Malam Nishfu Sya'ban
Imam Dzun Nun al-Mishri mengatakan:
رَجَبٌ
شَهْرُ الزَّرْعِ. وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ. وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ.
وَكُلٌّ يَحْصُدُ مَا زَرَعَ. فَمَنْ ضَيَّعَ الزِّرَاعَةَ نَدِمَ يَوْمَ
الْحَصَادِ
Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban bulan menyiram, dan
Ramadhan bulan memanen. Setiap orang akan memanen atas apa yang ia tanam.
Barang siapa yang menyia-nyiakan tanaman akan merugi di waktu panen.
Bahkan Habib Zein bin Ibrahim bin Smith berkata : Bulan
Rajab ini adalah bulan Taubat atau bulan Takholli, bulan pembersihan diri dari
sifat-sifat tercela. Bulan sya’ban adalah bulan Tahalli, yaitu bulan untuk
mengisi dan berhias diri dengan sifat terpuji, dan bulan Ramadhan adalah bulan
Tajalli dengan Allah Swt. Maka untuk
mendapatkan keberkahan di bulan ini kita selalu dianjurkan untuk berdoa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ،
وَبَلِّغنَا رَمَضَانَ
“Ya
Allah, anugerahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan keberkahan di bulan Sya'ban,
dan sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadhan.”
Alhamdulillah kita masih ditakdirkan oleh Allah untuk
bisa merasakan bulan sya’ban tahun ini. Bulan yang terdapat banyak kebaikan dan
pahala sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
إِنَّمَا سُمِيَ شَعْبَانَ لِأَنَّهُ يَتَشَعَّبُ فِيْهِ
خَيْرٌ كَثِيْرٌ لِلصَّائِمِ فِيْهِ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ
Dinamakan
bulan Sya’ban karena di dalamnya terdapat kebaikan yang sangat banyak kebaikan
bagi orang yang berpuasa di dalamnya, hingga ia masuk surga.” (HR Anas bin
Malik).
ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ
وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ
فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Ini
adalah bulan yang kerap dilalaikan oleh manusia darinya. Ia adalah bulan di
antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan di mana amal-amal akan diangkat kepada Allah, Tuhan
alam semesta, maka aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (HR.
An-Nasa’i)
Dan tidak lama lagi kita akan bertemu dengan satu malam
yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Malam
itu adalah malam nisfu Sya’ban. Tahun 1444 H ini,
malam nisfu Sya’ban akan jatuh pada Selasa malam Rabu, tanggal 7 Maret
yang akan datang.
Rasulullah Saw pernah menerangkan tentang apa yang
terjadi pada malam nishfu Sya’ban ini sebagaimana sabdanya:
عَنِ النَّبِي ﷺ قَالَ: هَلْ تَدْرِيْنَ مَا هَذِهِ اللَّيْلَة؟ قَالَتْ: مَا فِيْهَا يَا
رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ: فِيْهَا أَنْ يُكْتَبَ كُلُّ مَوْلُوْدِ بَنِي آَدَمَ
فِي هَذِهِ السَّنَةِ، وَفِيْهَا أَنْ يُكْتَبَ كُلُّ هَالِكٍ مِنْ بَنِي آدَمَ
فِي هَذِهِ السَّنَةِ، وَفِيْهَا تُرْفَعُ أَعْمَالُهُمْ، وَفِيْهَا تَنْزِلُ
أَرْزَاقُهُمْ
Rasulullah Saw bertanya kepada Sayyidah Aisyah: Apakah kamu tahu ada apa dengan malam ini
(Nisfu Sya’ban)?’ Sayyidah Aisyah kembali bertanya: ‘Ada apa di dalamnya, wahai
Rasulullah?’ Maka nabi menjawab: ‘Di dalamnya ditulis semua anak yang
dilahirkan dari keturunan Nabi Adam pada tahun ini. Pada malam itu ditulis
semua orang yang celaka dari keturunan Nabi Adam pada tahun ini. Pada malam itu
(juga) diangkat semua amal (perbuatan) mereka, dan pada malam itu diturunkan
rezeki mereka.” (HR Al-Baihaqi).
