa bulan Ramadhan ini. Amin ya Rabbal alamin.


KHUTBAH IDUL FITRI 1440 H/2019 M

SEMBILAN TANDA DITERIMANYA IBADAH RAMADHAN

Oleh : Dr. H.Taufik Abdillah Syukur

 

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر (x9) وَلِلّهِ الحَمْدُ الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْر الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضيافة و فَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رسول الله صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِه أجمعين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنفسي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن. قال الله فى القرأن الكريم :  أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بِسْــــــــمِ اللَّــــــــهِ الرَّحْمَــــــــنِ الرَّحِيــــــــمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Maasyirol Muslimina Rohimakumullah

Pertama–tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan ni’matnya sehingga kita dapat berkumpul di masjid yang insya Allah penuh berkah ini untuk menunaikan ibadah shalat iedul fitri berjama’ah. Shalawat dan salam marilah kita junjungkan kepada Nabi Muhammad Saw, Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad Saw pada hari la yanfau malun wala banun illa man atallaha biqolbin salim.

Maasyirol Muslimina Rohimakumullah

Baru saja kita ditinggal pergi oleh bulan suci Ramadhan. Ada rasa bahagia bercampur sedih. Bahagia, karena kita telah berhasil melewati hari-hari dibulan suci Ramadhan dengan amalan-amalan yang mulia. Kita juga patut bersedih, karena hari-hari yang penuh dengan rahmat dan maghfirah serta dilipatgandakannya pahala kebajikan telah meninggalkan kita semua. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

مَنْ تقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ. وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كاَنَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ.

Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan suatu kebajikan di bulan Ramadhan, maka nilainya seperti menunaikan ibadah fardhu di lain Ramadhan dan barangsiapa menunaikan ibadah fardhu di bulan Ramadhan, maka nilainya tujuh puluh kali lipat daripada nilai ibadah fardhu di luar bulan Ramadhan”. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya). Maka dari itu Rasulullah Saw bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِيْ رَمَضَانَ لَتَمَنَّى أَنْ تَكُوْنَ الشُّهُوْرُ كُلَّهَا رَمَضَانَ

"Andaikan ummatku tahu apa yang tersembunyi dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan seluruh bulan dalam setahun menjadi bulan Ramadhan".

Maasyirol Muslimina Rohimakumullah

Waktu berlalu begitu cepat, sebagaimana prediksi Nabi Muhammad Saw:

لَا تَقُوْمَ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ فَتَكُوْنَ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ وَ يَكُوْنَ الشَّهْرُ كَالجُمُعَةِ وَ تَكُوْنَ الجُمُعَةُ كَاليَوْمِ وَيَكُوْنَ اليَوْمُ كَالسَّاعَةِ وَ تَكُوْنَ السَّاعَةُ كَاخْتِرَاقِ السَّعَفَةِ

Tidak akan tiba hari kiamat hingga zaman berdekatan, setahun bagaikan sebulan, sebulan bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sehari, sehari bagaikan sejam dan sejam bagaikan terbakarnya pelepah pohon kurma (yang terbakar dengan sangat cepat) (HR.Ahmad dan Tirmizdi)

Umur terus berkurang dengan cepat  menuju kepada kematian. Maka di alam akhirat seluruh manusia akan menyesal. Ahli ibadah pun menyesal kenapa tidak melakukan ibadah yang maksimal sehingga bisa mendapatkan surga yang lebih indah dan tinggi lagi. Apalagi orang yang lalai, di dalam al-Quran mereka berkata;

 حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنَ

“Apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “ya Tuhanku kembalikan aku (kedunia) (QS. Al-Mu’minun:99)

فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

“"Ya tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sekejap saja. Sehingga aku dapat bersedekah dan aku ingin menjadi orang saleh"

Berapa banyak manusia yang sudah meninggal, di alam kubur mereka memohon kepada Allah Swt agar dihidupkan kembali kedunia hanya untuk menempelkan keningnya ke tanah untuk bersujud kepada Allah Swt dan berapa banyak manusia yang sudah mati, memohon untuk bisa hidup kembali hanya untuk bersedekah dan menjadi orang shaleh. Tetapi, sungguh penyesalan tidak lagi berguna. Sebesar apapun penyesalan yang mereka ungkapkan tidak akan mampu merubah keadaan mereka pada hari penyesalan itu.

