ORANG-ORANG YANG DICINTAI ALLAH
Dr. H. Taufik Abdillah Syukur, Lc., MA
Untuk melihat sesuatu
itu harus pakai pandangan Allah, bukan dengan cara pandang manusia, karena
Allah Swt beerfirman:
وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ
لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.
Maka dari setiap yang
Allah perintah itu kerjakan walau pun menurut manusia nga enak, karena menurut
Allah itu baik. Dan tinggalkan semua larangan Allah, walaupun menurut manusia
itu baik, karena semua larangan Allah tidak baik disisi-Nya.
Ciri ciri orang yang
disayang Allah:
1.
Manusia diberi kesempatan
untuk bertaubat.
Makanya kita tidak boleh
bersu’udzhon kepada orang karena bisa jadi suatu saat nanti ia bertaubat dan
lebih baik dari kita. Begitu juga kita tidak boleh bersu’udzon dan berputus asa
kepada diri sendiri karena banyaknya dosa yang telah kita perbuat, karena
rahmat Allah lebih besar dari pada dosa kita. Allah swt berfirman:
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ
لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Ciri-ciri orang yang bertaubat atau mendapat hidayah
menuju hijrah antara lain:
a.
Ia sudah mulai takut
berbuat dosa
b. Ia mulai risau amalnya tidak diterima Allah Swt (misalnya
menahan kentut, ketiak puasa risau ada bekas makan di giginya)
c.
Ia sudah mulai
merasakan nikmatnya ibadah (seperti ketika sholat tarawih, ngaji Qur’an) seperti
waktu zikir/ qur’an itu kalau ngantuk ada 2 indikator : bisa karena waktunya
diwaktu ngantuk kalau kurang pas atau karena belum merasakan nikmatnya ibadah.
2. Ketika melakukan kesalahan di tegur oleh Allah (karena
Allah tidak ingin ia terus menerus dalam dosa)
عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ أَن جَآءَهُ ٱلْأَعْمَىٰ
Dia (Muhammad)
bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya.
3. Diberikan ujian oleh Allah (karena Allah rindu dengannya)
Tabiat manusia ingat
kepada Allah saat diberikan ujian Misalnya suaminya di PHK, ketika di PHK ia
selalu membentangkan sajadah selama seminggu, setelah seminggu di terima kerja,
ia tidak lagi membentangkan sejadah dimalam hari).
Ujian itu untuk
orang yang taat dan beriman. (kita sudah ikut ngaji, ibadah dan doa tapi masih
dicoba) maka ini untuk naik kelas. Maka ketika kita sudah lulus, kemudian ada
anak kita terkena musibah tersebut, kita bisa menasihati karena kita sudah naik
kelas.
4. Ia mulai senang menuntut ilmunya Allah Swt.
بَدَأَ اْلإِسْلاَمَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا
بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ اَلْغُرَبَاءُ؟
قَالَ الَّذِيْنَ يُصْلِحُونَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاس
Islam muncul pertama
kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya,
maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut. Para sahabat berkata,
“Wahai Rasulallah, siapa al-ghuraba ini?” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka
adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia sudah rusak.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Kabir).
Dulu ketika Islam
datang itu asing bagi kebanyakan orang. Nabi membuat pengajian dibaitu Arqom. Maka
orang-orang yang mengaji saat ini pun termasuk ghuroba. Berbahagialah para
ghuroba.
Penyakit-penyakit hati
seperti hasud, dengki, riya,akabur, fitnah, namimah dan lain sebagainya itu
mudah dihilangkan asalkan dia mau mengaji. Dengan mengaji ia telah memasukkan
anti virus kedalam dirinya. Majlis illmu itu adalah bengkel hati.
Ciri-cirinya ia
senang majlis ilmu : ia suka saja datang ke taklim walaupun ia tidak dapat
banyak ilmu.
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka
Allah akan membuatnya faham tentang agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Merenung atau
tafakur merupakan amalan yang bagitu disukai Allah Swt.
تَفكُّرُ ساعةٍ خيرٌ من عبادةِ سنةٍ
“berpikir sesaat itu lebih baik daripada
ibadah sunnah selama satu tahun”
Imam Ghazali
menyampaikan bahwa Abu Dzar ra adalah sahabat yang terkenal saleh. Ia adalah
orang yang suka berlama-lama bertafakur. Hasan Al-Bashri berpendapat bahwa
tafakur sesaat lebih berkesan daripada sholat sepanjang malam. Dalam hubungan
ini juga Fudhail berkata. "Tafakur itu adalah cerminan untuk melihat apa
yang baik dan buruk pada dirimu." Bertafakur tentang nikmat-nikmat Allah.
Bertafakur tentang Azab Allah jika kita melanggar apa yang dilarang Allah.
Bertafakur tentang dosa-dosa yang kita pernah perbuat.
Selain tafakur ada
juga istilah muhasabah atau intropeksi diri. Sayyidina Umar bin Khattab pernah
bertutur:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ
تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
“Hisablah diri
(introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk
menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat
akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup
di dunia.”
Merenuni akan dosa
dan memperbanyak taubat setiap harinya ini adalah amalan Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw saja yang sudah nyata-nyata mendapat jaminan ampunan dari Allah
Swt atas segala dosa selalu bertaubat sebagaimana sabdanya:
يا أيها الناس توبوا إلى الله فإني أتوب في
اليوم مائة مرة
“wahai sekalian
manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohon ampunan kepada-Nya, sesungguhnya
aku bertaubat setiap hari seratus kali (HR. Muslim).