Maka dari itu dianjurkan untuk memperbanyak ibadah
dimalam nisyfu Sya’ban dengan sholat, membaca al-Qur’an, dan berpuasa disiang
harinya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه فِي
السُّنَنِ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي شُعَبِ الْإِيْمَانِ) إِذَا
كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَان نَادَى مُنَادٍ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ
فَأَغْفِرَ لَهُ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ في
شُعَبِ الْإِيْمَانِ)
Apabila
tiba malam nisfu Sya’ban, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah: adakah
orang yang memohon ampun maka aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu
maka aku berikan permintaannya” (HR al-Baihaqi)
Oleh
karena itulah, Syekh Ibnu Hajar al-Haitami dalam al-Fatawa al-Kubra menyimpulkan:
وَالْحَاصِلُ أَنَّ لِهَذِهِ اللَّيْلَةِ فَضْلًا وَأَنَّهُ
يَقَعُ فِيْهَا مَغْفِرَةٌ مَخْصُوْصَةٌ وَاسْتِجَابَةٌ مَخْصُوْصَةٌ
Kesimpulannya
bahwa malam nisfu Sya’ban memiliki keutamaan diantaranya terjadi
pengampunan dosa secara khusus serta pengabulan doa secara khusus.
Tetapi ada syarat untuk mendapatkan keutamaan tersebut. Rasulullah
Saw bersabda:
يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ
مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
(رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ والطَّبَرَانِيُّ وَالْبَيْهَقِيُّ)
Allah
merahmati para hamba-Nya di malam nisfu Sya’ban, maka Ia mengampuni semua
makhluk-Nya kecuali orang yang musyrik dan seorang muslim yang ada permusuhan,
kedengkian dan kebencian terhadap Muslim lain”.
Musyahin
yaitu seorang
Muslim yang masih ada permusuhan, kedengkian dan kebencian terhadap Muslim lain.
Oleh karenanya, hendaklah kita memperbaiki hubungan dengan saudara Muslim lainnya dengan saling memaafkan,
berlapang dada dan membuang kebencian dari hati kita sebelum malam nisfu
Sya’ban tiba.
Para
ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat bahwa takdir dan kehendak Allah tidak
berubah karena doanya orang yang berdoa baik pada nisfu Sya’ban atau di
waktu-waktu yang lain. Kita diperintah untuk berdoa, tiada lain adalah untuk
menampakkan penghambaan kita kepada Allah Swt.
Seseorang yang doanya sesuai dengan apa yang Allah takdirkan terjadi,
maka apa yang diminta hamba akan terwujud. Dan jika doa seorang hamba tidak
sesuai dengan apa yang Allah takdirkan untuknya, maka apa yang diminta hamba
pasti tidak terwujud. Akan tetapi hamba itu telah memperoleh pahala dari ibadah
yang telah dikerjakannya, yaitu berdoa karena doa itu adalah ibadah.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
الدُّعَاءُ
هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ
دَاخِرِينَ }
Doa itu adalah ibadah. Kemudian beliau membaca ayat: Dan Tuhanmu
berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (dengan
tidak pernah berdoa kepada Allah, maka) akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina."
Terakhir, dibulan
sya’ban ini, tepatnya pada tahun ke- 2 H, diturunkan ayat perintah untuk
bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu surat Al-Ahzab ayat 56.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sungguh Allah
dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Ibnu Hajar
al-Atsqolani berkata bahwa bulan Sya’ban adalah bulan
shalawat. Allah saja bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw,
masa ummatnya yang selalu dipikirkannya sampai akhir hayatnya tidak banyak
bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Kenapa harus banyak?, karena Nabi sendiri
yang memerintakan ummatnya untuk memperbanyak shalawatnya.
إِنَ
أَوْلى النَّاس بِي يَوْمَ القِيَامَة أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
Sesungguhnya
Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling
banyak bershalawat kepadaku” (HR. Ibnu Hibban)