Maasyirol Muslimina Rohimakumullah

Allah swt yang menciptakan manusia, sudah pasti Allah faham akan manusia. Jika Allah memerintahkan sesuatu pasti itu untuk kebaikan manusia, pasti ada tujuan dan tidak sia-sia. Jika Allah memerintahkan shalat pasti ada tujuannya, jika Allah memerintahkan zakat pasti ada tujuannya, jika Allah memerintahkan haji pasti ada tujuannya, begitu juga ketika Allah memerintahkan puasa pasti ada tujuannya dan tujuan diperintahkan puasa Ramadhan adalah agar kita menjadi orang yang bertakwa, sebagaimana Allah berfirman dalam surah al-Baqarah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (al-Baqarah 183)

Pertanyaannya adalah, apakah kita muslim? Jawabannya adalah iya. Apakah kita mu’min? Jawabannya adalah iya. Tapi apakah kita muttaqin atau orang yang bertaqwa? Jawabannya adalah belum tentu. Kita semua sudah mu’min atau sudah muslim (sudah menjadi orang Islam) tapi kita belum tentu muttaqin atau belum tentu bertakwa kepada Allah Swt.

Seperti ungkapan ini, apakah kita semua bisa bicara? Jawabannya adalah iya. Semua bisa bicara? Tapi apakah kita semua ini pembicara? Jawabannya adalah tidak. Karena untuk menjadi pembicara yang handal dibutuhkan latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan sehingga ia bisa menjadi pembicara profesional, atau menjadi da’i, muballigh dan lain sebagainya.

Nah, dengan puasa Ramadhan seorang muslim dikarantina, digembleng agar menjadi muslim yang bertakwa. Yaitu muslim yang selalu menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya dan menjadi muslim yang takut kepada Allah swt dimanapun ia berada. Rasulullah Saw bersabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Takwalah kamu (takutlah kamu) kepada Allah di mana pun kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak karimah/ baik” (HR. Tirmidzi).

Maasyirol Muslimina Rohimakumullah

Maka kita akan ucapkan selamat tinggal pada bulan suci Ramadhan jika kita menganggap bahwa Ramadhan hanya 1 bulan. Tetapi jika Ramadhan, kita jadikan sebagai cara hidup, maka setahun penuh kita selalu bersama Ramadhan. Maka kita akan terus, selama satu tahun, melakukan tadarus al-Qur’an, i’tikaf di masjid, shalat-shalat sunnah, sedekah dan berbelas kasih kepada sesama, maka kita selamanya tidak akan pernah meninggalkan Ramadhan.

Maka terus berdoa kepada Allah agar kita selalu istiqomah dalam ibadah dan selalu memohon agar ibadah yang kita kerjakan di bulan Ramadhan ini diterima di sisi Allah swt.

Al-Faqih Habib Zein bin Ibrahim bin Smith seorang ulama dari Madinah al-Munawwaroh mengatakan bahwa ada 9 tanda dietrimanya amal ibadah seseorang dibulan Ramadhan, yaitu orang yang :

1.      Sebelum Ramadhan suka tidur setelah subuh, kemudian ia tidak lagi suka tidur setelah subuh, melainkan ia gunakan berzikir kepada Allah sampai matahari terbit.

2.      Sebelum Ramdhan tidak pernah bangun malam untuk beribadah, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang suka bangun malam untuk beribadah kepada Allah Swt.

3.      Sebelum Ramadhan tidak peduli dengan shalat berjamaah, maka setelah Ramadhan ia selalu menjaga shalat berjamaah.

4.      Sebelum Ramadhan tidak menyukai ilmu dan ulama, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang suka kepada ilmu dan ulama.

5.      Sebelum Ramadhan jarang shalat dhuha, shalat witir dan shalat sunnah rawatib, maka setelah Ramadhan ia senantiasa menjaga shalat-shalat sunnah tersebut.

6.      Sebelum Ramadhan suka melihat perkara-perkara haram, maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang takut kepada Allah dan selalu memelihara pandangannya.

7.      Sebelum Ramadhan suka menggunjing atau menyakitkan hati orang lain, maka setelah Ramadhan ia tidak mau lagi menggunjing dan menyakitkan hati orang lain.

8.      Sebelum Ramadhan suka durhaka kepada kedua orangtua, maka setelah Ramadhan ia selalu menyenangkan hati kedua orang tua.

9.      Sebelum Ramadhan suka memutuskan tali silaturahim maka setelah Ramadhan ia menjadi orang yang suka menjalin silaturahim kepada saudara, tetangga dan para sahabat.