Maka para kaum
sholeh menganjurkan kepada ummatnya agar setiap hari melakukan sholat taubat
dan berdoa kepada kepada Allah : Ya Allah kami memohon kepada-Mu agar kami bisa
taubat nasuha sebelum kami mati (اللهم انا نسألك توبة نصوحا قبل الموت)
Ada 3 induk dari
segala dosa yang patut kita ketahui dan kita hindari. Karena bermula dari 3
dosa ini akan merembet kepada dosa dosa yang lainnya.
Rasulullah Saw
bersabda:
أَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَى مُوْسَى بْنِ عِمْرَان فِي
التّوْراتِ: إِنَّ أُمَّهَاتُ اْلخَطَايَا ثَلَاثٌ: الكِبْرُ وَالْحِرْصُ وَالْحَسَدُ
Allah menurunkan
wahyu kepada Nabi Musa ibn ‘Imran dalam kitab Taurat: Sesungguhnya induk dari
segala dosa ada tiga, yakni takabur, tamak dan hasud.
Dosa pertama yaitu dosa
yang dilakukan oleh Iblis yaitu takabur atau sombong. Sebelumnya Iblis selama
puluhan ribu tahun menjadi ahli ibadah dan sebagai penjaga surga, akan tetapi
ketika Allah menciptakan Adam, seluruh makhluk diperintahkan oleh Allah untuk
bersujud kepada Adam, akhirnya para Malaikat bersujud kecuali Iblis. Iblis
berkata :
أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ
وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ
‘Saya lebih baik
daripada Adam, Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia (Adam) Engkau
ciptakan dari tanah’." (QS Al-A’raf: 12).
Iblis pun akhirnya diusir
dari surga dan sia-salah segala ibadah yang telah ia kerjakan selama puluhan
ribu tahun lamanya. Maka,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي
قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ (رواه مسلم)
“Tidak akan masuk
surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar dzarroh.”
(HR Muslim)
Dosa kedua adalah
yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Adam AS yaitu tamak atau serakah. Setelah Iblis diusir
dari surga, Nabi Adam AS dan istrinya, Sayyidah Hawa, hidup tentram
di surga, sebagaimana Allah berfirman:
وَقُلۡنَا
يَا آدم ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ وَكُلَا مِنۡهَا رَغَدًا حَيۡثُ
شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
‘Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang
kamu sukai, (tetapi) janganlah kamu
dekati pohon ini, yang menyebabkan (nanti) kamu termasuk
orang-orang yang zalim (berdosa).” (QS Al-Baqarah:
35)
Padahal banyak
sekali buah-buahan disurga tetapi kenapa masih ada keinginan untuk menikmati,
memiliki, merasakan buah yang lain yang dilarang oleh Allah Swt. Maka dari itu
Nabi Muhammad Saw selalu berpesan kepada keturunan Nabi Adam AS agar tidak
tamak, sebagaimana sabda Nabi:
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ
أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ
“Seandainya
seorang anak (keturunan) Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan
dua lembah emas lainnya, dan tidak akan pernah puas sampai mulutnya penuh
dengan tanah atau mati. HR. Bukhari
dan Muslim
Agar kita terhindar
dari sifat serakah ini adalah dengan banyak bersyukur. Sering-seringlah kita
melakukan sujud syukur dan sering-seringlah kita mengucapkan Alhamdulillah. Dengan
bersyukur setidaknya kita sadar bahwa kita memiliki sesuatu yang bisa jadi
sesuatu itu tidak dimiliki orang lain.
Trik yang digunakan
Iblis untuk menggoda Adam dan Hawa adalah dengan memberi janji palsu. Iblis
berjanji, jika memakan buah Khuldi keduanya akan naik jabatan menjadi malaikat,
dan menjadi kekal selamanya di surga; tidak akan mati sampai kapan pun. Rayuan
Iblis berhasil, siapa sih yang tidak ingin naik jabatan dan keabadian? Yang
akhirnya malah membuat Adam dan Hawa terusir dari surga. (At-Tanthawi, Tafsîrul
Washît, juz V, halaman 257)
Dan dosa yang ketiga
adalah Hasud. Manusia yang pertama kali melakukannya adalah Qabil, putra Nabi
Adam AS. Sifat hasud dari Qabil ini muncul ketika Qabil kecewa karena kurbannya ditolak Allah SWT, sedangkan
kurbannya Habil diterima karena dilakukan dengan penuh ketulusan. Qabil pun akhirnya
membunuh Habil karena kejadian ini.
Dari hasud/ iri
dengki ini akan lahir dosa dosa besar yang lain seperti ghibah/ membicarakan
keburukan orang lain, namimah/
memfitnah/ mengadu domba, selalu mencari kesalahan orang, susah kala menyaksikan
orang lain gembira, gembira kala orang lain susah, dan bisa berakhir dengan
pembunuhan seperti yang dilakukan Qobil kepada Habil. Maka dari itu Rasulullah
Saw bersabda:
إيَّاكم والحسدَ، فإنَّ الحسدَ يأكلُ الحسناتِ
كما تأكلُ النَّارُ الحطبَ
Jauhilah hasud,
karena sesungguhnya sifat hasud itu menggerogoti kebaikan-kebaikan, (menggerogoti
pahala pahala), sebagaimana api (yang begitu cepat) menyambar kayu bakar. (HR
Abu Dawud).
Semoga kita
diberikan kesempatan untuk bisa taubat nasuha sebelum kita meninggal dunia,
diberikan kesempatan dan hidayah untuk bisa bertafakur dan bermuhasabah setiap
harinya dan Semoga Allah Swt menjauhkan kita dari 3 dosa tertua yang dilakukan
oleh makhluk Allah tersebut, semoga di akhirat kelak kita diperjumpakan dengan
Allah Swt dengan membawa Qolbu salim, yaitu hati yang selamat daripada
takabbur, tamak dan hasud. Amin ya Rabbal Alamin.