shalat khusyu

  

الخشوع هو وسكون الجوارح  مع  حضور القلب مع استحضار معان ما يقرؤه

Definis khusu’ adalah  tenang, tentram anggota anggota tubuh beserta hadirnya hati.

Artinya daripada tenang, tentram anggota anggota tubuh adalah tubuh tidak bergerak kecuali pada hal hal yang diperintahkan dan maksud dari pada hudurul qolbi atau hadir hati adalah :

ان لا يتفكر إلا في معنى ما يقول من قراءة أو ذكر أو دعاء

Yaitu tidak memikirkan kepada selain makna yang ia baca baik ketika baca al-Quran, dzikir atau ketika doa.

Contohnya adalah ketika membaca doa iftitah :

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمآوَاتِ وَالأَرْضَ

Kuhadapkan mukaku kepada Dzat yang menjadikan langit dan bumi.

Yang dimaksud dengan ‘muka’ bukanlah muka dzahir yang sama arti dengan wajah yang secara fisik menghadap ke arah kiblat. Tetapi muka bathin yang menghadap ke Allah swt. Karena pada hakikatnya yang memiliki kemampuan melihat Allah dan mengenalnya bukanlah mata dzahir, tetapi mata bathin. Setelah melapor atas kehadirannya orang yang shalat kemudian melakukan pengakuan akan kelemahan dan kepasrahan yang berbunyi:

حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

 …dengan condong  dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang musyrik.

، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya milik Allah Rabbil Alamin, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah aku diperintah, dan aku termasuk orang muslim.

Begitu juga ketika membaca surat fatihah dan doa

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى وَاجْبُرْنِى وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى

Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, penuhilahkebutuhanku, berilah aku petunjuk dan berilah aku rezeki (Abu Dawud)

Menurut imam alghazali bahwa khusu’ itu merupakan sahnya shalat. Maksudnya adalah jika orang tidak khusu’ shalatnya maka bukan saja tidak diterima shalatnya akan tetapi tidak sah.

Para ulama yang lain mengatakan bahwa khusu’ itu hukumnya sunah muakkadah. Maksudnya jika ia tidak khusu’ maka shalatnya sah tapi dianggap tidak berpahala. Karena khusu’ itu adalah ruhussholah atau ruhnya sembahyang. Ayam itu berharga kalau masih ada ruhnya, akan tetapi kalau ayam bangkai tidak berharga dan di buang orang. Sholat yang bernilai disisi Allah itu adalah sholat yang ada khusunya kalau tidak ada khusu’ dibuang oleh Allah Swt.

Rasululloh shallallahu a'laihi wa sallam bersabda:

أَرَأَيْتُمْ لو أنَّ نَهْرًا ببَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ منه كُلَّ يَومٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، هلْ يَبْقَى مِن دَرَنِهِ شيءٌ؟ قالوا: لا يَبْقَى مِن دَرَنِهِ شيءٌ، قالَ: فَذلكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ، يَمْحُو اللَّهُ بهِنَّ الخَطَايَا.

"Bagaimana menurut kalian kalau ada sebuah sungai di depan rumah salah seorang di antara kalian dan ia mandi di sungai tersebut lima kali setiap hari, apakah ia masih mempunyai kotoran?"

Sahabat berkata:"Tidak ada lagi kotoran sedikitpun".

Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu yang mana dengannya Allah membersihkan kesalahan-kesalahan (dosa)." (HR. Bukhari dan Muslim). Penjelasan Ibnul Arobiy rohimahullah berkata:

"Adapun letak kemiripan dari perumpamaan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam di atas adalah karena daki dan kotoran tidak akan ada kalau dibasuh dengan air dalam jumlah besar (sungai) apalagi jika dilakukan berulang kali, demikian juga dosa dan kesalahan pasti akan hilang kalau ia selalu dibersihkan dengan shalat."

Apa pengaruh 17 rakaat?

Pertama, 17 Rakaat akan melahirkan sosok pribadi yang jujur, bisa dipercaya, teguh, dan pandai menjaga amanat. Seseorang yang melaksanakan 17 rakaat walaupun tidak disaksikan oleh orang lain, dia tidak akan korupsi rakaat.

Kedua, 17 rakaat ini akan menjadikan manusia bersikap tawadhu, rendah hati dan tidak sombong. Anggota badan kita yang paling terhormat yaitu kepala harus sejajar dengan telapak kaki kita dalam keadaan sujud. Orang yang tidak tawadhu akan menjadi firaun dan qorun gaya baru. Ketika orang bertanya kepada qorun ? Hartamu begitu banyak, dari mana engkau dapatkan wahai qorun? Dia menjawab: hartaku adalah usahaku dan tidak ada hubungannya dengan tuhan.

Ketiga, 17 Rakaat itu membentuk sikap disiplin. Shalat tepat waktu dan pada waktunya.

 

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.

Keempat, 17 rakaat itu membentuk kepribadian sabar. Kalau shalat isya 4 rakaat, baru 2 rakaat tidak boleh berhenti. Harus sabar dan sampai tuntas. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam bekerja maupun belajar.

Kelima, 17 rakaat membentuk sikap ikhlas maka ketika kita baru memulai shalat kita membaca :

ان صلاتي و نسكي و محيايا و مماتي لله رب العالمين

“Shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semata-mata untuk Allah Swt.”

Maka dari itu dapat penghargaan atau tidak dapat kalau itu suatu kewajibannya maka harus dijalankan. Dengan 17 Rakaat mudah-mudahan bisa menjadikan manusia yang jujur, tawadhu, disiplin, sabar dan ikhlas.

Postingan populer dari blog ini

Kun Ma'allah

Sejarah Dzikrul Ghofilin

CERAMAH HAUL DAN KEHARUSAN BERGURU