Postingan

KHUTBAH IEDUL FITRI 1445 H

  السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الله أكبر ( x 9) وَلِلّهِ الحَمْدُ. الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْر الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضيافة و فَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رسول الله صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِه أجمعين، أَمَّا بَعْدُ، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ، القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ Pertama–tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan ni’mat-Nya sehingga kita dapat berkumpul di

Semangat di Penghujung Ramadhan 1445 H

  Hari ini, kita berada di penghujung bulan Ramadhan, sebentar lagi Ramadhan bulan yang sangat mulia akan meninggalkan kita semua. Rasulullah saw bersabda: إذَا كَانَ اَخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتِ السَّمَوَاتُ وَاْلاَرْضُ وَالْمَلاَئِكَةُ مُصِيْبَةً لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قِيْلَ اَيُّ مُصِيْبَةٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم هِيَ ذَهَابُ رَمَضَانَ لِاَنَّ الدَّعْوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ وَالصَّدَاقَةَ مَقْبُوْلَةٌ وَالْحَسَنَاتِ مُضَاعَفَةٌ، وَاْلعَذَابَ مَدْفُوْعٌ Artinya, “Ketika tiba akhir malam Ramadhan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat nabi Muhammad saw. (Sahabat) bertanya, “Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadhan, sebab pada bulan ini doa dikabulkan dan sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan dan siksa dihentikan”. Maka dari itu di sisa-sisa hari bulan mulia ini kita mesti lebih semangat menjemput keistimewaan-keistimewaan bulan Ramadhan dengan cara meneladani a

Shalat Khusyu

  Diantara perkara yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berlindung darinya, beliau berlindung daripada hati yang tidak khusyu’. Beliau berdoa: اللَّهُمَّ   إِنِّي   أَعُوذُ   بِكَ   مِنْ   عِلْمٍ   لَا   يَنْفَعُ،   وَمِنْ   قَلْبٍ   لَا   يَخْشَعُ “Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat dan dari hati yang tidak pernah bisa khusyu’.” Ketika kita shalat, kita tidak bisa khusyu’, pikiran kita entah pergi kemana. Demikian pula ketika kita beribadah, kita tidak bisa fokus, tidak bisa kita khusyu’, sehingga pada waktu itu kekhusyuan sudah tidak ada lagi di hati-hati kita yang berakibat ibadah kita pun kemudian berkurang pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal saudaraku, disyariatkannya ibadah tiada lain adalah untuk kebaikan hati. Ketika ibadah tidak mempengaruhi hati, ibadah itu sama sekali tidak bernilai di mata Allah atau berkurang pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika seseorang membaca Al-Qur’an dan hatinya tidak khusyu’