Kalau 9 ciri tersebut ada pada diri kita maka insya Allah ibadah kita dibulan Ramadhan diterima disisi Allah Swt, tetapi jika tidak nampak tanda-tanda tersebut, fal iyadzubillah, kemungkinan besar kita hanya menjalani puasa Ramadhan sebagai rutinitas belaka. Naudzubillahi min dzalik. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاَوتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ أَقوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

 

Khutbah ke-2

 اللهُ أَكْبَرُ (7) وَلِلّهِ الحَمْدُ الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي جَعَلَنَا مِنَ العَائِدِيْنَ وَ الفَائِزِيْنَ أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ .قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى القُرْأَنِ الكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَ مَلَا ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ ألِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى ألِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى ألِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ  وَعَلَى ألِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِى العَالمَيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالـْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ زَمَان وَ فِي مَكَانٍ اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا، وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا،و قعودنا و ركوعنا و سجودنا و تسبيحنا و تهليلنا و قرائتنا وَتَخَشُعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا أَللهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Ya Allah Ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, terimalah puasa kami, terimalah zakat dan shodaqah kami, terimalah zikir dan tadarrus kami. Tutupilah  kelalaian dan kekurangan kami ya Allah.

Ya Allah ya Tuhan Kami, ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, sayangi mereka sebagaimana mereka sayang kepada kami. 

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa pasangan hidup kami, jadikalah kami keluarga yang sakinah mawaddah warohmah,  keluarga yang harmonis sampai akhir hayat dan jadikanlah kami pasangan yang selalu memotivasi untuk terus beribadah kepada-Mu ya Allah.

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa anak-anak kami, jadikanlah merena anak yang sholeh dan sholehah, anak yang berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya, anak yang berbakti kepada ibu bapaknya, anak yang berguna bagi masyarakat, agama dan bangsanya.

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa guru-guru kami, berilah kami ilmu yang bermanfaat di dunia maupun akhirat.

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa orang-orang yang telah berbuat baik kepada kami, ampunilah dosa saudara-saudari kami, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat baik yang masih hidup maupun yang telah tiada.

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa kami, kami (memang) telah mendholimi diri kami sendiri, (tapi) jika engkau tidak mengampuni kami dan (tidak) merahmati kami (saat ini) maka kami (akan) menjadi orang yang (sangat) merugi. Jangan jadikan kami orang yang merugi ya Allah.

Ya Allah, jika bala bencana yang menimpa diri kami, karena perbuatan maksiat yang kami perbuat, jadikanlah saat ini saatnya ampunan. Ampuni sebusuk apapun diri kami, ampuni sebanyak apapun dosa yang kami perbuat. Ampuni segelap apapun masa lalu kami, ampuni senista apapun aib-aib yang kami sembunyikan selama ini.

Ya Allah, ampuni jika selama ini kami mendustakan-Mu, meremehkan keagungan-Mu, melupakan kasih sayang-Mu, ampuni jika nikmat yang Kau berikan kepada kami, kami gunakan untuk berkhianat dan bermaksiat kepada-Mu ya Allah. Ampuni jikalau kami begitu sombong kepada-Mu, ampuni amal-amal ibadah kami yang amat jarang ini ya Allah. Ampuni kezaliman kami kepada anak-anak kami, saudara-saudara kami, tetangga kami dan ampuni kezaliman kami kepada orangtua kami Ya Allah.

Ya Allah, ampuni jika ada orang terhina dan tersesat karena lisan atau perbuatan kami. Ampuni andaikan ada harta haram, makanan haram, yang melekat pada tubuh kami ya Allah.

Ya Allah jadikanlah puasa Ramadhan ini sebagai syafaat penolong bagi kami kelak. Bimbing kami terus ya Allah dengan hidayah-Mu agar kami selalu istiqomah dalam taqwa dan akhlakul karimah.

Ya Allah ya Tuhan kami, matikanlah kami dalam keadaan iman, matikan kami dalam keadaan islam dan matikan kami dalam keadaan husnul khotimah, jangan matikan kami dalam keadaan su’ul khotimah. Masukkanlah kami kedalam surga-Mu bersama orang–orang yang engkau cintai, jangan masukkan kami kedalam nerakamu karena kami tidak mampu atas azab-Mu yang sangat pedih.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبـَّنــا آتــِـنـَا في الدُّنــْيَا حَسَنَةً وفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنــَا عَذَابَ النّــَارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU

Sejarah Dzikrul Ghofilin